`
PEMUDA ACEH
28 Oktober kita memperingati sebagai hari Sumpah Pemuda, di mana kejadian sejarah tersebut menjadi titik awal bangkitnya para pemuda di tanah air. Sebagaimana telah dicatat dalam sejarah bahwa ada tiga isu pokok yang didengungkan oleh pemuda, yaitu isu kebangsaan, tanah air dan bahasa. Pemuda Indonesia bersatu dan bahu-membahu dalam memperjuangkan ketiga slogan tersebut. Dimana pada hari sumpah Pemuda tepat pada tanggal 28 Oktober 1928 tidak hanya merumuskan aspirasi yang hidup di kalangan pemuda, tetapi sekaligus menciptakan arah perjuangan pemuda. Bahkan sampai saat ini Sumpah Pemuda tetap bermakna dalam kehidupan bangsa. Hal ini menjadi bukti bahwa perumusan Sumpah Pemuda bukan hanya diperuntukkan untuk kebutuhan seketika. Sumpah Pemuda adalah tekad abadi yang mengikat setiap insan Indonesia akan fitrahnya yang terikat dalam kesatuan bangsa yang utuh.Tentang sejarah kepemudaan di Indonesia, secara umum sampai saat ini masih bisa diakses secara mudah oleh masyarakat Indonesia, khsususnya para pelajar dan mahasiswa, melalui pelajaran wajib yang tersaji dalam bidang studi Ilmu Pengetahuan Sosial, Sejarah dan Pendidikan Kewarganegaraan yang dipelajari oleh seluruh lembaga pendidikan di setiap level, mulai dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi.
Namun tentang sejarah kepemudaan di Aceh secara khusus, tampaknya belum pernah dipelajari secara memadai oleh pemuda-pemuda Aceh. Hal ini sangat wajar, mengingat, dalam kurikulum pendidikan kita tidak memuat pelajaran tentang sejarah Aceh secara khusus. Jika pun ada, mungkin hanya sebatas sejarah Kerajaan Pasai, Kerajaan Aceh, kisah Teuku Umar, Cut Nyak Dhien dan Cut Nyak Mutia. Padahal pengetahuan tentang sejarah Aceh secara utuh sangat penting diketahui oleh pemuda-pemuda kita, guna mengenal Aceh lebih dekat.Dalam tulisan singkat ini, penulis hanya menguraikan secara singkat tentang semangat dan kontribusi yang telah diberikan oleh pemuda-pemuda Aceh di masa lalu, sebagai bahan renungan kita semua. Seperti dicatat oleh Ali Hasjmy pada tahun 1985, bahwa atas usaha dari para pemuda Aceh, pada tahun 1916 telah didirikan cabang Syarikat Islam di Aceh. Dengan keseriusan pemuda Aceh kala itu, organisasi ini berkembang cepat di Aceh. Syarikat Islam adalah organisasi yang bersifat Nasional yang saat itu diketuai oleh HOS Cokroaminoto.
Di samping itu, pada tahun 1935 atas prakarsa Ali Hasjmy dan sejumlah pemuda Aceh yang belajar di Sumatera Barat, antara lain Said Abu Bakar, Muhammad Ali Piyeung dan Abdul Jalil Amin, dalam sebuah pembicaraan terbatas juga bermaksud mendirikan sebuah organisasi pemuda di Aceh. Dari perbincangan tersebut akhirnya dilaksanakanlah sebuah pertemuan besar yang melibatkan sekitar 50 orang pemuda Aceh yang diadakan di Montasik, Aceh Besar.Pertemuan tersebut akhirnya melahirkan sebuah kesepakatan untuk mendirikan Serikat Pemuda Islam Aceh yang diketuai oleh Said Abu Bakar dan Hasjmy, pada tahun 1995. Pada tahun 1939, setelah berdirinya Persatuan Ulama Seluruh Aceh di Matangglumpangdua yang diketuai oleh Tgk Muhammad Daud Beureueh, untuk menampung aspirasi para pemuda juga dibentuk organisasi Pemuda PUSA yang diketuai oleh seorang pemuda pemberani bernama Tgk Amir Husen Al-Mujahid Hasjmy, tahun 1985.Pemuda Aceh juga terlibat aktif dalam berbagai aksi pergerakan kemerdekaan, baik pada masa pendudukan Belanda, pendudukan Jepang dan masa Revolusi Kemerdekaan.Sebagaimana telah dicatat oleh para penulis sejarah, bahwa kekosongan waktu antara 9 Agustus 1945 sampai 12 September 1945 telah dimanfaatkan secara cerdik dan heroik oleh para pemuda Indonesia untuk melepaskan diri dari penjajahan. Peluang emas sebagai rahmat Allah Swt tersebut benar-benar telah diaktualisasikan secara efektif oleh pemuda Indonesia dengan diproklamirkannya Kemerdekaan Indonesia oleh Soekarno-Hatta.
Berita proklamasi kemerdekaan RI secara resmi baru diketahui oleh para pemuda Aceh pada 20 Agustus tahun 1945. Sebelumnya berita proklamasi ini hanya diketahui oleh beberapa tokoh muda Aceh, di antaranya Husen Yusuf dan Ali Hasjmy. Mendengar kabar kemerdekaan tersebut, pada 23 Agustus 1945, seorang tokoh muda Aceh, T Nyak Arif berkeliling kota seraya memamerkan bendera Merah Putih dengan melalui pemukiman dan kantor militer Jepang di Kutaradja.Menyadari betapa beratnya tugas menjaga kemerdekaan, T Nyak Arif juga menghimpun para pemuda Aceh yang ada di Kutaradja, di antaranya Syamaun Gaharu, Teuku Hamid Azwar, Nyak Neh, Said Usman, Teuku Sarong, Said Ali, Usman Nyak Gade dan Bachtiar Idham. Pada perkembangan selanjutnya berdasarkan musyawarah yang diadakan oleh para pemuda tersebut terbentuklah Angkatan Pemuda Indonesia dan pada saat bersamaan lahir pula Barisan Pemuda Indonesia yang diketuai oleh Ali Hasjmy Jakobi, pada tahun 1992.Semangat untuk merdeka dan lepas dari penjajahan telah menjadikan para pemuda Aceh rela berjuang mati-matian mengusir kafir penjajah dari bumi Aceh. Bermodalkan rasa nasionalisme yang tinggi, pemuda Aceh tidak hanya berjuang di kampung sendiri, tetapi para pemuda Aceh juga berbondong-bondong melakukan jihad di Medan Area pada saat terjadi agresi militer Belanda.
Setelah menyimak sekilas riwayat pemuda Aceh tempo dulu, lantas bagaimana dengan para pemuda Aceh hari ini? Apa yang telah mereka sumbangkan untuk Aceh tanah kelahiran yang telah diperjuangkan matian-matian oleh pemuda tempo dulu? Jika pemuda Aceh dulu dengan semangat membara mengusir penjajah, sebaliknya ada sebagian pemuda kita hari ini yang justru bermental penjajah. Jika pemuda Aceh dulu menjunjung tinggi syariat Islam, pemuda Aceh hari ini malah ada yang telah menukar agamanya dengan poker dan domino. Jika pemuda Aceh dulu terlibat aktif dan kreatif dalam membangun negeri, sebagian pemuda kita hari ini malah menjadi gembong narkoba dan merusak masa depan anak negeri dengan ganja dan sabu-sabu. Jika pemuda Aceh dulu menjadi pembimbing masyarakat, pemuda Aceh hari ini ada yang jadi tukang teror masyarakat. Tragis memang.
Aceh membutuhkan pemuda yang mampu berkarya demi tanah kelahirannya, bukan pemuda yang hanya numpang hidup dan numpang mati. Kita butuh pemuda yang mandiri dan berdikari, bukan pemuda yang sok kuliah di luar negeri, tapi merengek ingin jadi pegawai negeri. Kita butuh pemuda berjiwa reformis, bukan pemuda cengeng yang cuma bisa mengemis. Kita butuh pemuda yang punya jati diri, bukan pemuda yang menggadaikan idealisme demi sesuat makan saja.
Namun demikian, penulis optimis, bahwa pemuda-pemuda tangguh masih ada dan akan selalu muncul di Aceh, meskipun dalam jumlah yang sedikit. Mereka adalah para pemuda yang menggunakan segenap potensi dan intelegensinya demi membangun negeri. Meskipun di tengah badai, mereka tetap berkiprah sesuai bidangnya masing-masing.Pemuda tangguh akan mengabdikan diri sesuai profesi yang digeluti. Seorang dokter akan melayani pasiennya tanpa pandang bulu, seorang guru akan mencerdaskan murid-murid negeri tanpa mengeluh, seorang polisi dan tentara akan memberikan rasa aman kepada rakyatnya, seorang politisi akan memperjuangkan aspirasi rakyat dan tidak menjadikan mereka sebagai komoditi. Demikian pula dengan seorang Gubernur Bupati, Walikota akan memastikan agar rakyatnya tetap bisa tersenyum dan tidak membiarkan mereka mengikat perut.Sudah saatnya pemuda Aceh bangkit dan berdedikasi untuk negeri. Di tangan pemudalah negeri ini dititipkan oleh para indatu. Negeri ini tidak akan bernilai jika pemuda-pemudanya lalai. Harapan untuk melakukan perubahan ada di pundak para pemuda. Kita tentu masih ingat bahwa bapak pendiri bangsa, Soekarno pernah berujar: berilah aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, dan berikan aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia. Bangkitlah wahai pemuda Aceh.
Banda Aceh, 28 Oktober 2014
RAHMATSYAH