Mohon tunggu...
Rizki Muhammad
Rizki Muhammad Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Anak dalam Lingkungan Teman Sebaya

1 Desember 2016   23:31 Diperbarui: 1 Desember 2016   23:57 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pada maa-masa operasional konkret, anak akan mulai menjauh dari pengaruh orang tuannya dan mulai mencari teman. Karena dengan begitu, anak akan mendapatkan sudut pandang baru dan membebaskan mereka untuk membuat suatu penilaian. Dimana nilai-nilai yang sebelumnya mereka terima tanpa dipertanyakan terhadap nilai-nilai teman sebaya membantu mereka untuk memutuskan mana yang perlu dipertahankan dan mana yang perlu dibuang. Dalam membandingkan diri mereka dengan orang lain yang sesuai, anak-anak dapat lebih realitis mempertimbangkan kemampuan meraka dan mendapatkakn gambaran efikasi diri yang lebih jelas. Dan berikut ini adalah pengaruh poitif  dan negatif hubungan teman sebaya :

1. Pengaruh Positif

Dalam hal ini, anak-anak dapat mengembangkan ketrampilan yang diperluakan untuk sosiabilitas dan keintiman. Mereka akan belajar untuk meningkatkan hubungan satu sama lain. Anak-anak juga akan mendapatkan perasaan memiliki. Karena adanya pengaruh dari teman sebaya, akan muncul sebuah motivai dari anak untuk meraih peretasinya dan memperoleh kesadaran identitas. Mereka akan belajar bagaimana cara kepemimpinan dan keterampilan komunikasi, bekerjasama, peran dan aturan. Dalam kelompok teman sebaya yang sejenis kelamin sama dapat membantu anak-anak perilaku yang sesuai dengan gendernya dan memasukkan peran gender ke dalam konsep diri mereka.

2. Pengaruh Negatif

Dalam hal ini, kelompok teman sebaya dapat mendorong kecenderungan antisosial. Anak-anak pra-remaja sangat mudah terpengaruh terhadap tekanan untuk melakukan penyesuaian. Menurunkan semangat belajar pada anak, hal ini dikarenakan anak terlalu nyaman ketika ia sedang bermain dengan temannya, dan hal itu yang membuat meraka malas untuk belajar. Teman sebaya terkadang juga memberikan pengaruh terhadap anak untuk melanggar norma sosial.

Dalam lingkungan teman sebaya, ada konsep dan cara anak-anak bertindak denga teman-temannnya. Yang mana kedua hal itu akan berubah seiring denga bertambahnya usia mencerminkan perkembangan kognitif dan emosi mereka. Teman-teman semasa pra-sekolah akan bermain bersama, tetapi pertemanan di antara anak-anak usia sekolah akan stabil dan dalam. Anak-anak tidak bisa menjadi atau memiliki teman sejati  sampai mereka mencapai kematangan kognitif untuk mempertimbangkan pandangan dan kebutuhan orang lain dan diri mereka sendiri. 

Berdasarkan wawancara dengan lebih dari 250 orang berusia 3 ampai 45 tahun, robert selman menyelidiki perubahan konsepsi pertemanan melalui lima tahapan yang saling tumpang tindih. Ia menemukan bahwa kebanyakan anak usia sekolah berada pada tahap 2 ( pertemanan timbal balik berdasarkan kepentingan pribadi ). Tetapi bebarapa anak yang lebih tua, berusia sembilan tahun ke atas, mungkin berada pada tahap 3 (hubungan saling berbagi dan akrab). 

Dimana dalam hal ini, anak-anak usia sekolah membedakan antara “sahabat”, “teman baik” dan “teman biasa” atas dasar keakraban dan waktu yang dihabiskan bersama-sama (hartup dan stevens, 1999). Anak perempuan usia sekolah kurang peduli memiliki banyak teman dan cenderung  memiliki sedikit teman dekat yang mereka andalkan. Anka laki-laki memiliki lebih banyak pertemanan, tetapi mereka cenderung kurang akrab dan penuh kasih sayang (Furman, 1982; dan Furman dan buhmester, 1985;hartup dan stevens,1999)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun