Mohon tunggu...
rama wibi
rama wibi Mohon Tunggu... lainnya -

i'am nothing but i want to be something...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menilai bukan Memutuskan

4 Januari 2012   04:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:21 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mendadak galau seratus delapan puluh derajat gara-gara nama gw gak tercantum di kuota sertifikasi guru tahun ini, padahal apa lagi yang diharapkan bagi gw dan guru2 bukan PNS lainnya selain sertifikasi tersebut, tapi ya sudah lah gw juga bingung mesti gimana mau mencak-mencak ke Diknas juga percuma kalo gak ada duitnya.

Bukan membicarakan tentang gagalnya gw di sertifikasi tahun ini tetapi mengenai arti kata menilai dan memutuskan, ide tulisan ini ada di SINI pas doi lagi bikin tweet terus ditambah pengunduran diri RD dan PJ kemarin jadi deh. Setiap diri yang merasakan hidup akan menghadapi masalah dalam mengambil keputusan-keputusan setiap hari. Mulai dari mata terjaga oleh suara kokok ayam di pagi subuh sampai waktu kembali ke peraduan malam di balut cahaya bulan. Tanpa sadar gwadalah pelakon dari sinetron dalam kehidupan gw sendiri. Proses untuk menilai setelah itu diikuti keputusan memilih, kadang gw jadi rada bingung setau gw ya manusia itu diciptakan sebagai pengembara di dunia yang fana ini untuk mencari kebenaran dan menjauhi kebathilan, itu yang gw tau. Prahara manusia sendiri dapat menggunakan akal fikirannya memang disediakan oleh sang pencipta tersebut, untuk mengambil suatu kesimpulan, melihat dengan mata hati bukan mata nafsu.

Banyak yang bilang bahwa ''manusia itu hanya berusaha, Tuhan yang memutuskan''. ah kalo gw rasa malah seperti ini ''Tuhan yang merencanakan sedang manusia yang memutuskan''? Terserah kalian-kalian  membantah atau ngga tapi gw rasa itulah yang dijalani oleh manusia saat ini, yang memutuskan itu adalah manusia bukan Tuhan, siapa yang gak tahu kalo Tuhan itu adalah yang Maha Segala-galanya, Maha Agung, Maha Besar dan Maha Bijaksana. Tapi kenapa kok malah manusia yang memutuskan, bukan Tuhan? Apa yang ingin kita putuskan? Apa yang ingin kita wujudkan? Apa yang ingin kita lakukan dalam hidup ini?

Seandainya manusia itu dikodratkan hanya untuk menilai pasti enak ya, gak bakalan lagi ada diskriminasi antara umat beragama, toh kerukunan itu lebih bernilai dibandingkan dengan gontok-gontokkan. Dapatkan gw atau kita mengukur nilai seorang manusia? kita ukur dengan nilai yang baku? Tentu saja tidak. Bahkan gw pengen hidup itu bukan untuk diputuskan atau memutuskan. Setiap orang, ya setiap orang hidup dengan dunianya sendiri, seberapa dekat pun kita dengan seseorang selalu ada ruang yang tak tertembus dalam lubuk hati dan pikirannya. Dan sebab itu di bawah langit yang satu dan di atas bumi yang satu juga, gw dan kita gak punya hak untuk memutuskan atau diputuskan. Apa itu kebaikan, kejahatan, kesalahan dan kebenaran, segalanya tergantung pada kejujuran kita untuk menghadapi hidup. Maka semuanya tergantung pada keseimpulan kita untuk menghadapi hidup ini serta bertanggung-jawab dalam menjalaninya.

Bagi gw kita hanyalah boleh menilai, baik itu menilai diri sendiri maupun orang lain. Bagus kalo kita dapat menilai diri sendiri ketimbang kita menilai siapa orang yang ada disamping, depan, dan belakang kita. Saat kita sudah menilai kalo ternyata itu salah langkah selanjutnya adalah menyimpulkan bukan memutuskan seandainya kita menyimpulkan bakalan ada didalam hati kita untuk berbicara secara alam sadar dan bawah sadar bahwa itu salah dan tidak baik, tetapi saat kita memutuskan untuk berbicara itu salah dan melakukan tindakan apakah itu dapat dibenarkan dan tidak dapat dipersalahkan? gak ada yang tahu bukan kecuali Tuhan.

Liat RD yang mampu menilai dirinya sendiri, dia gagal mempersembahkan emas bagi tim U-23 makanya di menyimpulkan untuk mengundurkan diri, begitu pula dengan bapak Wagub Prijanto kemarin *entah ada udang dibalik batu* dia menilai bahwa dia sudah tidak sejalan lagi dengan si Foke maka lebih baik mundur, atau sang aktor Dicky Chandra yang juga mampu menilai dirinya sendiri. Ya, seandainya NKRI ini mempunyai semangat untuk menilai dan bukan untuk MEMUTUSKAN, pastilah semboyan yang terdapat di kaki Garuda NKRI ini bakalan benar-benar terlaksana.

So, kalo kata si wanita di tweetnya "MANUSIA ITU TUGASNYA HANYA MENILAI BUKAN MEMUTUSKAN"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun