Mohon tunggu...
rama wibi
rama wibi Mohon Tunggu... lainnya -

i'am nothing but i want to be something...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bertuhan Remedial!!

14 Desember 2011   03:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:20 547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Gw bukan pengajar-pengajar yang seperti kebanyakan yang pada saat di hari setelah ulangan sekolah beramai-ramai memikirkan remedial apa yang harus diberikan ke si anak. Sampe akhirnya gw bikin hashtag berjudul tuhanremed di dunia "burung biru kecil" itu, disana gw menceritakan apa yang sebenarnya terjadi bagi anak-anak peserta didik dan juga kami sebagai pengajar.

Minggu ini adalah saatnya untuk melakukan perbaikan nilai bagi anak-anak yang nilainya masih dibawah KKM a.K.a Kriteria Ketuntasan Minimal dengan cara melakukan remedial, tetapi remedial yang dilakukannya ini loh yang salah banget menurut gw. Bagaimana akhirnya KTSP yang dicanangkan sebagai kurikulum yang berkelanjutan dapat menjadi pedoman dan sarana pencerdasan peserta didik? gw belum tahu  jawabannya, kalo menurut buku yang udah gw baca dari pakar pendidikan yang bernama Raka Joni, "ketersampaian pesan pada kurikulum bukan bergantung pada materi pesan yang ingin disampaikan, tetapi lebih pada cara menyampaikan pesan dari kurikulum tersebut".

Maksudnya apa, proses penyampaian pesan tersebut dimanfaatkan untuk menyampaikan sisi-sisi pendidikan lain antara lain, humanisme, kerakyatan, nasionalisme, kebangsaan dan lain sebagainya dan itu disampaikan pada saat proses pembelajaran, akan tetapi jika pada saat proses pembelajaran terjadi kesalahan maka diperbaiki dengan yang namanya program remedial dan program remedial ini harus jelas manfaat bagi peserta didik dan juga bagi si pengajar, tapi selama ini apa program remedial hanyalah "RUTINITAS" mengganti nilai yang jelek menjadi nilai yang bagius atau cukup.

Dalam kaitannya dengan proses pembelajaran, fungsi kegiatan remedial adalah:


  1. Memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar guru (fungsi korektif);
  2. Meningkatkan pemahaman guru dan siswa terhadap kelebihan dan kekurangan dirinya (fungsi pemahaman);
  3. Menyesuaikan pembelajaran dengan karakteristik siswa (fungsi penyesuaian);
  4. Mempercepat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran (fungsi akselerasi);
  5. Membantu mengatasi kesulitan siswa dalam aspek sosial-pribadi (fungsi terapeutik).

Nah apa ada yang diterapkan oleh pengajar-pengajar untuk melaksanakan remedial yang adalah sebagai berikut ada anak yang remedialnya hanya membawa tanaman-tanaman hias, pada saat gw tau itu mata pelajaran apa ternyata mata pelajaran PKN, okey itu tanaman digunakan untuk kepentingan sekolah agar hijau dan asri TETAPI itu bisa dilakukan pada saat penugasan atau hukuman bukan program REMEDIAL yang seharusnya memberi pembelajaran bagi peserta didik. Atau contoh lainnya anak disuruh mencari suatu makalah tentang gempa bumi, alhasil anak tinggal mencari di mbah google dan dicopas ke word tanpa editan di print out terus di jilid lalu diserahkan ke guru tersebut. Makalah tersebut hanya menjadi penghuni meja si guru tersebut setelah melihat nama dan kelas lalu memperbaiki nilainya, mana sisi manfaat bagi si pendidik dan peserta didik?? NOL BESAR.. Contoh lain lagi, anak hanya disuruh mencari segelintir rumus matematika dan diprint out untuk dipasangkan di bingkai, setelah itu bingkainya dicopot dan dimanfaatkan untuk kelas-kelas. Mana proses perbaikan nilainya?? NIHIL...

Makanya mulai semester ini gw akan bertindak arogan untuk tidak memberikan remedial kepada mereka, pada saat mereka bertanya

"pak remednya apa"
gw akan bertanya balik "buat apa remed??"
"buat perbaikan nilai pak yang jelek.."
"buat ganti nilai doang kan.." ucap gw dan dibarengi dengan anggukan mereka
"ya udah nanti nilainya bapak ganti sesuai KKM aja,,,okeeeyyyy"
"terus remednya apa..."
"gak usah remed, KAMU HANYA MAU NILAI KAN!!!!!"

Mulai saat ini gw akan berbaik hati kepada mereka untuk memberikan nilai yang cuma-cuma kepada mereka tanpa harus ber-remedial tanpa harus mereka bersusah-susah tapi tidak bermakna sama sekali. Kalo mereka akhirnya berpendapat pas lihat di raport kalo gw ternyata adalah guru yang baik dan tidak pelit sama nilai, lihat saja nanti pada saat proses pembelajaran berlangsung. Padahal gw selalu menjelaskan bahwa nilai remed itu adalah NILAI KASIHAN, NILAI PEMBERIAN dari kami sang pengajar, dan sangat disayangkan juga bahwa beberapa pengajar tidak berfikir bahwa program remedial semacam itu bakalan menghancurkan kemandirian dan menyebabkan kegagalan mereka di masa depan.

Hal terbaik yang bisa kita lakukan adalah memberikan program remedial yang benar-benar bermakna bagi mereka dan juga kita sebagai pengajar, jangan hanya asal remedial tapi tak ada nilai jual bagi kita semua. Terlebih pihak sekolah juga tidak mau ada nilai dari anak-anaknya yang dibawah KKM semua, kalo mau disalahkan lagi ya sistem pendidikan kita yang sudah mulai hancur dan tinggal tunggu saatnya saja, berapa perbandingannya peserta didik yang bisa beradaptasi dengan lingkungan maju saat ini dan yang hanya bisa mengekor kepada kemajuannya.

Dan untuk anak-anak didik gw saat ini jangan takut dengan nilai kalian yang masih dibawah KKM karena nilai bukan acuan diri kalian dnilai gagal oleh dunia, kemampuan kalian untuk bisa mengikuti tanpa harus mengekor kepada banyak orang. Lihat kalo kalian hanya menjadi KEBO YANG DICOCOK HIDUNGNYA, kalian adalah seorang pembelajar yang berpendidikan kalau pada saat dikasih REMEDIAL itu tidak sesuai dengan bidang studi yang kalian ampu tanyakan kembali kenapa REMEDIAL nya seperti minta REMEDIAL yang benar-benar bisa memperbaiki nilai kalian dan bukan hanya di manfaatkan oleh kami para pengajar kalian.

Kenapa gw bercerita seperti ini karena gw udah muak dengan sistem pendidikan yang kacau balau seperti ini, gw gak mau hanya bertindak sebagai #tuhanremed.

~r4,20111214~
*rama yang lagi gondok abis dengan remedial*

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun