Mohon tunggu...
R ANGGOROWIJAYANTO
R ANGGOROWIJAYANTO Mohon Tunggu... Guru - Guru Tetap Yayasan di SMP Santo Borromeus Purbalingga

Saya adalah seorang Guru Swasta yang menyukai dunia tulis menulis dan tertarik dengan dunia pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Belajar dari Ayub

10 Desember 2024   13:19 Diperbarui: 10 Desember 2024   13:19 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kisah paling fenomenal dalam sejarah perjalanan manusia dengan lika-liku pergumulan dan permasalahan hidup adalah Ayub. Orang yang sejak awal bertekad hidup saleh di hadapan yang Kuasa. Karena merasa hidupnya adalah pemberian sang Maha Kuasa maka tugasnya adalah hidup baik dan benar dihadapanNya.

Entah ada maksud lain dalam hati Ayub seperti misalnya agar terhindar dari segala macam musibah maupun malapetaka selama mengarungi kehidupan, tidak ada yang tahu. Tetapi yang pasti Ayub memang sejak awal sudah bertekad untuk hidup benar dihadapan sang Pencipta.

Kebulatan tekad itu tercermin dari sikap hidup yang terus menerus taat dan setia menjalankan semua perintahNya. Termasuk saat persoalan hidup satu persatu mulai menghampiri hidupnya. Zona nyaman dengan ketaatan hidup benar-benar terusik dalam hidupnya. Dan satu persatu yang dimilikinya hilang dan tak berbekas.

Disitulah yang Jahat bermaksud membelokkan prinsip hidup Ayub yang taat dan setia pada Yang Maha Kuasa menjadi kecewa sekaligus depresi dan akhirnya berpaling pada yang jahat. Namun seperti batu karang yang teguh, Ayub tidak pernah bergeming dan menyatakan kekecewaannya pada sang Maha Kuasa. Justru dalam himpitan persoalan dan masalah Ayub menunjukkan kelasnya sebgai orang yang taat dan setia.

Ayub tetap dapat meluhurkan dan memuliakan nama sang Kuasa. Tak pernah sedikitpun muncul di benaknya untuk mengumpat maupun menghujat Tuhannya. Kesadaran batin bahwa hidup diletakkan pada kehendak sang pemberi hidup menjadikannya memiliki keteguhan sikap dan batin yang kuat. 

Buat Ayub persoalan hidup adalah sarana dirinya untuk menempa ketaatan dan kesetiaan yang memang sudah menjadi tekadnya sejak semula. Sehingga tawaran apapun yang mencoba melemahkannya untuk taat dan setia tidak pernah dihiraukannya. Hidup yang merupakan anugerah harus terus dijalankannya walau seberat apapun persoalan yang dihadapinya.

Ayub tidak pernah silau dengan tawaran dunia yang mencoba menjauhkan dirinya dengan sang Pencipta. Ayub tidak ingin integritas yang sudah dibangunnya hancur hanya gara-gara persoalan dunia. Sehingga apapun akan dipertaruhkan demi kemuliaan sang Pencipta.

Saat ini dibutuhkan para pemimpin layaknya Ayub,  Ayub-Ayub yang lain versi sekarang yang memiliki integritas tinggi dan terus menjaganya walaupun mungkin maut menghadangnya. Yang tidak silau oleh tawaran dunia dan tetap teguh berdiri membela sikap dan pendiriannya yang baik di hadapan Tuhan dan sesama.

Salam Sehat......!!! (masa Advent II )

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun