Mohon tunggu...
R ANGGOROWIJAYANTO
R ANGGOROWIJAYANTO Mohon Tunggu... Guru - Guru Tetap Yayasan di SMP Santo Borromeus Purbalingga

Saya adalah seorang Guru Swasta yang menyukai dunia tulis menulis dan tertarik dengan dunia pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Hari Guru Nasional 2024, Ditengah Desakan Penghapusan Zonasi

25 November 2024   08:23 Diperbarui: 25 November 2024   09:17 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kebijakan Zonasi yang digulirkan oleh mas Menteri Nadiem Makarim merupakan lompatan yang tinggi dan jauh bagi dunia pendidikan di Indonesia. Tidak dapat dipungkiri kebijakan tersebut muenuai pro dan kontra baik di kalangan pendidik maupun para orang tua siswa.

Zona nyaman yang bertahun - tahun dirasakan oleh dunia pendidikan seolah - olah dijungkirbalikan begitu saja oleh seorang bernama Nadiem Makarim. Sungguh suatu tantangan baru bagi para pendidik terutama di beberapa sekolah negeri favorit yang selama ini merasakan kenyamanan dalam mendampingi para sisiwanya yang memang secara nilai dan intelektualitas terseleksi ketat. Ibarat ditinggal tidur pun mereka tetap anak-anak pandai dan dapat belajar mandiri.

Budaya kenyamanan menjadi berubah menjadi budaya kompetitif yang memaksa setiap sekolah untuk mendampingi para sisiwa dari beragam kemampuan yang berbeda-beda. Mau tidak mau, suka tidak suka keberagaman para siswa menjadikan kemampuan profesional guru menjadi tertantang untuk dapat dibuktikan. Karena selama ini di sekolah negeri milik pemerintah atau sekolah plat merah ada kecenderungan ( terutama di kabupaten kecil ) yang pasti menjadi juara pertama setiap ada ajang kompetisi siswa adalah sekolah negeri favorit dan lokasinya selalu di ibukota kabupaten. Dengan zonasi maka kemampuan intelektual siswa menjadi tersebar merata di semua kecamatan yang memiliki sekolah negeri.

Disinilah kompetensi guru benar-benar diuji untuk dapat membawa sisiwanya yang beragam kemampuan intelektualnya menjadi siswa yang berprestasi. Dan terbukti guru-guru di kota kecamatan ternyata lebih mampu untuk membawa siswanya berprestasi dalam ajang kompetisi setelah diterapkannya sistem zonasi. Kebiasaan mendidik siswa yang kurang secara intelektual karena siswa pandai sudah terserap sekolah favorit sebelum sistem zonasi,  membuat guru - guru di sekolah pinggiran menjadi guru yang sesungguhanya dapat menunjukan kompetensinya.

Namun yang menyedihkan adalah adanya praktek curang dalam penerimaan peserta didik baru dalam sistem zonasi yang membuat para orangtua murid menjadi kecewa. Dan menganggap sistem ini jelek dan harus diganti. Sebenarnya terlalu naif memvonis sistem zonasi itu jelek karena bukti nyatanya adalah meratanya prestasi sekolah di dunia pendidikan. Yang jelek adalah implementasi peraturannya yang sering tidak tegas. Apalagi dengan penerapan kebijakan domisili minimum 2 tahun yang sering dimanipulasi oleh para orangtua sisiwa yang masih berpikiran harus sekolah di sekolah favorit.

Perlu ketegasan dari para pengambil keputusan dalam menerapakan peraturan zonasi agar masyarakat tidak antipati terhadap sisitem yang sebenarnya sangat baik bagi pemerataan prestasi di dunia pendidikan. Tanpa sistem zonasi maka banyak pendidik yang tidak mau untuk meningkatkan kompetensinya karena cukup nyaman dengan sisiwanya yang memang sudah dibekali kepandaian. 

Sistem zonasi membuat semua guru harus berlomba dalam mendampingi peserta didik apapun kondisinya agar mereka mempunyai kemapuan intelektual yang dapat digunakan sebagai bekal hidupnya untuk masa depannya. Guru menjadi terasah kemampuannya untuk menghadapi karakter dan intelektualitas siswanya yang beragam, sehingga pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan peserta didik dapat benar-benar diimplementasikan.

Sehingga usulan untuk menghapus sistem zonasi tentu perlu dikaji ulang. Jangan hanya karena ingin populer saja kemudian kebijakan tersebut secara emosional akan dihapuskan. Mas Menteri Nadiem sungguh orang yang tidak ingin populer dengan kebijakannya, tetapi justru membawa semangat fundamental dalam merombak zona nyaman dalam sistem pendidikan di Indonesia.

Keberanian Nadiem saat itu sayangnya tidak diikuti ketegasan aparat dibawahnya yang tampak tidak tegas dalam menerapkan sistem zonasi. Maka pada Menteri Pendidikan Dasar dan Menegan sekarang diperlukan ketegasan dalam penerapan sistem zonasi. Sehingga apa yang sudah baik tidak perlu dikembalikan menjadi tidak baik terutama bagi kemajuan pendidikan nasional saat ini. Beranilah pak Menteri untuk tidak populer demi kemajuan pendidikan Nasional.

Maju terus sistem zonasi.....Selamat Hari Guru Nasional 2024,Guru Hebat Negara Kuat !!!

Salam Sehat !!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun