Mohon tunggu...
R ANGGOROWIJAYANTO
R ANGGOROWIJAYANTO Mohon Tunggu... Guru - Guru Tetap Yayasan di SMP Santo Borromeus Purbalingga

Saya adalah seorang Guru Swasta yang menyukai dunia tulis menulis dan tertarik dengan dunia pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Perilaku Kejahatan Anak yang Tidak Biasa

13 September 2024   09:16 Diperbarui: 13 September 2024   09:20 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hukum. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Miris mendengar kasus kejahatan yang dilakukan oleh anak - anak akhir-akhir ini. Baik sebagai pelaku maupun sebagai korban dalam kasus kejahatan. Terlebih yang menjadi pelaku dan korban juga anak - anak juga.

Masa kanak-kanak yang harusnya diisi dengan keceriaan dan canda tawa harus berakhir dengan maut bagi korban dan gelapnya jeruji besi bagi pelaku. Suka tidak suka perilaku yang dilakukan anak-anak pada kasus kejahatan sekarang ini sungguh diluar kewajaran sebagai anak. Perilakunya bahkan melebihi orang dewasa yang melakukan kejahatan.

Seperti kasus di Sumatera Barat, sangat sulit untuk membayangkan kejahatan yang dilakukan anak-anak ( kalau memang terbukti pelakunya anak-anak) sampai begitu kejamnya melampui orang dewasa. Merampas begitu saja nyawa seorang anak perempuan yang berusia anak - anak tanpa belas kasihan sedikitpun. Bahkan bukan hanya membunuh tetapi juga merudapaksa. Ukuran perlikunya sungguh diluar kewarasan nalar seorang manusia. 

Belum lagi yang terjadi di Sumatera Selatan yang jelas-jelas pelakunya adalah anak - anak juga sangat kejam. Pelaku anak tetapi perbuatannya layaknya orang dewasa. Kemunculan perilaku yang tiba -tiba seperti orang dewasa dalam melakukan kejahatan tentu menjadi pertanyaan kita semua.

Mudahnya anak - anak mengakses informasi apapun tanpa membentengi diri dengan kemampuan memilah dan memilih konten yang sesuai dengan tingkatan usianya sepertinya tidak ada. Semua informasi baik negatif maupun positif dilahap mentah - mentah dan biasanya hal yang negatif selalu menarik untuk ditiru dan dilakukan. Sepertinya negatif konten lebih enak dinikmati daripada konten positif. 

Bahkan kalau diamati sesuatu yang negatif lebih cepat viral daripada yang positif. Maka tak ayal anak - anak sering meniru hal negatif yang didapat dari dunia maya. Tak dapat dipungkiri maka perilaku anak - anak sering tidak selayaknya usia mereka. Anak - anak lebih cepat dewasa perilakunya dalam hal negatif.

Sudah saatnya peran orang tua dalam memberi pengetahuan dan didikan yang baik harus dilakukan. Alasan tidak adanya waktu untuk berinteraksi dengan keluarga akibat kesibukan kerja sepertinya harus mulai dipertimbangkan. Suka tidak suka mau tidak mau harus segera ada kesadaran bahwa keluarga adalah tempat paling nyata dalam melakukan pendidikan terhadap anak. Waktu harusnya bisa diatur dengan baik apabila ada keinginan kuat untuk membina keluarga yang sehat. 

Dengan komunikasi yang baik tentu semua permasalahan dapat dibicarakan bersama keluarga. Keterbukaan menjadi kunci dalam membangun komunikasi dengan keluarga. Sehingga anak - anak tidak perlu mencari solusi diluar untuk memecahkan permasalahannya. Apalagi apabila mencari solusinya di dunia maya baik itu media sosial maupun internet. Tentu ada yang menjebak dan biasanya lebih menarik bagi mereka. Disinilah peran keluarga dalam hal ini orang tua sangat diperlukan kehadirannya. 

Termasuk permasalahan seksual juga harus mulai dibicarakan secara terbuka dengan keluarga. Jangan sampai anak - anak mencari pengetahuan seksual diluar sehingga menyesatkan mereka. Apalagi yang tidak dapat membendung hasrat seksual mereka karena usia remaja yang mulai bergelora hasrat seksualnya. Maka perlu untuk memberikan edukasi khususnya cara mengendalikan hasrat seksual yang muncul dalam usia remaja akibat dari mudahnya mendapatkan konten dewasa saat ini. 

Kejahatan dengan perilaku yang tidak biasa yang dilakukan oleh anak - anak saatnya diamputasi agar korban tidak semakin banyak. Anak - anak punya pengendalian diri dalam berperilaku dan mulai memikirkan pendidikannya. Pemerintah perlu hadir mengedukasi secara rutin tentang pentingnya membangun keluarga yang harmonis sehingga tercipta perilaku anak - anak yang sehat. Demikian juga para tokoh agama perlu menghadirkan edukasi keagamaan yang menarik bagi anak - anak sehingga anak tidak terjebak pada perilaku yang negatif.

Salam Sehat.....!!!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun