Mohon tunggu...
R ANGGOROWIJAYANTO
R ANGGOROWIJAYANTO Mohon Tunggu... Guru - Guru Tetap Yayasan di SMP Santo Borromeus Purbalingga

Saya adalah seorang Guru Swasta yang menyukai dunia tulis menulis dan tertarik dengan dunia pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Multifungsi: Ketidakpercayaan Diri Pemimpin Sipil

11 Juni 2024   09:35 Diperbarui: 11 Juni 2024   09:39 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mengembalikan semua hal yang berbau militeristik di sebuah negara yang selama 32 tahun dipimpin rezim otoriter seperti Indonesia memang bukan hal yang mudah. Berbagai kenyamanan yang sebenarnya hanya dinikmati segelintir orang terasakan sebagai kenyamanan buat semua orang.

Kegaduhan sebagai imbas dari semakin majunya pola pikir dalam masyarakat seperti senyap bahkan nyaris tidak berbunyi. Itulah yang dinamakan kenyamanan saat rezim otoriter berkuasa. Siapa saja yang berbeda dengan penguasa dianggap sebagai musuh negara. Apalagi masyarakat kecil yang tidak memiliki akses ke penguasa semakin terpinggirkan. 

Namun dari sisi keamanan dan ketertiban memang memanjakan masyarakat. Gaduh dan riuh suara politisi tidak pernah ada dalam berbagai ruang publik. Kalau mau bersuara satu - satunya jalan adalah melalui lorong sempit alias bawah tanah. Tidak bisa dihitung berbagai media yang diberangus oleh penguasa otoriter akibat menerbitkan berita atau opini yang berlawanan dengan pemerintah. 

Semua yang berbeda tidak diberi tempat dalam rezim yang otoriter. Kebenaran menjadi mutlak milik penguasa. 

Reformasi menjadi jalan pembuka untuk menghancurkan dominasi penguasa otoriter dan militeristik. Masyarakat sipil diberi ruang seluas - luasnya untuk menjadi pemimpin. Sehingga bermunculan banyak para pemimpin sipil yang sebelumnya tidak pernah mendapat tempat di pemerintahan. 

Militer dikembalikan kepada fungsinya sebagai penjaga keamanan negara. Seluruh posisi sipil dikembalikan kepada peruntukkannya. Kalau seorang militer mau menduduki jabatan sipil maka harus menanggalkan kemiliterannya sehingga menjadi masyarakat sipil seperti lainnya. 

Namun yang terjadi setelah 25 tahun reformasi justru para pemimpin sipil yang tidak lagi mempunyai kepercayaan diri dalam menjalankan kepemimpinannya. Mereka mulai menarik-narik lagi militer masuk ke berbagai jabatan sipil. Padahal masyarakat sipil sebenarnya banyak yang memiliki kemampuan diatas rata-rata. Hanya masyarakat sipil tidak lagi memiliki kepercayaan diri untuk melakukan terobosan karena itu butuh peran militer untuk memuluskan langkahnya.

Kritik buat para pemimpin sipil di negeri ini adalah ketidakpercayaan diri mereka dalam menjalankan fungsinya. Selalu melakukan simbolisasi kekuatan dengan menarik militer baik aktif maupun non aktif dalam berpolitik. Maka tidak heran selalu muncul wacana untuk mendudukan lagi militer dalam kancah pemerintahan yang harusnya diisi oleh sipil. 

Kedewasaan para pemimpin sipil perlu ditumbuhkan agar kepercayaan diri dalam memimpin bangsa dan negara dapat berkembang. Sehingga tidak lagi muncul kecenderungan para anak muda ingin kembali merasakan kenyamanan seperti saat orang tua mereka hidup pada masa rezim otoriter dahulu. 

Cerita - cerita tentang keamanan dan tidak adanya kegaduhan politik menarik minat anak muda untuk mengidolakan para pemimpin non sipil untuk ditarik masuk kedalam politik dan pemerintahan. Jangan salahkan militer apabila dapat mengambil alih pemerintahan apabila masyarakat sipil terutama pemimpinnya sudah kehilangan kepercayaan dirinya.

Salam Sehat.....!!!! 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun