Mohon tunggu...
R ANGGOROWIJAYANTO
R ANGGOROWIJAYANTO Mohon Tunggu... Guru - Guru Tetap Yayasan di SMP Santo Borromeus Purbalingga

Saya adalah seorang Guru Swasta yang menyukai dunia tulis menulis dan tertarik dengan dunia pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Mencermati Janji Capres terhadap Dunia Pendidikan

17 Januari 2024   11:20 Diperbarui: 17 Januari 2024   11:23 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Kontestasi Capres 2024 memang terasa sangat sengit, namun bagaimanapun masih dalam koridor demokrasi yang baik. Berbagai janji - janji terus dilontarkan para Capres dan Cawapres baik dalam kampanye terbuka maupun dalam debat yang diadakan oleh KPU.

Yang menarik adalah berbagai janji yang diutarakan kadang masih dalam tahap wajar namun ada juga yang masuk kategori diluar logika yang masuk akal. Wajar karena kalau diukur dengan anggaran yang ada masih masuk akal sesuai dengan anggaran yang tersedia. Namun menjadi tidak wajar apabila anggaran yang tersedia kurang dari janji yang dilontarkan para Capres dan Cawapres. 

Bisa juga kalau janji yang ditawarkan tidak sesuai kenyataan yang ada, atau janji yang ditawarkan terlalu komplek untuk diwujudkan karena mungkin berbenturan dengan regulasi yang ada. Karena regulasi biasanya menjadi ranah legislator maka biasanya tidak semudah membalikkan telapak tangan untuk mewujudkan janji kampanye yang ditawarkan.

Pendidikan juga termasuk bidang yang cukup seksi untuk ditawarkan oleh para Capres dan Cawapres untuk menarik para pemilihnya. Bagaimana tidak seksi karena jumlah guru di Indonesia saat ini mencapai 3,36 juta orang dengan anggaran yang ada mencapai Rp. 612,2 triliun. Tentu sangat menarik sebagai lahan garapan oleh para Capres dan Cawapres untuk menggodog janjinya di bidang pendidikan.

1. Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar

Pasangan ini merupakan kombinasi seorang intelektual dan mantan Menteri Pendidikan serta seorang legislator tentu menjadi menarik apabila menawarkan janji kampanyenya di bidang pendidikan. Anies menawarkan pendidikan yang berkeadilan, berkualitas, tenaga pendidik yang sejahtera, dan keterjangkauan biaya pendidikan. Kalau  dicermati dengan anggaran pendidkan yang cukup tinggi tentu program yang ditawarkan tidak sulit untuk direalisasi. 

Keberlanjutan pendidikan bagi siswa dari SD - SMA termasuk Wajib Belajar sampai dengan SMA tentu butuh biaya yang tidak sedikit tetapi dengan adanya BOS yang ditawarkan akan diberikan berdasrkan kebutuhan maka janji tersebut dapat direalisasi. Hanya yang menjadi pertanyaan apakah janji tersebut hanya akan diwujudkan di sekolah - sekolah negeri saja tanpa melibatkan sekolah swasta. Karena dengan biaya yang murah di negeri maka akan membuat daya saing sekolah negeri dan swasta menjadi tidak berimbang. Orang akan cenderung memilih sekolah negeri yang murah dibanding sekolah swasta yang berkualitas namun lebih mahal. 

Walaupun ada angin segar bahwa akan meningkatkan daya tampung di sekolah negeri dan swasta namun implementasinya kurang terlihat spesifik. Termasuk kesejahteraan guru juga sama sekali belum menyentuh sekolah swasta yang notabenenya juga iku mencerdaskan anak bangsa terlebih yang berda di kota kecil yang persaingannya tidak seimbang dengan sekolah negeri dalam hal pembiayaan. Kalau mencermati janji kampanye pasangan ini di bidang pendidikan cukup realistis namun belum menyentuh sekolah swasta kecil yang banyak tersebar di Indonesia.

2. Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka

Prabowo dan Gibran mungkin lebih sibuk dengan janji untuk memberi makan siang dan susu bagi anak - anak sekolah yang anggarannya mencapai 450 triliun. Sedangkan di bidang pendidikan mereka menjanjikan untuk membangun sekolah - sekolah unggulan yang terintegrasi di setiap Kabupaten, menaikkan gaji guru dan dosen, dan memperkuat pendidikan dan teknologi berbasis digital. 

Mencetak sekolah unggulan tentu apabila anggarannya cukup akan mudah untuk direalisasikan namun apabila kurang tentu akan menjadi proyek mangkrak seperti halnya pada saat muncul sekolah Imersi pada era SBY. Dan dikotomi sekolah unggulan dan tidak unggulan akan kembali mewarnai dunia pendidikan kita, yang seharusnya sudah tidak lagi ada. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun