Kehidupan selalu diwarnai dengan pasang surut atas suatu kondisi yang menyertainya. Tidak ada yang terjadi begitu saja tanpa proses untuk mendapatkannya. Dalam setiap proses tentu terjadi pasang surut atas setiap langkah dan keputusan yang akan diambilnya.
Mendidik seorang anak untuk lebih menghargai proses hidup dibanding hasil akhir yang telah menjadi capaiannya tentu tidaklah mudah. Dibutuhkan keikhlasan dalam melihat sang anak dalam proses jatuh bangun untuk meraih apa yang akan dicapainya. Harus ada rasa tega untuk melihat anak digembleng dengan segala konsekuensinya.
Orang tua yang baik tentu melihat proses jatuh bangun sang anak dianggap sebagai proses belajar agar tumbuh menjadi anak yang tangguh dan berani mengambil keputusan. Bahwa dalam berproses kadang mendapatkan keluhan yang kerap kali membuat munculnya rasa tidak tega, namun harus tetap ditahan agar sang anak dapat menjadi anak yang tangguh.Â
Semua fasilitas yang dimiliki kadang perlu untuk disingkirkan baik itu kekayaan, jabatan, maupun intelektualitasnya yang seringkali dapat dimanfaatkan sang anak untuk meraih tujuannya. Seorang anak yang selalu diberi fasilitas oleh orang tuanya belum tentu akan menggunakan fasilitas tersebut untuk kepentingannya, namun seringkali disalah gunakan untuk mempermudah urusannya dalam menjalani hidup.Â
Anak yang terbiasa seperti itu pasti dalam menjalani hidup selalu berpikir instant tanpa mau berproses yang terlalu panjang. Yang dipikirkannya adalah bagaimana supaya apa yang diinginkannya akan cepat terwujud. Tanpa ada kemauan untuk bersusah payah dalam menjalani kehidupannya.
Sudah saatnya dunia pendidikan juga menerapkan kurikulum yang lebih berpihak pada kemampuan untuk berproses dibanding dengan menghargai tinggi hasil akhir. Sehingga proses yang dilalui oleh peserta didik dalam hal ini anak lebih berkualitas dan tidak bersifat instant.Â
Proses dalam mengerjakan tugas - tugas portofolio, proyek, tugas invidu, dan tugas kelompok yang dijalani peserta didik dalam kesehariannya dalam proses belajar mengajar lebih dihargai. Dari situ akan terlihat kualitas intelektual dan kompetensi peserta didik dalam menjalani proses pendidikanya.
Dengan pendidikan yang didesain seperti itu maka kelurga di rumah para peserta didik pun harus memberlakukan hal yang sama. Sehingga antara proses pendidkan di sekolah dengan di rumah terjadi sinergitas yang baik. Anak - anak pun akan terbiasa untuk selalu menghargai proses hidup dibanding segala sesuatu diraih secara instant.
Terlebih untuk keluarga para pemimpin Nasional, sudah saatnya untuk menghindari memberikan keleluasaan menikmati fasilitas orang tuanya untuk meraih keinginan yang  instant. Tanpa berpeluh keringat dan berdarah - darah seorang anak pejabat tiba - tiba menduduki jabatan publik.Â
Walaupun melalui proses pemilihan yang demokratis sekalipun namun karena membawa ketenaran kinerja orang tuanya tentu tidak akan membuahkan hasil yang baik. Kecuali anak tersebut dibiarkan berproses dari level paling bawah untuk meraih jabatan publik.Â
Masyarakat juga harus terus diedukasi lewat pendidikan yang berproses dan menghindari perilaku instant untuk meraih keinginan. Kurikulum Merdeka sebenarnya sangat baik dalam keberpihakan kepada penilaian proses dibanding hasil akhir.Â