Mohon tunggu...
R ANGGOROWIJAYANTO
R ANGGOROWIJAYANTO Mohon Tunggu... Guru - Guru Tetap Yayasan di SMP Santo Borromeus Purbalingga

Saya adalah seorang Guru Swasta yang menyukai dunia tulis menulis dan tertarik dengan dunia pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Soal Pilihan Ganda: Berpikir Kritis atau Bernalar Kritis

4 Oktober 2023   09:42 Diperbarui: 4 Oktober 2023   09:49 1282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semenjak diterapkannya kurikulum 1975 pada masa orde baru, maka proses penilaian dalam hal ini test mulai menggunakan pola soal pilihan ganda dan uraian. Jumlah soal pilihan ganda lebih banyak dari soal uraian, dengan harapan siswa akan mendapatkan nilai yang lebih baik.

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan soal berbentuk pilihan ganda. Pada soal pilihan ganda siswa juga tetap harus berpikir keras untuk dapat menemukan jawabannya. Namun apakah mampu menjadikan siswa untuk berpikir kritis ? Artinya mampu membuka wawasan berpikir siswa sesuai dengan daya tangkapnya terhadap materi suatu pelajaran. Karena soal pilihan ganda bersifat tertutup terhadap alternatif jawaban sesuai daya tangkap siswa. 

Tentu kemampuan berpikir kritis akan terhalangi oleh ketertutupan terhadap jawaban alternatif yang sebenarnya dimiliki oleh setiap siswa. Asalkan tidak melenceng jauh dari kaidah keilmuan yang sedang dipelajarinya. Daya kritis tentu dibutuhkan oleh setiap manusia agar mampu menyikapi setiap situasi dan kondisi yang sedang dihadapi dalam menjalankan kehidupannya. Tanpa daya kritis tersebut maka manusia akan mudah menyerah terhadap perubahan situasi dan kondisi yang terjadi dalam masyarakat.

Soal pilihan ganda mungkin dapat mengasah daya nalar yang baik. Karena alternatif jawaban yang sudah tersedia dapat dinalar dengan logika berpikir sehingga dapat memilih mana jawaban yang sesuai dengan penalarannya. Tanpa berpikir keras pun kadang dapat memilih mana jawaban yang benar menurut versi penalarannya. Atau malah hanya dengan cap cip cup sambil menghitung kancing baju secara bergantian akan muncul jawaban dari soal tersebut.....hahahaha.

Jadi soal pilihan ganda bukan salah tetapi juga harus dilengkapi dengan soal uraian yang baik dan berbobot nilai lebih tinggi dari soal pilihan ganda. Apabila dua model soal ini dikombinasikan tentu akan mampu melatih siswa untuk bernalar kritis dan berpikir kritis dalam mengerjakan soal test tersebut.

Manusia juga butuh untuk bernalar kritis agar persoalan dalam hidupnya mampu untuk dipecahkan melalui pilihan-pilihan alternatif solusi yang tersedia. Sehingga setiap permasalahan memilki jalan keluar dalam kehidupannya. Tanpa bernalar kritis tentu manusia juga memiliki keterbatasan dalam mencari solusi atas problema yang dihadapinya. Padahal jawaban atas problema yang dihadapinya ada di depan mata, tinggal memilih mana yang lebih baik.

Kurikulum merdeka sebenarnya mengkombinasikan kedua hal tersebut. Siswa diajak berpikir secara merdeka untuk mencari jawaban atas problema yang muncul dalam kehidupannya dikaitkan dengan ilmu pengetahuan yang sedang dipelajarinya. Sehingga kemerdekaan berpikir benar-benar ada pada diri setiap siswa dalam menempuh pendidikannya. Ruang untuk berkreasi bagi guru dan siswa untuk menampilkan kemampuan berpikir juga sangat terbuka, sehingga diharapkan kolaborasi antar keduanya dapat menciptakan siswa yang lebih baik bobot keilmuannya dan guru yang kreatif dalam menyampaikan ilmu pengetahuan yang dikuasainya. 

Salam Sehat!!!!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun