Mohon tunggu...
R ANGGOROWIJAYANTO
R ANGGOROWIJAYANTO Mohon Tunggu... Guru - Guru Tetap Yayasan di SMP Santo Borromeus Purbalingga

Saya adalah seorang Guru Swasta yang menyukai dunia tulis menulis dan tertarik dengan dunia pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Razia Cukur Rambut di Sekolah: Upaya Mendidik atau Mempermalukan

14 September 2023   08:35 Diperbarui: 14 September 2023   09:15 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Rambut bagaimanapun adalah mahkota bagi setiap manusia. Kalau ada yang bilang kalau rambut adalah hanya mahkota bagi wanita saya kurang sependapat. Pria juga membutuhkan rambut sebagai aksesoris penting bagi kehidupannya terutama bagi pria yang malu kalau berkepala plontos.

Terlepas dari itu semua, apabila ada yang tidak beres dengan kondisi rambut tentu akan menjadi sesuatu hal yang mengkhawatirkan. Bagaimana tidak sehat tidaknya pertumbuhan rambut juga menjadi indikator kesehatan seseorang. Rambut yang tumbuh subur dan lebat tentu menandakan bahwa si empunya rambut kondisi kesehatannya baik-baik saja. 

Apa yang terjadi apabila rambut kita perlahan-lahan rontok dari hari ke hari? Tentu kita semua akan khawatir dengan kondisi kesehatan kita. Jangan - jangan kita mengidap suatu penyakit yang mengkhawatirkan. Jadi secara psikologis rambut sangat mempengaruhi juga kondisi kejiwaan seseorang.

Nah.....yang sedang ramai dibicarakan saat ini adalah bagaimana beberapa murid di suatu sekolah yang rambutnya dipotong dengan tidak beraturan oleh para gurunya. Dengan alasan karena model rambut mereka tidak sesuai dengan model rambut yang sudah ditetapkan oleh sekolah tempat mereka belajar. Ada juga yang hanya karena tidak memakai kelengkapan penutup rambut siswi-siswi pun menjadi korban pencukuran rambut yang tidak beraturan oleh gurunya. 

Pada jaman dahulu sebenarnya kasus-kasus seperti itu seringkali terjadi. Namun keterbatasan media informasi maka banyak kasus yang luput dari jangkauan masyarakat. Atau orang tua jaman dahulu juga lebih mempercayakan pendidikan pada anaknya sepenuhnya pada sekolah, sehingga seringkali kalau mendapat laporan dari anaknya habis dihukum guru dengan mencukur rambut tidak beraturan justru akan ditambah oleh orang tuanya dengan menggunduli sekalian. Bagaimanapun itu era feodal dimana seseorang yang berada pada posisi terbawah dalam hal ini anak harus selalu menurut kata orang tua, Kalau era sekarang justru anak seringkali berargumen dengan orang tuanya.

Mari kita berpikir ke depan, tidak perlu menyalahkan zaman yang bergerak semakin cepat. Karena kemajuan zaman adalah sebuah keniscayaan dan selalu membawa perubahan tata perilaku suatu masyarakat.

Mari kita bahas, apakah mencukur rambut siswa adalah perilaku mendidik yang baik atau justru akan mempermalukan anak didik. Apabila siswa tersebut melakukan pelanggaran atas model rambut yang sudah ditetapkan sekolah alangkah baiknya dipanggil terlebih dahulu oleh Wali Kelasnya terlebih dahulu untuk diberi nasehat dan peringatan agar segera mengganti model rambutnya. Kalau Wali Kelas sudah memperingatkan masih saja membandel maka surat peringatan segera dikirim ke orang tua siswa. Tentu akan lebih efektif karena pada saat pemanggilan orang tua pasti akan terjadi kesepahaman untuk memperbaiki perilaku anak didik. Berbeda dengan dihukum langsung tanpa proses menasehati dan memperingatkan, maka menjadi tidak berbeda dengan menghukum sesorang tanpa proses peradilan. Tentu apabila dilakukan justru akan menghadirkan pendidikan hukum yang buruk bagi peserta didik. Anak didik akan melihat bahwa tanpa proses hukum pun sesorang apabila dianggap bersalah bisa langsung dihukum tanpa proses peradilan. Maka yang akan terjadi adalah perilaku main hakim sendiri tumbuh subur di masyarakat.

Jadi menghukum peserta didik pun harus selalu melewati proses yang bertahap layaknya proses hukum yang terjadi di masyarakat. Bukan hanya karena lantaran emosi langsung menghukum anak didik tanpa prosedur yang berlaku di sekolah. Kadang perilaku emosis dari para pendidik juga karena tidak bisa mengendalikan emosi pada dirinya entah karena persoalan rumah tangga yang dibawa ke sekolah atau mungkin karena pengendalian emosi dari seorang guru yang kurang ( biasanya terjadi pada guru-guru muda).

Maka razia cukur yang saat ini terjadi di beberapa sekolah sebenarnya tidak perlu terjadi agar pendidikan yang baik dapat dirasakan oleh semua orang. Orang tua juga tidak perlu membalas dengan emosi apabila terjadi pelanggaran di sekolah tetapi juga harus mengedepankan prosedur pelaporan kepada pihak sekolah. Jangan sampai sekolah menjadi lembaga yang justru mengajarkan perilaku melanggar hukum dalam menangani permasalahan anak didik tetapi harus menjadi lembaga pendidikan terdepan dalam menangani permasalahan hukum anak didiknya.

Salam Sehat......!!!!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun