Jangan sekali-kali meremehkan pak RT!!! Bayangkan, segala urusan lingkungan hampir semua di tangani oleh pak RT. Ada got mampet, lapor pak RT, ada jalan rusak, lapor pak RT, lampu PJU mati, lapor pak RT, bahkan sampai urusan kredit macet pun si Debt Collector nya teleponnya (baca : teror) ke pak RT. Luar biasa!!!
Tak pernah terbayang dalam benak ku untuk menjadi pak RT. Selain karena pekerjaan ku yang lebih sering berada di lapangan dibanding di Jakarta (aku kerja dengan sistem 6 minggu di lapangan 3 minggu cuti), juga terbayang segala macam kerepotan yang akan terjadi kalau aku jadi ketua RT. “Ngapain sih ikut-ikutan jadi calon ketua RT...” gitu sembur ibunya anak-anak ketika ku beritahu aku jadi calon ketua RT. “Udah mah repot, gak di gaji lagi, belum kalau kamunya ke lapangan, kan akunya yang repot” “iya nih, papa, ngapain sih” si cewek sulung ikut-ikutan. Sambil tersenyum di kulum aku menjawab “Tenang..tenang...kan baru calon, lagian kan papa juga di paksa sama panitianya untuk ikutan, karena gak ada yang mau...” O ya, sedikit ku ceritakan bahwa beberapa hari sebelumnya ada seorang panitia menghubungi ku dengan sedikit memaksa untuk ikutan jadi calon ketua RT, dan dia bilang bahwa ada 2 calon lagi yang ikutan bersaing. Akhirnya aku terpaksa menerima dengan pertimbangan aku tidak akan terpilih karena kansnya lebih kecil. Pertimbangannya adalah bahwa aku adalah calon termuda dan paling baru tinggal di lingkungan itu. Yang satu adalah seorang karyawan sebuah perusahaan perminyakan, dosen, dan juga yang paling senior diantara kami bertiga. Yang satunya lagi adalah seorang ekonom, lumayan senior, cukup aktif di mesjid lingkungan, jadi ku pikir peluang ku untuk menjadi ketua RT sangatlah kecil.
“Tuh kan...kubilang juga apa, gak usah lah ikut-ikutan jadi calon” begitu komentar si ibunya anak-anak ketika ku beritahu hasil pemungutan suara yang di luar perkiraan. Aku jadi ketua RT!!! Hahhhh...ngebayanginnya aja udah pusing...udah gitu masa jabatanya 3 tahun lagi...berarti aku akan menjabat sampai tahun 2015...
Aku sempat mencoba meloby beberapa panitia dan ketua RT yang lama. Ku katakan bahwa pekerjaan ku sangat lah tidak ideal untuk jabatan ketua RT. “Nanti kalo saya di lapangan gimana Pak...kasian kan nanti kalo ada warga yang ada urusan dengan saya, mereka tidak terlayani dengan baik” begitu aku mencoba berdalih. Tapi sayang, hasilnya nihil!!! “yah...mas Reza kan abis dari lapangan balik ke rumah kan” begitu kelit panitia.
Akhirnya dengan pasrah aku menerima menjadi ketua RT yang baru di lingkungan ku. Hari-hari ku menjadi ketua RT ku coba jalani dengan amanah dan iklas. Apalagi kalo urusannya sama uang, wuih...ati-ati banget deh, harus jujur dan amanah. Untung saja saya punya tim yang hebat dan luar biasa, pak Sekretaris RT yang aktif dan selalu rajin ikut rapat RW, dan Ibu bendahara yang amanah dan jujur dalam mengelola uang warga, dan juga yang paling penting aku di bantu Ibu RT yang super...hehehe...yang bantuin ketikin surat, nulis nama di surat warga dan bantu urusan perduitan juga, dan semua urusan selama pak RT kerja di lapangan...Terima kasih bu RT...
So...masih anggap remeh pak RT..?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H