Mohon tunggu...
Reza Ashadi
Reza Ashadi Mohon Tunggu... -

Seorang Geo-Explorer...

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kekuatan Spiritual...

6 Juli 2014   20:26 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:15 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Membaca kolom Ibrah Prof. Nasaruddin Umar di Republika 2 Juli 2014 sungguh sangat menginspirasi. Prof membahas mengenai kekuatan ikhlas dengan bahasa yang sederhana. Disitu diceritakan mengenai Hadits, ketika Allah SWT menciptakan bumi sebagai cikal-bakal hunian manusia, para malaikat takjub karena bola bumi itu bergetar entah berapa skala Richter. Setelah Allah meletakkan gunung sebagai paku bumi, langsung bola bumi itu diam. Malaikat bertanya, “Ya Allah, masih adakah yang lebih hebat daripada gunung?” Allah menjawab masih ada, yaitu besi. Besi dapat meratakan bukit dan gunung. Setelah itu, malaikat bertanya, “Ya Allah, masih adakah yang lebih hebat daripada besi?”

Allah pun menjawab, masih ada, yaitu api. Api dapat mencairkan besi. Malaikat bertanya lagi, “Ya Allah masih adakah yang lebih hebat daripada api?” Dijawab Allah masih ada, yaitu air. Air dapat mematikan api. Setelah itu, malaikat bertanya, masih adakah yang lebih hebat daripada air. Allah kembali mejawab masih ada, yaitu angin. Angin dapat menguapkan air. Malaikat pun terus bertanya, “Masih adakah yang lebih hebat daripada angin?”

Allah menjawab masih ada, yaitu orang-orang yang menyumbang, tangan kanannya tidak ketahuan tangan kirinya, yakni orang-orang yang betul-betul ikhlas.

Sayang sekali dalam tulisan tersebut Prof tidak menjelaskan siapa Perawi hadits tersebut. Tapi jelas sekali dalam Hadits tersebut menjelaskan tentang kekuatan Ikhlas.

Orang-orang yang ikhlas (mukhlisin) memiliki kekuatan yang luar biasa. Mereka lebih hebat daripada gunung, besi, api, air, dan angin. Orang-orang ikhlas menjadikan power Tuhan sebagai kekuatannya.

Kebanyakan diantara mereka tidak populer di bumi, tapi amat populer di langit. Mereka semua merupakan selebritas langit, yang memiliki sahabat-sahabat spiritual yang bekerja dengan caranya sendiri.

Arswendo Atmowiloto dalam karya monumentalnya Senopati Pamungkas menuliskan tentang kekuatan pasrah. Seorang pemuda, Upasara Wulung, menemukan ilmu tertingginya yaitu Tepukan Satu Tangan, dimana tepukan satu tangan lebih dahsyat daripada tepukan dua tangan juga dalam keadaan pasrah yang sangat total.

Pasrah disini tentu maksudnya ridha, bukan pasrah yang melahirkan sikap fatalisme. Jadi ridha tersebut terkandung isyarat bahwa ridha bukan berarti menerima begitu saja segala hal yang menimpa kita tanpa ada usaha sedikit pun untuk mengubahnya. Ketika sesuatu yang tidak diinginkan datang menimpa, kita dituntut untuk ridha. Dalam artian kita meyakini bahwa apa yang telah menimpa kita itu adalah takdir yang telah Allah tetapkan, namun kita tetap dituntut untuk berusaha.

Lester Levenson adalah seorang wirausahawan sukses dan pakar fisika. Pada tahun 1952, di usianya yang ke-42, ia menderita berbagai macam penyakit fisik dan psikologis. Kesuksesan karir dan finansial tidak membuatnya bahagia. Ia menderita depresi berat, sakit ginjal, lever membangkak, hyperacidity, dan beberapa komplikasi parah lainnya. Satu hari dokter yang menanganinya menyerah dan mempersilahkan dia pilang untuk menanti malaikat penjemput kematian dengan damai di apartementnya di Central South Park, New York.

Lester Levenson adalah pria yang suka tantangan, alih-alih menyerah, dia malah memutuskan untuk kembali ke laboratoriumnya dan mencari jalan keluar atas masalah yang tengah dihadapinya. Dia melakukan refleksi dan akhirnya menemukan cara untuk “pasrah” melampaui segala keterbatasan diri, “to letting go of all any inner limitation”, begitu dia menyebutnya. Selama 3 bulan dia mempraktikan metode “pasrah” ini. Dan secara ajaib semua penyakitnya sembuh, bahkan memasuki kondisi kedamaian hati dan kebahagiaan yang terus ia rasakan hingga akhir hayatnya, 18 Januari 1994. (40 tahun setelah vonis dokter).

Metode “pasrah” ala Lester Levenson ini sekarang diajarkan oleh murid setianya, Hale Dwoskin dan dinamai “The Sedona Method” (Sedona adalah nama kota kecil di Amerika, tempat Lester Levinson dan Hale Dwoskin mengajarkan teknik ini). Sampai saat ini sudah ratusan ribu orang telah memetik manfaat dari “Sedona Method” dan efektifitasnya telah diakui oleh para ahli dan dibuktikan oleh beberapa penelitian, salah satunya dilakukan oleh lembaga penelitian terkemuka, Harvard Medical School.

Semoga kita semua termasuk golongan orang-orang yang ikhlas dan pasrah (ridha). Semoga pemimpin-pemimpin kita termasuk golongan orang-orang yang lebih memilih menjadi selebritas langit dan popular di langit daripada menjadi selebritas dan popular di bumi. Semoga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun