Mohon tunggu...
Rakhmat Robbi
Rakhmat Robbi Mohon Tunggu... profesional -

Lahir di Banjarmasin - Kalimantan Selatan tanggal 2 agustus 1984 | Senior Consultant pada Value Alignment Advisory (VA2) sebuah lembaga konsultan dan riset bidang manajemen dan organisasi | meminati masalah-masalah ekonomi, manajemen, dan sosial kemasyarakatan

Selanjutnya

Tutup

Money

Mari Berkenalan dengan Blue Ocean Strategy

9 Mei 2012   06:45 Diperbarui: 4 April 2017   18:26 24084
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah anda suka dengan seseorang dan berharap dia menjadi kekasih anda, akan tetapi yang berharap si dia menjadi kekasihnya bukan cuma anda saja, bahkan bisa jadi teman anda sendiri juga suka dengannya? Sedangkan penampilan anda dengan orang lain yang suka dengannya juga tidak jauh berbeda. Sebagian besar dari kita pasti pernah mengalaiminya. Mengetahui ternyata banyak yang suka juga dengan dia, lalu apa yang akan anda lakukan? Mundur karena minder? Tetap maju dengan kemampuan yang ada, walaupun tidak jauh berbeda dengan yang lain?  Atau mencoba tampil beda ?

Usaha perusahaan/produsen dalam mendapatkan hati konsumennya juga tidak jauh berbeda dengan cara diatas. Dan pilihan langkahnya pun juga sama. Kalau anda memilih untuk tampil beda, anda sudah mulai menerapkan langkah awal dari Blue Ocean Strategy atau Strategi Lautan Biru. Strategi ini di perkenalkan oleh W. Chan Kim dan Renee Mauborgne dalam bukunya dengan judul yang sama, yaitu Blue Ocean Strategy.

Blue Ocean Strategy merupakan sebuah strategi untuk melepaskan kita dari sebuah kondisi yang disebut Red Ocean (Lautan Merah). Kondisi Red Ocean adalah sebuah kondisi dimana terjadi persaingan yang sangat ketat untuk mendapatkan pasar yang sama dengan kompetitor.  Yang membuat Red Ocean ini menjadi  kompetisi sengit adalah karena yang terjadi pada pasar tersebut, permintaan lebih sedikit dari pada penawaran. Akibatnya persaingan dengan kompetitor menjadi sangat ketat dan bisa saja antar pesaing saling menghancurkan.

Pada Blue Ocean kondisinya berbanding terbalik dengan Red Ocean. Disini persaingan nyaris tidak ada, karena diawali dengan berani tampil beda tadi.  Karena sudah tergolong beda dengan kompetitor sebelumnya, sehingga pasar yang tertarik dengan produk kita tergolong khusus juga. Inilah yang menyebabkan permintaan menjadi lebih tinggi. Contohnya Blackberry (BB), secara fungsional dia sama dengan handphone yang lain, bahkan cenderung lebih minimalis dibanding handphone multimedia lainya. Namun BB menerapkan Blue Ocean Strategy pada sisi messenger dengan mengusung BBM (Blackberry Messenger). BB berani tampil beda, sehingga persaingan sesama produsen handphone yang terjadi saat itu menjadi tidak berarti untuknya. Pasar sangat antusias dalam merespon produk-produk BB sehingga permintaan menjadi sangat tinggi, terutama di Indonesia.

Dalam menerapkan Blue Ocean Strategy, dikenal yang namanya 4(empat) tindakan. Pertama Eliminate (Hapuskan), yaitu menghapuskan unsur-unsur yang tidak bernilai dari produk. Kedua Reduce (Kurangi), yaitu mengurangi unsur-unsur yang nilainya kurang tapi masih diperlukan. Ketiga Raise (Tingkatkan), yaitu meningkatkan unsur-unsur yang akan dijadikan keunggulan dari produk hingga diatas standar industri yang ada. Keempat Create (Ciptakan), menciptakan hal-hal baru yang belum pernah ada di industri tersebut.

4(empat) tindakan inilah yang menjadi dasar dalam mengimplementasikan Blue Ocean Strategy. Apakah boleh menambah tindakan baru ? Selama itu relevan dan membuat sebuah keunggulan, why not? Jadi, apa yang ada jadikan keunggulan agar anda dapat mendapatkan hati si dia…? Hehehe…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun