Malam ini aku sangat gembira..karena malam ini adalah malam hari raya..berbagai persiapan dilakukan untuk menyambut hari kemenangan ini. Termasuk di rumahku, setelah tiga hari aku mudik ke kampung halaman, ibuku sudah mempersiapkan banyak hal, mulai dari membuat kue-kue ala kekinian seperti nastar, cheese stick, dan kastangel. Makanan tradisional juga tak luput dari persiapan, seperti madu mongso, dodol/jenang, dan ayam kampung.
Sehabis magrib, aku nangkring di kamar sembari menikmati makanan-makanan yang sudah ada. Udah deh, kalau puasa sudah selesai, tak henti-hentinya mengunyah segala hal. Saking asiknya menjelajahi dunia maya dan ngemil-ngemil syantik (seperti lagunya Sibad), termasuk membaca berita-berita di Kompasiana seputar kegiatan mudik dan topik-topik yang lagi ngehits di tanah air, tiba-tiba aku dipanggil oleh adikku.
"Mba, ada tamu. Disuruh ibu untuk menemui."
(Dalam batinku, siapa ya? Setahuku tak ada temanku yang janjian mau datang ke rumah.)
"Siapa, Dik?" Ujarku penasaran.
"Gak tahu e, Mba. Katanya teman Mba waktu SMA dulu. Ada 3 Orang. Dua perempuan dan satu laki-laki."
(Aku terperanjat kaget) "Hah, laki-laki? Tapi siapa, ya?" Aku kembali ngedumel sendiri.
(Sambil terus memikirkan siapa tamu yang datang, spesialnya tamu laki-laki, berbagai tampilan wajah seliweran di otakku, hingga bingung aku memutuskan siapa) Tanpa pikir panjang, langsung ku pakai gamis dan bergo andalanku sekalian ngaca sedikit. (Cantik, Nia...ujarku membesarkan hati sendiri). Dan aku langsung melompat ke luar kamar. Di luar aku kaget, ternyata benar yang datang adalah Puti, dan Gia teman SMA ku dulu. Aku bahagia sekali mereka datang. Namun, yang laki-laki aku lupa e...siapa, ya? Aku pun mencoba berpikir keras. Ku lihat mereka bertiga tersenyum kepadaku. Dan seakan terpukau padaku. Aku jadi salah tingkah jadinya. Masa sih aku secantik itu.
"Nia, kok bengong sih. Emang kamu sudah lupa ya? Ini kan Kakakku," ujar Putih menegaskan.
Aku pun langsung flashback ke masa lalu, karena Puti adalah temanku sejak SD. Jadi kami sering bersama.
" Oooh, iya aku ingat sekarang." Padahal jujur aku tak ingat dengan betul. Karena aku sedang menjelajah file-file di otakku, mencara memorial mengenai Kak Rasyad. Belum sempat ketemu, Puti membubarkan lamunan sesaatku. Ya, daripada-daripada, mending aku bilang saja kalau aku ingat.