Mohon tunggu...
Gading Cempaka
Gading Cempaka Mohon Tunggu... Guru - Gading Cempaka adalah nama salah satu tokoh atau karakter dalam legenda yang berasal dari daerah Bengkulu.

Menulis📝, adalah seni menuangkan isi hati ke dalam rangkaian kata-kata yang saling terhubung menjadi untaian cerita yang sarat dengan makna💞😍

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Untuk Cih Nenek

7 September 2014   21:47 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:22 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena faktor usia, nenek Ros sering mengeluhkan kakinya yang sering sakit. Bila diamati, sebelum pindah Pulau Jawa, nenek Ros tak pernah mengeluh sakit di kakinya. Sedikit menengok ke belakang, nenek Ros sekarang tinggal di salah satu kota di Pulau Jawa karena mengikuti sang suami yang pindah dekat dengan anak-anaknya. Sang suamipun sudah purna bhakti atau pensiun dari pekerjaannya sebagai guru SMK di Pulau Sumatera. Anak-anak nenek Ros beranggapan akan lebih mudah mengunjungi, merawat dan lebih sering bertemu jika mereka pindah dan menetap di Pulau Jawa mendekati anak-anak.

Bila mengikuti keinginan hati, sebenarnya nenek Ros sangat berat meninggalkan kampung halamannya yang telah di tunggui selama lebih dari setengah abad. Tidak hanya meninggalkan kampung halaman, sanak saudara dan handai taulanpun begitu berat ia tinggalkan. Berjuta kenangan baik senang maupun susah telah banyak terukir di sanubarinya. Namun, demi bakti pada suami dan demi anak-anak juga, nenek Ros pun rela melepas semuanya.

Sebulan sebelum kepindahan mereka ke Pulau Jawa, nenek Ros yang selama ini selalu sehat, mulai mengeluhkan sakit. Terutama si nenek mengalami sakit tekanan darah tinggi, yang sebelumnya tak pernah ia rasakan sebelumnya. Lia, anaknya beranggapan bahwa, sakitnya ibu dikarenakan fikiran. Ibu sangat berat meninggalkan semuanya. Dan karena terlalu banyak fikiran, ibu jadi susah tidur dan berefek pada tekanan darah tinggi seperti itu.

Setelah lebih dari satu tahun berada di Pulau Jawa, nenek Roslebih sering mengalami sakit kepala disertai tekanan darah tinggi yang sering kambuh. Bahkan, Lia juga bercerita bahwa si Nenek pernah mengalami vertigo. Duh, sakit apalagi tuh. Saya jadi khawatir dengan ibu, ujarnya.

Dyandra, ia adalah cucu nenek Ros yang perempuan. Lahir di tengah-tengah kerinduan si nenek- dan kakek yang tinggal berdua. Dyandra tumbuh dengan baik. Seiring waktu, semakin hari kedekatan diantara nenek dan cucu terbina dengan baik. Namun, si nenek belum jua sembuh dari sakitnya. Lia mengatakan, kata ibu saya sakit rematik, kata kakak saya ibu kena asam urat. Duh, Bu..yang betul yang mana? Ibu seringkali minum obat ini dan itu yang sebenarnya belum tau pasti ibu sakit apa. Dan sakitnya juga gak sembuh-sembuh. Akhirnya karena sering mendengar ibu mengeluh, bahkan sudah beberapa minggu ibu sholat dengan cara duduk. Karena kakinya tak sanggup lagi berdiri dan terasa sangat sakit ketika duduk tahyat sholat. Adi adiknya membawa ibu periksa ke dokter.

Pemeriksaan awal, dokter men scan kaki ibu, dan diminta untuk kembali lagi minggu berikutnya. Waaw, mengejutkan sekali hasilnya. Si nenek ternyata mengidap suatu penyakit yang aku saja baru kali ini mendengarnya. Ternyata kaki ibu yang selama ini sakit dan bahkan bengkak itu disebabkan oleh ketiadaan lagi pelumas yang terdapat pada sendi kakinya. Ya Allah..pantas saja ibu mengalami sakit dan bengkak. Wong pelumas antar tulangnya sudah habis, sehingga ketika berjalan akan terjadi gesekan. Nah, gesekan inilah yang menimbulkan rasa sakit yang luar biasa.

Kata dokter, sakit seperti ini biasanya karena masa muda yang terlalu capai/lelah bekerja. Dan baru terasa kalau sudah tua dan tidak beraktifitas seperti dulu lagi.

Lia dan adiknya memutuskan agar ibu berobat secara total. Soal biaya, yah lupakan saja. Alhamdulillah ya Allah, beruntung ibu memiliki banyak anak, sehingga anak-anak dapat membantu biaya pengobatan ibu.

Dyandra sudah berumur 2 tahun, dan sangat lucu. Awalnya aku anggap itu hal biasa, namun setelah aku amati..semakin hari semakin aku senang dan ya Allah…anak sekecil itu senantiasa senangnya menolong neneknya untuk minum obat.

Sehari 3 kali, ibu minum obat, maka sebanyak itu pulalah Dyandra akan membantu ibu untuk minum obat. Dyandra akan berlari menuju ibu, bila ibu datang membawa kantong plastik putih berisi obat yang akan diminumnya. Meskipun ia sedang bermain dengan teman-temannya.

“ Nek, mau aminum obat kan? Cini…Dyandra cuapin, ya?” (sambil tersenyum kecil).

“ Ia”, ujar si nenek.

Terkadang Dyandra bercanda dengan berpura-pura membelokkan obat tersebut dari mulut si nenek. Dan si nenek pun akan berteriak “ Dyandra, sini…..haduuuuuh nenek mau minum obat”. Yang di teriyaki malah ketawa ketiwi….emang bocah. Bila ku perhatikan nenek dan cucu seringkali saling menggoda satu sama lainnya.

Pernah suatu ketika, ibu minum obat dan Dyandra sedang main di depan. Tiba-tiba dia datang, “ nenek sudah aminum obat?”. “ sudah” jawab ibuku….dan seketika itu juga dia marah dan nangis sambil berkata “ iiiiiiihhhhhh, cih neneeeek, kok Dyandra gak dipanggil cih!”. Begitulah kata ibuku, bila saja ibuku lupa memanggilnya saat ibu akan minum obat. Dan sesi minum obat berikutnya, ada saja ulah Dyandra menggoda si nenek karena kesal bila si nenek lupa mengajaknya minum obat. Si kecil ini akan membuka obat dan menyuapkannya ke mulut si nenek sambil tertawa-tawa kecil. Dan tanpa di sadari, lebih dari 6 bulan ia menyuapi si nenek setiap hari.

Entahlah, apakah senang atau bagaimana, namun aku dapat mengambil hikmah yang tersembunyi, meskipun kecil namun hal itu dapat berpengaruh juga terhadap kondisi si nenek. Dan Alhamdulillah, sekarang si nenek sudah dapat sholat berdiri. Dan sakitnya pun sudah berkurang. Kata dokter, memang butuh waktu yang cukup lama,Bu untuk melihat hasilnya. Karenafaktor usia juga, sehingga pelumas tersebut akan tumbuh lagi meskipun butuh waktu yang lama. Tak mengapa, Bu…yang penting kita sudah berusaha dan saya berharap ibu lekas sembuh.

Terima kasih cantik…..meskipun kecil sepertimu….namun dengan senyum ceriamu, dan mungil seperti tanganmu yang telah berjasa setiap hari membantu nenek minum obat, aku yakin si nenek senanaaaang sekali…..

Tahun ini, si nenek begitu bersemangat karena mereka akan pulang ke kampung halaman ibu, setelah hampir 4 tahun tak bersua dengan sanak saudara dan handai taulan di kampung halaman tercinta. Ketika aku menelepon ibu, yang ku dengar rona bahagia dari nada suaranya. Ya, betapa tidak…aku yakin ibu dan bapak pasti sangat bahagia bisa pulang kembali ke sana. Selamat bersenag-senang, Bu. Tapi jangan lupa jaga kesehatan dan jangan terlalu capai, pesanku.

“ Nek…Dyandra akangen nenek…eeeem cih nenek lagi anapa?, udah emam?" tanya si cantik dengan logat balitanya…….

“Adaaaa deh…” ujar ibuku..

“ iiiiiiiihhhhhhh…cih neneeeeek”. Dyandra kesal. (aku tertawa mendengarnya).

Note; lucu, hampir semua kata yang diucapkan selalu di awali dengan “a” seperti, aminum (minum), anapa (mengapa), amana? (ke mana?), alibu (seribu).

To Nenek: Semoga selalu sehat, Bu.

To. AAD….nice to have a niece like you ^-*

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun