[caption id="attachment_325038" align="aligncenter" width="615" caption="Sumber : Wordpress.com"][/caption]
Juni 1997
Lulus SMP aku memutuskan masuk SMA pavorit di tempatku, meskipun kami tinggal di kabupaten, namun sekolah pilihanku ini sudah terkenal dengan kualitas lulusannya, dan yang menjadi alasan terbesarku memilih sekolah ini adalah karena banyaknya siswa-siswa yang diundang oleh universitas-universitas terkenal setanah air, dan aku mau kelak aku menjadi salah satu diantaranya. Dan yang lebih penting lagi, lulusan-lulusan dari SMA pilihanku ini insha Allah selalu membawa nama baik almamater di manapun mereka berada. Meskipun mereka sudah sukses dan berhasil di negeri orang, mereka selalu ingat dengan sekolah ini, terbukti dengan selalu diadakannya reuni akbar setiap 5 tahun sekali dari segala angkatan….seru deh.
Akhirnya, aku diterima di SMA ini. Namanya juga anak SMA, pelajarannya tentu saja sudah tak seperti ketika masih di SMP. Selain sudah semakin banyak, tingkat kesulitannya pun semakin bertambah. Aku, yang selalu juara 1 di SMP ku, hanya kebagian di kelas 1 D. Duuh…sebegitu ketatkah persaingan diantara kami nantinya. Benar saja, jika ku amati di setiap masing-masing kelas tersebar siswa-siswa unggulan yang berasal dari masing-masing SMP yang ada di kotaku. Waaaw…harus kerja keras nih fikirku dalam hati….Di kelasku sendiri, emmmm lumayan deh..anak-anaknya pada jago-jago semua terutama pelajaran hitung-hitungan…
Fisika, dulu ketika aku masih SMP, aku paling tak suka sama pelajaran ini…padahal tak susah-susah banget sih, namun cara gurunya menyampaikan pelajaran tersebut semakin membuatku tak nyambung ketika materi itu diberikan…dan yang paling penting bagiku saat itu adalah gurunya yang tak semenarik bayanganku, maklumlah…kita kan baru ABG…menurutku saat itu, faktor kesempurnaan fisik merupakan salah satu motivasi untuk mudah dan tidaknya pelajaran itu ku serap di otakku (supplement gitu deh), bahkan aku selalu tertidur ketika pak guru mengajar di kelasku..alhasil, nilai-nilai ulangan fisikaku di SMP tak jauh-jauh dari angka 7…..(hiks sedih).
Nah, pucuk di cinta ulam pun tiba, bak ketiban durian montong aku rupanya….Tuhan akhirnya mendengarkan doaku. Oh Dewi Asmara, betapa eloknya rupa guru Fisika ku di SMA ini…serupa dengan kesempurnaan badannya, tinggi semampai, berperawakan sedang dan alamak..kalau sudah tersenyum, luluh rasa hatiku ini. Namanya pak Rizky..kata teman-temanku sih dia guru baru di sekolahku. Bak gayung bersambut, entah kenapa juga Pak Rizky ini seperti memberikan perhatian yang lebih juga kepadaku..tapi aku gak GR lho…sebelum memulai pelajarannya, pada umumnya guru akan mengabsensi siswanya, dan tentu saja ia buat teman-temanku yang lain, namun tak begitu denganku. Namaku tak pernah sekalipun ia panggil, dan sebagai siswi yang normal, aku selalu bertanya, “ Pak, kok saya gak dipanggil? Dan Pak Rizky hanya tersenyum seolah-olah mengisyaratkan kalau dia sudah tahu keberadaanku. Kan sebel donk jadinya. Mengesankan, semenjak pak Rizky mengajar Fisika di kelasku, susahnya pelajaran itu buat teman-temanku, namun terasa sangat mudah bagiku, cukup lihat wajahnya soal-soal itu ku lahap dengan okenya. Dan nilai-nilai ulanganku selalu sempurna. Perfecto!
Sekarang aku sudah di kelas 2. Entahlah hubunganku dengan Pak Rizky semakin dekat saja. Banyak hal yang aku dapatkan dari dia, secara tersirat hubungan kami tampak seperti siswa dan gurunya, namun di balik semua itu masing-masing kami merasakan sesuatu yang pastinya berbeda. Dan kami tak pernah memungkiri itu. Beliau sering mengajakku ngobrol di sela-sela waktunya. Teman-temannku sih sering menggodaku, namun bak bajaj yang lihai aku selalu ngeles kalu mereka bertanya. “ Apaan sih! Iih males banget pacaran ma guru”. Ujarku selalu.
Oktober 1999
Sekarang aku di kelas 3 IPA, keputusanku memilih kelas IPA sedikit banyak atas dorongan dia. Karena secara akademik aku siswa yang berprestasi di sekolah ini. Pemilihan universitas atas undangan yang diberikan kepadaku, aku diskusikan juga dengannya. Secara penuh dia mendukungku melanjutkan study di Pulau Jawa.
Secara mengejutkan, wali kelasku mengumumkan kalau pak Rizky akan dipindah tugaskan ke Pulau Jawa dan lusa adalah hari perpisahannya…Tuhan, aku tak kuasa menahan perasaanku. Seketika itu juga bulir-bulir bening jatuh di pipiku, sementara temanku yang lain tampak berbisik-bisik seolah-olah tak percaya juga. Pindah? Mengapa aku baru tahu sekarang? Tak bisakah dia memberitahuku sebelum aku tahu dari wali kelasku bersamaan dengan teman-teman yang lain? Pantesan, sudah beberapa hari ini aku tak melihatnya.
Rizky (semenjak kebersamaan kita aku tak pernah memanggilnya guru, itu hanya berlaku di sekolah saja). Dan saat hari perpisahan itu tiba, selayaknya siswa biasa kami semua mengucapkan salam perpisahan padanya. Ketika jari tanganku berjabatan dengannya, ku lihat dia menangis dan berkata “ Jaga diri baik-baik ya, Dik!” Sepucuk surat dia titipkan kepadaku. Kata maaf darinya tertulis jelas di sana karena dia tak sempat berbicara apa-apa denganku dan semua serba mendadak. Rupanya, seminggu sebelum keberangkatan, dia pergi ke Pulau Jawa, tempat di mana nantinya dia akan ditugaskan. Dia kembali ke sekolahku hanya untuk berpamitan. Dia berkata, “ Dik, aku menunggumu di sini, segeralah selesaikan studymu”. Hanya lewat surat kami berkomunikasi. Akhirnya aku menyelesaikan SMA ku juga.
Juli 2000
Aku di terima di salah satu universitas pavorit di Pulau Jawa. Senang rasa hatiku bisa menginjakkan kaki di sini. Ya, kota pelajar! Suatu hari sebuah surat datang di kosanku…berdebar-debar rasanya. Ini surat pertama yang aku terima semenjak aku di sini. Oh Tuhanku, ada apakah gerangan? Surat ini rupanya sebuah undangan….ya undangan pernikahan…RIZKY dan mempelai wanitanya…(maaf, aku lupa namanya). Ternyata hubungan asmaraku dengannya tak semulus saat ku mengerjakan soal-soal Fisika darinya.
Semester awal nilai IPK ku hanya mampu menyentuh angka 3, 10. Menyesal rasanya, mengapa aku harus terpuruk fikirku. Seharusnya aku lebih memikirkan orang tuaku yang telah bersusah payah dan penuh harapan padaku. Lupakan! Lupakan!!! Kata-kata itu selalu menjadi penyemangat bagiku.
Agustus 2004
Semester baru. Semangat baru. Alhamdulillah IPK ku memuaskan…3, 68. Harus ku selesaikan kuliahku sebentar lagi. Suatu siang, iseng ku lihat pengumuman di mading kampusku. Dibutuhkan guru privat Matematika untuk anak SMA. Karena waktu luangku cukup banyak di sela-sela skripsiku, aku memutuskan mengirimkan lamaran itu. Ternyata aku di terima dan satu tim dengan beberapa teman yang lain. Ooh, ternyata cukup banyak juga mahasiswa yang nyambi bekerja seperti ini, lumayan. Dan ada juga yang S2 lho…..seru deh!!!
Suatu sore, setelah selesai mengajar, ku lihat ada sepucuk surat yang diperuntukkan bagiku. Kata temanku, “ An, ada pesan dari Pak Tri, katanya dia sudah menunggumu dari beberapa hari yang lalu. Cie..cie…, kayaknya Pak Tri suka deh sama kamu.” Teman-teman menggodaku. Oh ok!’ ujarku sambil deg-degan. Ketika ku baca suratnya, di bagian bawah surat tertera tulisan…harap hubungi saya segera, penting! Trianta Haryono, Dosen Fisika U**. Haaaaaa …lagi …Fisika!! Dewi Asmara….!!!! Pertanda apa ini?
JKT, 22092014.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H