Mohon tunggu...
Rijal Kadir
Rijal Kadir Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengetuk Hati Bapak Presiden Indonesia (Korban KM Marina)

24 Desember 2015   07:46 Diperbarui: 24 Desember 2015   08:59 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bissmillah, Dengan tangan gemetar menggigil, Saya mencoba mengetuk hati Bapak Presiden.
Bagaimana tidak? Puluhan dari Saudara kami sedang menanti uluran tangan lebih panjang dari Bapak.
Sudah berhari-hari berlalu, puluhan dari Saudara kami korban KM Marina berjuang melawan ganasnya ombak lautan dalam kondisi super dingin, super lapar dan super dahaga.
Sudah berhari-hari berlalu, Kami berharap Bapak mengirimkan bala bantuan lebih besar dalam mencari Saudara kami yang tenggelam. Hingga hari ini pun, kami masih tetap menunggu Bapak. . .

Bapak Presidenku maaf jika kami merasa tidak diperlakukan secara adil di negeri ini.

Kenapa tidak?

Ketika beberapa hari yang lalu kami melihat respon Bapak yang begitu cepatnya dengan Pelarangan Gojek, Respon Bapak yang menggerakkan hati semua rakyat dipenjuru negeri akan Saudari kami yang dihadapkan dengan hukuman pancung di tanah Arab, begitupun dengan Amarah Bapak beberapa hari yang lalu karena ada pejabat yang mencatut nama Bapak?

Kami bukan pejabat pencatut nama Pak kami hanya rakyat biasa, Bukan juga TKI di tanah Arab yang jauh Kami tinggal di Sulawesi dekat dengan tanah kelahiran Bapak. Kami punt tidak meminta miliyaran rupiah untuk ditukar dengan nyawa kami, kami hanya meminta sesegera mungkin kiranya Bapak mengerahkan kekuatan BASARNAS yang lebih besar.

Kami sudah mulai lelah Pak, sudah mulai lepas harapan menunggu bantuan seperti saat ada pesawat yang jatuh tempo hari. Entah kenapa, kami pun mulai merasa seolah dikucilkan.
Apa mungkin kerena kami terisolir dari ruang pemberitaan media Nasional?
Atau karena salah satu dari kami tidak juga mencatut nama Bapak Presiden?
Atau bahkan karena Kompasiana sebagai media warga tak ada yang menyuarakan kami?
Kabar kami seolah tenggelam bersama karamnya KM Marina.

Lalu ingatan itupun kembali, saat peristiwa naas jatuhnya Air Asia Qz 8501, Dalam proses evakuasi Korban, hampir seluruh kekuatan terbaik BASARNAS diturunkan di sana, belasan kapal dan pesawat TNI di kerahkan dalam pencarian, hingga bala bantuan dari negera sahabat pun berlomba menerobos batas negara. LUAR BIASA!!!
Lalu KM Marina dengan korban ratusan orang cukup dengan BASARNAS seadanya, dijadikan pengisi slot kecil media pemberitaan, didengar sebagai kabar bom bunuh diri di tanah Arab, dibaca seperti ulah pemberontak Boko haram di benua Afrika.
Kenapa?
Apa karena itu bukan kita?
Bukan urusan Negara kita?
Ah lalu kami yang di Indonesia timur ini siapa???

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun