Sambil menikmati cuaca sore ini aku duduk di beranda rumah dan menikmati secangkir kopi pahit ditambah sepiring pisang goreng, mmmh sedap nian.
Tak lama kemudian Adikku pun pulang dari sekolah,
”Kenapa tegang sih, kamu kan harusnya senang sudah hampir seminggu kamu pulang lebih cepat dari biasanya” tanya ku.
”Yee abang gimana sih, minggu depan kan UN”
”ha....ha....ha...ha....ha...” aku pun tertawa terbahak-bahak sampai perut ku yang gendut ini berubah jadi kotak-kotak (six pack) tanpa L-ment.
”Abang nie ” Muka adikku pun tambah nggak karuan.
”UN telah tiba, UN telah tiba hore-hore ” Aku pun bernyanyi riang seperti layaknya tasya waktu kecil.
”Dengar adikku, aku tertawa bukan karena melihat raut mukamu yang berubah menjadi putih, aku senang mendengar bahwa kau sebentar lagi akan lulus dari SMA kemudian kuliah lalu kerja lalu menikah lalu......pokoknya banyak hal yang akan kau lakukan, jangan kayak kakakmu ini yang hanyalah lulusan SMA terus ngikutin jejak bapak menjadi buruh di perusahaan ini".
"Kamu beruntung waktu kakak SMA, sekolah kau ini belum berdiri, jadi kakak tidak bisa mendapatkan beasiswa untuk kuliah, kayak kamu.
Jadi untuk apa kau takut sama UN, kakakmu ini tidak sepintar kamu tapi percayalah sama kakak anggaplah UN itu kunci, apabila kau telah lewati UN itu akan terbuka pintu kemana saja yang kau mau”.
”UN kan susah kak”
”Susah gimana, apanya yang susah, soal UN kan dari tahun ke tahun hampir sama , kamu sudah belajar 3 tahun, guru – guru kamu adalah orang-orang pilihan, kamu pun juga orang pilihan disini. Nilai kamu pun di sekolah juga tidak jelek, pasti kamu bisa lulus UN dengan hasil baik”
”Kalau tidak lulus gimana kak”