Mohon tunggu...
qwhid rd
qwhid rd Mohon Tunggu... -

http://justdowid.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bukan cicak vs buaya

24 Mei 2010   01:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:01 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Prahara Pinggir Sungai (1)

Pagi ini udara begitu segarnya, sang surya perlahan malu mengintip dari rerimbunan pepohonan. Perlahan namun pasti, sinarnya pun menghangatkan setiap mahluk yang merindukannya. Begitu pula dengan keluarga Bu Aya dan keluarga Bi Awak yang tinggal di tepi sungai itu.

Pagi itu seperti biasa Bu Aya dan keluarga sedang menunggu sarapan pagi, mereka berjemur, membuka mulut selebar-lebarnya seraya menunjukkan barisan Gigi yang kuat yang siap menerkam siapa saja yang masuk kedalam sungai. Keluarga Bu Aya memang keluarga yang berpengaruh di tepi sungai, semua keluarga yang hidup dipinggir sungai pasti takut dan gemetar saat melihat keluarga Bu Aya lewat.

Hal ini membuat keluarga Bi Awak sedikit iri kepada keluarga Bu Aya, tapi Bi Awak bukanlah mahluk yang bodoh. Bi Awak sekeluarga berpikir keras bagaimanakah caranya agar punya pengaruh yang kuat di daerah bantaran sungai tersebut. Akhirnya atas kesepakatan bersama, keluarga Bi Awak akan berusaha menyiapkan sarapan pagi bagi keluarga Bu Aya (kalau perlu Bu Aya akan disuapi oleh Bi Awak) berupa satu ekor ayam segar yang dapat ia peroleh dengan mudah, karena di dekat sungai tersebut terdapat peternakan ayam.

Sebenarnya keluarga Bu Aya bisa saja langsung pergi ke peternakan itu, dan langsung memangsa habis ayam-ayam yang ada, tapi hal itu tidak ia lakukan karena kalau ia lakukan akan terjadi pertumpahan darah antara Bu Aya dan pemilik peternakan. Keluarga Bu Aya memiliki tubuh yang lebih besar dari Bi Awak, hal ini yang menyebabkan bila ia memangsa ayam ternak akan dengan mudah diketahui oleh sang pemilik peternakan. lebih baik menunggu dengan sabar Ayam-ayam yang lepas di pertigaan antara aliran buangan kotoran ayam(Got) dengan sungai pikir Bu Aya. Peluang inilah yang ditangkap oleh keluarga Bi Awak.

Bi Awak akan bekerja malam hari mencuri ayam-ayam yang memang sudah tidak jelas lagi penglihatannya. Dengan jalan perlahan melalui got Bi Awak mencoba masuk ke peternakan,......dengan sekali serang Bi Awak memperoleh satu ekor Ayam. Bi Awak secara kalap menyerang peternakan itu, setelah ia memperoleh beberapa ekor Ayam ia segera pulang. Senang sekali Bi Awak dapat beberapa ekor ayam tanpa ada yang melihat pikirnya.

Aksi Bi Awak sebenarnya bukan tanpa saksi, nCi Cak sekeluarga yang tinggal di peternakan itu menyaksikan semua perbuatannya. nCi Cak sekeluarga telah terbiasa mencari makan di malam hari. Bagi nCi Cak peternakan ini ibarat sungai bagi Bu Aya dan Bi Awak, nCi Cak tak pernah takut sama Bu Aya atau Bi Awak karena memang tempat hidupnya yang berbeda lagi pula nCi Cak bukanlah mata rantai makanan bagi Bu Aya maupun Bi Awak, yang mungkin adalah Bi Awak yang di mangsa oleh Bu Aya.

Yang di takutkan oleh nCi Cak adalah apabila ayam-ayam itu habis dicuri oleh Bi Awak apa yang akan terjadi dengan peternakan itu, peternakan itu mungkin saja ditutup oleh pemiliknya karena merugi, yang artinya tidak ada lagi sinar-sinar lampu pijar dimalam hari di peternakan itu karena sudah tidak ada lagi ayam-ayam yang perlu dihangatkan oleh lampu pijar tersebut. Padahal sinar lampu pijar tersebut merupakan daya tarik bagi mangsa-mangsa nCi Cak. Tak ada ayam maka berarti tak ada peternakan, tak ada peternakan maka berarti tak ada lampu pijar, tak ada lampu pijar maka berarti tak ada makanan bagi nCi Cak.

Tidak.......hal ini tidak boleh terjadi teriak nCi Cak, besok pagi saat embun beranjak pergi dan sinar surya menghangatkan kembali bumi ini, akan kubuka kejadian malam ini kepada pemilik peternakan”.

Pagi pun menjelang Bi Awak bergegas menuju pinggir sungai untuk memberikan hasil ayam curiannya kepada oknum Bu Aya yang memang sudah mengikat perjanjian dengannya, karena tidak semua Bu Aya bisa disuap dengan Bi Awak. Banyak juga Bu Aya – Bu Aya yang hanya mengharapkan rezeki yang halal dari tuhan, tidak dengan cara memakan hasil curian.

Di pinggir sungai Bu Aya berbadan tambun tersenyum gembira saat melihat Bi Awak datang membawa beberapa ekor ayam. Bu Aya itu pun membuka mulutnya lebar-lebar terlihatlah oleh Bi Awak gigi-giginya yang runcing serta kuat siap mencabik-cabik daging ayam yang akan di berikan oleh Bi Awak. Suapan demi suapan pun diberikan oleh Bi Awak kepada Bu Aya tambun itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun