Pendahuluan
Dalam pengembangan perangkat lunak, pemilihan model proses yang tepat menjadi faktor krusial dalam menentukan kualitas hasil akhir. Waterfall sebagai metode tradisional menawarkan pendekatan terstruktur, sementara Agile memberikan fleksibilitas dengan iterasi berkelanjutan, dan DevOps mengintegrasikan pengembangan dan operasi untuk mempercepat pengiriman produk. Dengan pesatnya perkembangan teknologi, pemahaman mendalam tentang masing-masing model menjadi semakin penting.
Metodologi
Penelitian ini menggunakan metode studi literatur dengan mengacu pada lima artikel ilmiah terkait model Waterfall, Agile, dan DevOps. Sumber data dianalisis untuk mengidentifikasi keunggulan, tantangan, dan penerapan ketiga model dalam proyek perangkat lunak.
Pembahasan
1. Model Waterfall
Model Waterfall adalah pendekatan sekuensial di mana setiap tahap harus diselesaikan sebelum beralih ke tahap berikutnya. Keunggulan model ini adalah struktur yang jelas dan dokumentasi yang lengkap, membuatnya cocok untuk proyek dengan kebutuhan yang stabil dan terdefinisi dengan baik. Namun, kekakuannya dalam mengakomodasi perubahan menjadi kelemahan utama. Waterfall juga lebih sesuai untuk proyek jangka panjang dengan kebutuhan yang telah dipetakan secara mendetail sejak awal.
2. Model Agile
Agile mengedepankan iterasi singkat dan umpan balik berkelanjutan, memungkinkan adaptasi cepat terhadap perubahan kebutuhan pelanggan. Keunggulan model ini adalah fleksibilitas dan kolaborasi tim yang tinggi. Agile memungkinkan pengembang untuk menghadirkan fitur baru secara bertahap dan mengurangi risiko kegagalan proyek. Meski demikian, ketergantungan pada komunikasi yang intensif dan kurangnya dokumentasi yang formal menjadi tantangan, terutama dalam proyek berskala besar.
3. Model DevOps