Mohon tunggu...
Qurrotun S
Qurrotun S Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Sosiologi UPI

Saya adalah mahasiswa pendidikan sosiologi di Universitas Pendidikan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Desa Wana: Telisik Sejarah dan Kebudayaan Lokal di Lampung Timur

1 September 2024   10:58 Diperbarui: 1 September 2024   10:59 606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh: Qurrotun Salsabilah

Desa Wana, terletak di Kecamatan Melinting, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung, adalah salah satu desa yang masih dipengaruhi oleh adat keratuan Melinting hingga saat ini dan menyimpan beragam kekayaan nilai dan budaya. Di tengah gempuran arus modernisasi dan masuknya pendatang dari berbagai daerah yang seringkali mengancam eksistensi budaya suku asli Lampung, Desa Wana tetap teguh menjaga dan melestarikan warisan budaya dan tradisi turun-menurun. 

Sejarah panjang desa ini tercermin dalam kehidupan keseharian masyarakat, dimana secara konsisten mempertahankan adat istiadat yang menjadi fondasi kehidupan mereka. Dengan berbagai aset budaya yang dimilikinya, baik itu dari segi kesenian lokal, rumah dan pakaian adat, hingga tradisi seperti adat pernikahan sebambangan dan upacara pemberian gelar. 

Oleh karena itu, desa ini menjadi salah satu destinasi yang mengundang untuk ditelusuri, dan memberikan kesempatan bagi pengunjung dari luar untuk menelisik kekayaan budaya Lampung yang masih terjaga dengan baik.

Desa Wana memiliki akar sejarah yang mendalam, dimulai sekitar abad ke-17. Menurut tradisi lisan, pendiri pertama desa ini adalah Pangeran Iro Kesumo, yang datang ke wilayah tersebut sekitar tahun 1600-an. Nama jalan utama desa ini diabadikan untuk menghormati jasa beliau. 

Sejarah lokasi Desa ini bukanlah sebuah kebetulan, desa ini berdekatan dengan sumber air yang berada di bawah pohon angsana, yang dalam Bahasa Lampung dikenal sebagai 'way angsano' dan kemudian disingkat menjadi 'way sano'. Nama ini akhirnya berkembang menjadi 'wano' atau 'Desa Wana' dalam Bahasa Indonesia. 

Sejak awal, Desa Wana berada di bawah kekuasaan Keratuan Melinting dan mengikuti sistem kepemimpinan adatnya, di mana Lid sebagai pemimpin adat tertinggi memainkan peran penting dalam penyelesaian masalah adat.

Gambar oleh: Qurrotun Salsabilah
Gambar oleh: Qurrotun Salsabilah

Di Desa Wana, kearifan lokal dan kebudayaan tradisional tetap terjaga dengan baik. Salah satu contoh adalah rumah panggung yang masih mempertahankan arsitektur klasik suku Lampung Melinting. Rumah-rumah ini dilengkapi dengan peralatan masak tradisional, seperti tungku dan bejana, serta perabotan kayu, menciptakan suasana pedesaan yang autentik dan asri. 

Keunikan lainnya adalah kepercayaan masyarakat bahwa rumah adalah harta keluarga yang tidak boleh berpindah tangan, dengan istilah lokal 'nuwo' untuk rumah induk.

Dalam hal kesenian, Tari Melinting merupakan salah satu warisan budaya penting di Desa Wana, yang berasal dari abad ke-16 dan masih sering dipertunjukkan dalam berbagai acara desa, seperti pernikahan dan pesta rakyat. Desa ini juga memiliki sanggar tari yang terletak di pusat desa, tempat masyarakat berlatih Tari Melinting. 

Selain itu, upacara pernikahan di Desa Wana melibatkan pemberian gelar adat, yakni 'adek' dari keluarga dan 'jeneng' dari Ratu, menandakan kehormatan dan peran budaya dalam kehidupan masyarakat setempat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun