Kampung Arab Al Munawar merupakan salah satu perkampungan yang ada di Kota Palembang dengan pesona timur tengah yang kental. Kampung ini berada di Jalan K.H. Azhari, Kelurahan 13 Ulu Kecamatan Seberang Ulu 1, Kota Palembang. Kampung arab ini didirikan oleh seorang saudagar yang datang dari Hadramaut pada abad ke-18. Tokoh tersebut bernama Habib Abdurrahman Al Munawar yang mendirikan perkampungan arab ini dengan membangun sejumlah rumah.
Aktivitas keagamaan masyarakat di Kampung Arab Al Munawar ini sendiri sangat kuat dengan sejumlah tradisi yang khas dari kampung ini. Menurut salah satu tokoh masyarakat di kampung ini bahwa dalam penyelenggaraan tradisi sendiri sangat banyak. Adapun tradisi keagamaan yang rutin dilakukan oleh masyarakat kampung Al Munawar itu sendiri, antara lain Haul, Maulid Nabi, Arbain 40 malam, Isrin, ruahan, Isra Mikraj, dan ziarah makam.
Pertama, haul Kampung Arab Al Munawar sendiri merupakan sebuah tradisi keagamaan yang sudah ada sejak dahulu atau tradisi turun temurun. Sejak tahun 1997 tradisi ini sudah dilakukan dengan tujuan untuk mengenang para pendiri kampung ini dan sejarah terbentuknya. Pendiri yang dimaksud adalah Habib Abdurahman Al Munawar yang telah meninggalkan segudang ilmu pendidikan agama kepada masyarakat kampung ini. Madrasah Al Kautsar merupakan salah satu peninggalannya yang hingga saat ini menjadi sekolah yang memegang teguh sistem keagamaannya.
 Tradisi haul ini dilakukan secara bersamaan memperingati Isra Miraj dan penyelenggaraannya dilakukan dengan sejumlah kegiatan. Salah satu kegiatan yang ada pada tradisi haul ini sendiri, yakni diadakannya pernikahan "massal". Pernikahan ini dilakukan dengan menikahkan sebanyak tujuh pasangan pengantin dari Kampung Arab dan tradisi ini tentunya mengandung nilai keagamaan. Nilai yang terkandung dalam tradisi haul ini sendiri, yakni mengandung nilai sejarah, nilai religious, serta nilai moral pada masyarakat.
Kedua, ruahan merupakan tradisi masyarakat Kampung Arab Al Munawar untuk menyambut datangnya bulan keberkahan atau bulan Ramadhan. Dalam pelaksanaanya tradisi ini baru dilakukan secara besar-besaran selama dua tahun dengan melibatkan seluruh masyarakat Kampung Arab. Ketiga, selain melakukan tradisi ruahan dalam menyambut bulan Ramdhan, masyarakat Kampung Arab juga melakukan tradisi ziarah ke makam. Tradisi ziarah ke makam tersebut dinamakan ziarah qubroh yang dilakukan selam tiga hari berturut. Pada hari Jumat masyarakat akan berziarah di 8 Ilir, pada hari Sabtu akan berziarah di Seberang Ulu. Kemudian tepat di hari Minggu yang merupakan puncak ziarah ke makam Sultan Baharuddin.
Selain itu, pada masyarakat Kampung Arab Al Munawar ini sendiri memiliki kebudayaan terkait pernikahan. Berdasarkan hasil wawancara pada salah satu tokoh di kampung ini bahwasanya bagi kaum wanita tidak diperbolehkan untuk menikah dengan orang bukan keturunan Arab. Dalam hal ini, agar garis keturunan keluarga tidak terputus dan dapat meneruskan marga keluarga. Dengan demikian, dapat disimpulkan budaya islam yang ada di Kampung Al Munawar ini masih sangat kuat dan kental dengan tradisi arab. Baik dari segi berpakaian, cara berperilaku, makan, dan bahkan sosialisasi dengan masyarakat diluar kampung atau non-Arab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H