Mohon tunggu...
Qurrotul Ayun
Qurrotul Ayun Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

Where there is a will there is a way

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Apakah Kota Metropolitan di Indonesia Berkelanjutan Contoh Kasus Seperti Kota Surabaya?

27 Januari 2025   12:20 Diperbarui: 27 Januari 2025   16:33 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kota Metropolitan (editan pribadi dari bantuan aplikasi editor canva studio)

Setelah sekian lama kurang begitu aktif di blog saya ini, dikarenakan saya harus fokus dalam menyelesaikan tesis untuk menuntaskan tugas sebagai salah satu syarat agar mendapat gelar S2 di salah satu kampus nasional yang cukup terkenal baik di Indonesia, maka saat ini saya akan berbagi sedikit mengenai penelitian saya kemarin dan mengenai ketertarikan saya terhadap konteks pembangunan berkelanjutan terutama di negara berkembang seperti Indonesia ini.

Sustainable Development Goals (SDGs) memiliki 17 poin penting yang di sah kan dalam komisi Brundland oleh PBB, dengan tujuan agar generasi mendatang dapat merasakan apa yang kita rasakan saat ini atau untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik, layak dan berkelanjutan bagi semua orang di dunia. Sehingga jika kita lihat dan kita teliti kembali ke 17 poin di dalamnya maka setiap poin memiliki tujuan keberlanjutan yang berbeda-beda dan tentunya sangat penting dalam keberlanjutan umat manusia. Seperti dalam penelitian tesis saya kemarin yang mengangkat atau berfokus dalam SDGs pada poin ke 11 yang berfokus pada pembangunan kota yang berkelanjutan, jika ditanya mengapa harus SDGs poin yang ke 11 kenapa tidak poin-poin yang lain atau mungkin tema yang lain?

Maka, disini mungkin saya akan menjawab jika kota itu tidak hanya sebatas kota yang kita tau untuk tempat hiburan, bersenang-senang, mencari pekerjaan yang lebih baik, mencari upah yang lebih tinggi, atau demi kehidupan bersosial dan berbudaya lainnya. Jika kita lihat lebih dalam bagaimana keadaan kota yang sebenarnya terutama di Indonesia itu sendiri sebagai negara berkembang dan dengan segala masalah ekonomi, sosial, maupun budaya di dalamnya maka sudah pasti semakin lama masyarakat Indonesia akan semakin memilih untuk bermigrasi atau pindah ke kota, terutama ke kota-kota besar yang dapat kita sebut sebagai kota metropolitan. Kemudian, bagaimana dengan dampak negatif yang disebabkan oleh pertambahan populasi yang cepat akibat migrasi masuk dan faktor alami seperti tingkat kelahiran yang juga semakin bertambah setiap tahunnya?

Sebelum kita membahas lebih lanjut perlu kita ketahui bahwa tidak semua kota dapat di kategorikan sebagai kota metropolitan, menurut Adisasmita dan Pontoh dalam bukunya menjelaskan jika yang termasuk kota metropolitan itu adalah kota dengan jumlah penduduk lebih dari satu juta jiwa, dan Indonesia sendiri memiliki beberapa kota-kota besar yang menjadi kota metropolitan seperti DKI Jakarta, Kota Surabaya, Kota Bekasi, Kota bandung dan lainnya.  Dari ketiga kota tersebut yang memiliki jumlah penduduk paling besar adalah Kota DKI Jakarta dengan jumlah penduduk yang sudah mencapai 10 juta jiwa lebih data dari tahun 2020 hingga 2024 menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, sedangkan urutan kedua adalah Kota Surabaya dengan jumlah penduduk mencapai 3 juta jiwa lebih di tahun 2023 menurut BPS dan data tersebut menjelaskan jika jumlah penduduk di Kota Surabaya selama lima tahun terakhir berfluktuasi dan cenderung mengalami peningkatan penduduk. Jika kita lihat populasi DKI Jakarta maka sudah jelas jika Jakarta memiliki jumlah penduduk dan menjadi over population sehingga tanpa di teliti lebih lanjut pun kita pasti sudah dapat menyimpulkan jika Jakarta menjadi kota metropolitan yang cenderung tidak berkelanjutan dan menjadi kota kumuh, dalam konsep keberlanjutan terdapat tiga poin penting yang dapat menjadi acuan apakah kota tersebut berkelanjutan atau tidak berkelanjutan yaitu keberlanjutan dalam aspek sosial, ekonomi dan lingkungannya namun jika berkelanjutan dari salah satu poinnya saja maka kota tersebut tidak dapat kita nyatakan sebagai kota yang berkelanjutan. Begitulah kiranya jika kita melihat kota DKI Jakarta saat ini yang memang jika kita lihat dari aspek ekonomi saja maka akan berkelanjutan, namun bagaimana dengan aspek sosial, dan lingkungannya? tentu cenderung tidak berkelanjutan.

Kota Surabaya khususnya yang memiliki julukan sebagai kota industri di Jawa Timur, jumlah populasi selama kurang lebih lima tahun terakhir cenderung berfluktuasi dan mengalami peningkatan dari tahun 2021 hingga tahun 2023 sehingga dasar tersebut dapat menjadi masalah awal ketertarikan saya untuk melihat kondisi sebenarnya di Kota Surabaya itu sendiri apakah cenderung tidak berkelanjutan atau cenderung berkelanjutan baik dari aspek sosial, ekonomi dan lingkungannya hingga sepuluh tahun kedepan. Dengan rumusan masalah tersebut maka penelitian tesis saya pun akhirnya bisa dilanjutkan untuk dianalisis dengan syarat menggunakan metode yang paling tepat dalam menganalisis kota keberlanjutan studi kasus Kota Surabaya, dan setelah melakukan beberapa kali bimbingan dengan dosen pembimbing saya maka dipilihlah metode penelitian dengan menggunakan model sistem dinamik, model sistem dinamik yang di cetuskan oleh Forrester ini mampu menganalsis suatu sistem yang kompleks sehingga dalam model terdapat beberapa jenis model yang saling terhubung dan memiliki keterkaitan satu sama lain dan diawali dengan variabel stock dan memiliki variabel in flow dan out flow dan juga terdapat variabel penjelas lainnya yang akan semakin menguatkan model analisis di dalam sistem, sehingga dapat diperoleh hasil yang relevan selain itu validasi model juga dilakukan dengan menggunakan metode MAPE.

Dengan analisis model sistem dinamik tersebut di perolehlah hasil penelitian yang mana dapat dirangkum bahwa baik secara sosial, ekonomi maupun lingkungan Kota Surabaya cenderung menjadi kota yang tidak berkelanjutan. Hal tersebut terjadi karena sesuai dengan masalah-masalah dari fakta yang sedang terjadi seperti pertumbuhan penduduk yang terus meningkat menyebabkan meningkatnya masalah kemiskinan dan penganggurannya selain itu peningkatan kemiskinan dan pengangguran sama-sama menambah tingkat kriminalitas. Jika kita jelaskan secara sederhana peningkatan penduduk yang cepat setiap tahunnya dari aspek sosial di Kota Surabaya akan menyebabkan over urbanization dan jumlah penduduk yang semakin padat akan menyebabkan lapangan pekerjaan yang semakin sempit sehingga akan menambah tingkat kemiskinan Kota Surabaya dan dari masalah tersebut akan berdampak terhadap kecemburuan sosial yang kemudian meningkatkan tingkat kejahatan atau tingkat kriminal dalam aspek kesejahteraan ekonominya, lalu bagaimana dengan kondisi lingkungannya? seperti yang kita ketahui pertumbuhan penduduk yang cepat dapat meningkatkan masalah-masalah internal kota seperti masalah sosial, ekonomi dan lingkungannya, dalam aspek keberlanjutan lingkungan dapat kita lihat dari Indeks Kualitas Udara (IKU) dan Indeks Kualitas Air (IKA) di kota tersebut, dan semakin banyak jumlah penduduk di kota tersebut maka akan semakin banyak menghasilkan sampah dan polusi sehingga udara di kota tersebut cenderung tidak berkelanjutan karena IKU semakin tinggi yang menandakan Indeks Kualitas Udara di kota tersebut semakin memburuk sedangkan IKA semakin rendah yang menandakan bahwa Indeks Kualitas Air di kota tersebut semakin tercemar.

 Kurang lebih gambaran dari hasil penelitian saya dapat dijelaskan atau di rangkum demikian, dan perlu di ketahui variabel-variabel dalam penelitian saya juga disesuaikan dengan ukuran dari Indeks Kota Berkelanjutan (IKB) Indonesia sehingga terdapat batasan nilai minimal dan maksimal apakah kota tersebut termasuk dalam kategori berkelanjutan atau tidak berkelanjutan. Kota metropolitan seperti Kota Surabaya jika tidak dilakukan kebijakan lebih lanjut terutama dalam hal pertambahan jumlah penduduk yang terus meningkat baik disebabkan oleh faktor dari migrasi masuk ataupun faktor alami dari tingginya tingkat kelahiran di kota tersebut maka Kota Surabaya akan menjadi kota metropolitan yang cenderung tidak berkelanjutan sepuluh tahun kedepan, karena akar masalah-masalah internal kota yang terjadi berawal dari manusia dan terus meningkatnya jumlah penduduknya seperti dalam teori Elinor Ostorm dan John Elkington yang mengatakan bahwa manusia adalah faktor utama penyebab terjadinya masalah-masalah yang ada di kota. 

Kota Surabaya sendiri sudah menunjukkan masalah-masalah internal yang terjadi seperti di DKI Jakarta, adanya lingkungan padat penduduk di tegah-tengah terjadinya over urbanization, akan menjadikan lingkungan kota metropolitan yang terlalu padat penduduk dan kumuh, karena masyarakat lebih memilih tempat tinggal tanpa memperhatikan lingkungan sekitar dan hal tersebut terjadi karena faktor ekonomi akibat lapangan pekerjaan yang tidak sesuai dengan tingginya  jumlah penduduk yang ada, dan memaksa mereka untuk hidup dimanapun asal bisa menjadi tempat tinggal walaupun sebenarnya tidak cocok untuk dapat dikatakan sebagai tempat tinggal (rumah) pada umumnya, dan dari keadaan tersebut lingkungan kumuh kota pun terjadi hingga terjadi kemiskinan dan pengangguran kota, dan tidak berhenti dari sana faktor-faktor tersebut akan berpengaruh terhadap terbatasnya akses mereka dalam pendidikan maupun akses terhadap kesehatan walaupun sebenarnya akses pendidikan dan kesehatan dan akses lainnya lebih lengkap dan lebih baik di kota metropolitan di bandingkan dengan wilayah desa atau kota-kota kecil lainnya. Selain itu, masalah-masalah internal kota metropolitan tersebut juga akan berpengaruh terhadap meningkatnya SDM yang rendah di kota metropolitan tersebut yang kemudian dari sini juga akan menarik penduduk dari wilayah lain untuk bermigrasi karena SDM di kota tersebut sudah tidak memenuhi kebutuhan SDM yang baik, akan tetapi penduduk miskin di kota metropolitan tersebut tetap memilih bertempat tinggal di kota metropolitan tersebut dan mempertahankan lingkaran kemiskinan kota dan hal ini menjadi PR bagi kota-kota di Indonesia terutama di kota metropolitan itu sendiri.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun