Mohon tunggu...
Qurrotul Ayun
Qurrotul Ayun Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money

Fakta-fakta yang Terjadi pada Agama dan Ekonomi!

11 September 2016   11:46 Diperbarui: 11 September 2016   11:55 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kali ini saya akan membahas tentang agama dan ekonomi. Dimana di tanah air tercinta kita yaitu Indonesia, telah dietapkan pada sila pertama bahwa setiap individu atau warga negara mempunyai hak untuk memilih agamanya sendiri. Yang berbunyi, “KeTuhanan Yang Maha Esa”. Yang dimana sudah diterapkan sikap toleran terhadap agama-agama berbeda yang mereka yakini sendiri. Dalam kehidupan, bertetangga, berteman, keluarga sekalipun kita harus memberikan hak privasi mereka dengan keyakinan yang mereka anut. Itulah yang sudah tertera dalam sila kelima, “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.

Ekonomi adalah kegiatan yang berhubungan dengan usaha-usaha dengan tujuan untuk memenuhi segala keperluan hidup manusia. Yang pada dasarnya, ketika sudah terjun ke dalam kegiatan usaha atau perekonomian akan menimbulkan efek dari kelakuan, watak, aturan-aturan agama dalam menjalani hidup yang sudah tertanam sesuai keyakinan masing-masing individu. Kali ini, saya akan mengkaji ekonomi menurut Islam. Bagaimana manusia menghadapi hidupnya dengan batasan-batasan yang ada dalam Al-Qur’an dan Hadits.

وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِن كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ -٧٧-

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (Al-Qasas: 77)

Etika bisnis yang dilakukan Rasulullah saw, yaitu:

  • Kejujuran
  • Dalam bertransaksi Nabi Muhammad menggunakan kejujuran sebagai etika dasar. Belliau berbuat jujur dalam segala hal, termasuk menjual barang dagangannya. Cakupan jujur sngat luas, seperti tidak melakukan penipuan, tidak menyembunyikan cacat barang, menimbang barang dagangan dengan timbangan yang tepat, dll.
  • Amanah
  • Amanah memiliki arti kepercayaan yang diberikan kepada seseorang berkaitan engan harta benda. Muhammad dalam berniaga menggunakan prinsip ini dalam bekerja.
  • Tepat menimbang
  • Etika bisnis muhammad dalam menjual barang harus seimbang. Barang yang kering bisa ditukar dengan barang yang kering. Begitupun dengan menimbang seseorang tidak boleh mengurangi berat timbangannya.
  • Tidak melakukan penimbunan barang
  • Jika melakukan hal ini akan menimbulkan kemadharatan masyarakat karena barang yang dibutuhkan tidak ada dalam pasar. Ini dilakukan dengan tujuan menginginkan keuntungan atau laba yang tinggi, dengan menunggu waktu barang tersebut hingga menjadi barang itu keluar dengan harga yang fantastis.

Tetapi, telah diketahui banyak fakta didunia terjadi bahwa etika-etika tersebut sudah tidak diberlakukan lagi. Seakan-akan etika bisnis dizaman Nabi Muhammad jika dilakukan dizaman modern ini seperti mitos. Hukum ekonomi klasik mengatakan, “Menggunakan modal sekecil mungkin dan mendapatkan keuntungan sebesar mungkin.” jika etika bisnis dilakukan dizaman modern ini, akankah kita mendapatkan keuntungan yang besar sesuai hukum ekonomi yang berbunyi? Tidak. Itulah jawabannya dan fakta yang ada dalam lingkup bisnis pun. Hukum ekonomi sekarang, “Menggunakan modal sekecil mungkin dan mendapatkan keuntungan sebesar mungkin dengan melakukan dengan segala cara.” Sekarang, ekonomi selalu diiringi dengan politik. Jika kita sadar akan apa yang kita yakini dan tahu batasan-batasan, bagaimana berbisnis cara Islam. Kita akan selalu merasa bersyukur dengan apa yang kita punya, apa yang kita dapatkan dan apa yang kita nikmati. Kita tidak akan merasa kekurangan, kita akan merasa puas. Memang, sulit bagi kta menerima kenyataan bahwa jika kita tidak akan sukses dengan menggunakan modal kecil dan mendapatkan laba besar.

Ada hal yang tersirat didalamnya yaitu, kita mendapatkan banyak keberkahan dalam setiap langkah, dalam kegiatan usaha kita.

Kesimpulannya, biarkalan hukum ekonomi apapun itu. Lakukan hukum ekonomi Islam kita, dengan selalu memegang teguh kejujuran dan bersyukur. Yang berlandaskan Al-Qur’an dan hadits. Berikut akan disebutkan beberapa tujuan ekonomi Islam:

  • Menunaikan sebagian tuntutan ibadah
  • Menegakkan ekonomi dan sosial masyarakat
  • Menghapus kemiskinan dan mewujudkan keadaan guna tanaga penuh
  • Tetap dalam lingkar keamanan dan batasan dalam Undang-undang
  • Mewujudkan dan menjalin hubungan tali silaturahmi

Terjun dalam bisnis akan menimbulkan efek moral, bagaimana seseorang akan berubah sifat dan sikapnya dalam sekejap untukmeraih kenikmatan sesaat engan apapun cara yang dipakai,entah halal atau haram.

Kesimpulannya, apapun, segala hal, dan itu berukuran sekecil zarrah sekalipun itu semua milik Allah Swt. semua akan kembali kepada-Nya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun