Mohon tunggu...
Qurrota A'yunin
Qurrota A'yunin Mohon Tunggu... -

Psikologi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

The Power of Learning Styles

18 Juni 2015   08:05 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:45 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Belajar merupakan hal wajib yang harus di tempuh oleh semua orang, baik itu balita, anak-anak, remaja, dewasa hingga dengan lanjut usia. Belajar tidak memandang dari segi aspek apapun. Di sini belajar juga bukan hanya dalam ranah pendidikan namun selama manusia itu hidup dan berkembang maka di situlah proses belajar pun di berlangsung.  Belajar adalah adanya perubahan yang Nampak dari proses pembelajaran atau pengetahuan dari tidak tahu menjadi tahu, dari mulai tidak faham menjadi faham dalam cara bertingkah laku (Hamalik : 1983), dari situlah maka seseorang dapat dikatakan belajar jika melakukan proses-proses tersebut. akan tetapi pada hakekatnya belajar yang sesungguhnya yakni jika apa yang menjadi proses pembelajaran atau pengetahuan tersebut mampu di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti yang sudah di paparkan sebelumnya bahwa belajar bukan hanya di sebuah instansi pendidikan saja melainkan dalam kehidupan pun kita sudah melakukan proses belajar.    

Dalam kalangan remaja ataupun siswa, proses belajar mereka sangatlah dipertaruhkan kualitasnya bukan kuantitasnya. Bukan seberapa banyak siswa mampu menerima informasi akan tetapi sejauhmana kah informasi tersebut dapat di aplikasikan dan di fahami oleh siswa. Banyak pelajar saat ini mulai dari jenjang Dasar sampai jenjang yang Universitas, mereka sebenarnya belum memahami secara keseluruhan arti dari belajar itu sendiri. Yang  selama ini di persepsikan mereka adalah dateng ke sekolah, mendengarkan guru menerangkan, absen dan fix pulang. Hanya sesederhana itu yang kita tangkap dari yang namanya belajar di sekolah, setelah itu ketika di rumah tidak ada feedback langsung untuk mengaplikasikannya. Dalam ranah belajar di sekolah Menurut Dick and Carey (dalam Halim, 2012) menyatakan bahwa seorang Pendidik hendaklah mampu mengenal dan mengetahui karakteristik siswa. Sebab dengan pemahaman yang baik terhadap karakteristik siswa, Pendidik akan dapat menyesuaikan metode pembelajaran yang digunakannya yang tentunya sangat mempengaruhi keberhasilan proses belajar siswa. Hasil belajar yang baik hanya dicapai melalui proses belajar yang baik pula. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya hasil belajar yang baik (Afriliani, 2013). Untuk itu, Pendidik harus mampu memilih isi dan metode yang sesuai dengan kemampuan siswa (Sahabuddin, 2007). Masalahnya realitanya selama ini kita lihat di lapangan, proses pembelajaran yang dilaksanakan di kelas dilakukan menurut selera dan kemampuan Pendidik. Nah itu lah yang menjadi sebuah masalah untuk kita semua para kalangan remaja, karena ketidak minatan itulah yang menjadikan kita malas untuk membaca ulang hasil dari belajar dan mengaplikasikannya.  Salah satu tujuan dari artikel ini yaitu bagaimana cara untuk  memotivasi diri kita gemar dan menyukai membaca buku atau mempelajari konsep belajar itu sendiri.

Ada beberapa cara untuk memodifikasi cara belajar kita agar menarik perhatian diri sendiri, dan menumbuhkan passion kita untuk memahami belajar dengan cara yang mudah dan simple. Dalam teori belajar ada beberapa gaya belajar yang dapat kita aplikasikan dalam proses belajar kita (Halim, 2012) yang mampu kita maksimalkan dengan gaya belajar tersebut., yaitu yang pertama, dengan visual yaitu gaya belajar dengan melihat. Maksudnya, jika tipe kita suka dan menyenangi gaya belajar dengan visual (melihat) maka akan cukup mudah bagi kita untuk menunjang proses belajar kita, misalnya dengan menonton video, menonton film, melihat Pendidik/dosen menerangkan maka informasi yang kita dapatkan akan semakin mudah ditelaah dan masuknya informasi tersebut akan lama untuk dilupakan. Yang kedua, yaitu gaya belajar auditory (mendengarkan), gaya belajar yang satu ini cukup mudah sekali bagi kita dan yang pasti tidak membutuhkan waktu yang banyak seperti visual yang harus lama-lama melihat, auditory cukup simple gaya belajarnya, misalnya mendengarkan orang lain berbicara saja kita sudah dapat menangkap apa maksud dari pembicaraan tersebut dan pastinya informasi tersebut akan mudah ditelaah. Yang ketiga, yaitu dengan gaya belajar kinestetik (sentuhan) gaya belajar  yang satu ini ni, gaya belajar yang lumayan sulit bagi kalangan remaja yang low motivation, hehe jadi gaya belajar ini dengan cara sentuhan, jika kita tidak menyentuh sebuah buku maka kita akan tahu dan mengenalnya bahwa ini adalah buku, misal lagi belajar main bola kita harus bersentuhan dengan bola dan bersentuhan dengan rerumputan maka kita akan tahu dan memahami tentang bermain bola. Cukup mudah untuk kita para remaja dapat memilih salah satu cara gaya belajar yang sesuai dengan kemampuan kita, agar apa yang kita dapatkan atau peroleh dapat maksimal. Ada Beberapa dari kita yang mungkin cenderung menggunakan kombinasi dari beberapa gaya belajar (Landry, 2011). Gaya belajar kombinasi terdiri dari siswa yang menggunakan lebih dari satu gaya dalam belajar (Saadi, 2014) misalnya dengan visual dan auditory, seseorang akan mampu memahami sesuatu jika dia menggunakan indra melihat dan indra mendengarnya, dan jika menggunakan salah satu maka informasi yang didapat dirasa kurang maksimal. Beberapa gaya belajar tersebut dapat diaplikasinya untuk proses belajar dalam ranah yang lainnya, bukan hanya ranah pendidikan saja. Karena sejatinya belajar bukan hanya membaca buku di sekolah atau di lembaga saja tetapi belajar itu bisa dilakukan kapanpun dan dimana pun tidak terlebih dalam kehidupn sehari-hari kita. Untuk itu, setiap kali kita mendapatkan informasi yang menarik bagi kita jangan lupa untuk mengaplikasikannya agar nantinya ilmu tersebut bisa melekat dan masuk ke dalam long term memory kita.

Peranan motivasi tidak diragukan dalam belajar. Karena motivasi belajar memberikan rangangan, semangat dan rasa senang dalam belajar (Djamarah, 2011). Kita yang memiliki motivasi yang kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar (Sardiman, 2011). Motivasi belajar timbul karena dorongan dan minat kita untuk berprestasi (Iskandar, 2012). Untuk itu dalam dunia Pendidikan, bagi para Calon Pendidik maupun para Pendidik untuk lebih memahami cara belajar siswa nya bukan bagaimana cara kita, karena apa yang kita transfer ilmu kita adalah orang lain bukan diri kita. Dan untuk pribadi kita temukan dan tumbuhkan motivasi dalam diri kita dengan gaya belajar yang lebih dominan kita minati  untuk nantinya memudahkan kita dalam proses belajar, jangan memaksakan sesuatu yang bukan sesuai dengan keinginan kita, karena akibatnya bisa berdampak buruk.

Daftar Pustaka

Afriliani, Nurma. 2013. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Senam Melalui Konsep Bermain di SDN Cisitu.Jurnal PGSD Pendidikan Jasmani, Vol. 1 No. 3, Desember 2013. February 9, 2014.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Halim, Abdul. 2012, December.Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Gaya Belajar Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa SMPN 2 Secanggang Kabupaten Langkat. Jurnal Tabularasa PPS UNIMED Vol. 9 No. 2, Desember 2012, 141-158. January 8, 2014.

Hamalik. 1983. Strategi belajar dan Pembelajaran. Jakarta ; Sinar Utama

Iskandar. 2012. Psikologi Pendidikan. Jambi: Referensi.

Landry, John. 2011. Learning styles of law enforcement officers: does police work affect how officers learn?. Retrieved November 6, 2014. From http://www.vark-learn.com/documents/landry_dissertation_2011.pdf.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun