Seorang siswi lulusan SMA, aktifitas keseharian siswi tersebut tidak bisa jauh dari yang namanya gadget. Yang kita ketahui banyak aplikasi yang ada dalam gadget tersebut, yang mana aplikasi-aplikasi tersebut sudah banyak disuguhkan oleh produsennya untuk dapat dinikmati oleh para pengguna. Salah satu aplikasi tersebut yang sudah pasti ada dalam gadget adalah Camera. Sebut saja A, siswi yang setiap harinya atau bahkan bisa dikatakan setiap menit selalu mengambil gambar dirinya dimanapun dan kapanpun dia berada. Ketika dikalkulasikan jumlah foto yang terkumpul tidak terhitung, karena begitu banyaknya foto yang diambil.
Perilaku siswi tersebut dalam masyarakat awam bisa dikatakan hal yang biasa karena sudah menjadi suatu habit (kebiasaan) disisi lain dapat juga dikatakan sebagai perilaku yang aneh, tidak wajar atau bahkan ada yang menyebutkan tidak normal (abnormal) dan lain sebagainya. Sebelum kita menganalisis kebiasaan si A tadi perlu kita ketahui terlebih dahulu pengertian normal dan abnormal. Normal menurut (Slamet & Markam, 2003) memaparkan bahwa normal adalah sesuai atau tidak menyimpang dengan kategori umum. Begitu sebaliknya Abnormal adalah ketidaksesuaiaan dengan kategori umum yang mana hal tersebut bisa berada dibawah atau diatas kategori umum.
Nah, setelah kita memahami makna dari normal dan abnormal, ada beberapa hal yang perlu kita garis bawahi. Dalam ranah psikologi ungkapan kata “abnormal” sudah menjadi sesuatu yang sangat luar biasa. Mengapa bisa begitu? Karena psikologi bukan hanya mengkaji lintas habit atau budaya yang sudah paten dengan diri kita atau bahkan secara global, akan tetapi dalam ilmu psikologi seseorang dikatakan abnormal jika perilaku tersebut sudah memberikan dampak yang negatif terhadap orang lain, merugikan diri sendiri dan hal tersebut sudah harus mendapatkan penanganan yang secara intensif. namun ketika kita mendapatkan sedikit hasil dari pengamatan siswi SMA tersebut dalam ilmu psikologi belum dikatakan abnormal akan tetapi masuk pada kategori narsisme, hal tersebut dikarenakan lingkungan yang ada disekitarnya tidak pernah mengeluhkan perilaku-perilaku yang dibuat oleh siswi tersebut. namun, ada kalanya narsisme siswi tersebut sebaiknya diminimalisir untuk mencegah terjadinya abnormalitas dalam ilmu psikologi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H