Agama Islam telah menjadi agama yang mayoritas dianut oleh masyarakat Indonesia. Lebih dari 80 dari total penduduk di Indonesia yang sudah menganut agama Islam. Dengan demikian beragam kebudayaan dan pendidikan islam menjadi kebudayaan dan pendidikan yang erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat sehari-hari. Salah satunya yang melekat berupa pendidikan islam yang dibuktikan dengan adanya pondok pesantren (ponpes). Ada banyak pondok pesantren yang ada di Indonesia. Mungkin saja sekarang sudah mencapai puluhan ribu.
Pesantren adalah lembaga keagamaan yang memberikan pendidikan dan pengajaran serta mengembangkan dan menyebarkan ilmu agama islam. Banyak metode pendidikan dan pengajaran yang digunakan di pondok pesantren contohnya adalah mengaji kitab ba'da maghrib atau ba'da subuh, sorogan al-quran ba'da sholat jama'ah dan lain-lain. Sementara, untuk elemen-elemen yang ada di pondok pesantren selain Kiayi, pondok, kitab kuning, salah satu elemen yang terpenting adalah murid yang belajar di pondok pesantren atau yang biasa disebut dengan santri.
Santri juga ikut handal dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Semangat juang yang tinggi untuk membela kebenaran menjadi senjata utamanya untuk berjuang. Tidak lagi melawan penjajah kini, tugas jihad santri adalah menghadapi pengaruh perubahan globalisasi yang semakin pesat. Dan itu bukan berarti tantangan santri menjadi lebih mudah dan sederhana. Ideologi dan referensi keilmuan, dibarengi karakter diri yang kokoh, menjadi kekuatan besar penguatan karakter bangsa di era global.
Pesantren dan para ulama' nusantara memiliki prinsip "memelihara tradisi lama yang baik dan mengambil tradisi baru lebih baik". Melalui prinsip ini seorang santri diajarkan untuk turut peka terhadap isu sekitarnya dan turut bekerja sama dalam isu tersebut. Hal ini yang menjadikan santri sebagai agen terdepan dalam menentukan respon terkini melalui pendekatan agama yang moderat. Santri dapat melebarkan sayapnya melalui dua kecenderungan kelas yang tengah berkembang di masyarakat pada era globalisasi ini. Yaitu kelas intelegensi dan kelas urban muslim adalah dua kelas yang muncul sebagai buah dari transformasi islam sebagai pola hidup dan berpikir masyarakat modern. Dengan hal ini dapat dilihat bahwa era globalisasi ini sangat membutuhkan islam bukan malah meniadakannya.
Pada kelas intelegensi, santri disuruh untuk ikut andil dan dapat fokus terhadap isu-isu masyarakat, terutama hal-hal yang berada diantara negara dan agama. Melalui kelas jni santri berperan luas untuk menjadi aktor dalam pembentukan masyarakat ideal. Bukan hanya dalam soal keagamaan santri juga menjadi jembatan antara agama dan birokrasi. Dengan ini, suasana kehidupan suatu bangsa yang kental akan nilai-nilai keislamannya akan tercipta harmonisasi.
Berbeda dengan kelas intelegensi, kelas urban muslim memandang agama sangat berpengaruh pada gaya hidup. Santri menganggap kelas ini dapat menjadi batu loncatan untuk mendekati masyarakat dengan cara halus. Pintu utama masuk utama nilai-nilai keislaman adalah budaya dan gaya hidup. Seperti yang telah dicontohkan oleh para Wali Songo dalam dakwahnya pada masyarakat nusantara.
Namun sebelum santri melakukan semua itu sebelumnya santri juga pernah melawan penjajah untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Menurut beberapa referensi yang saya baca santri dalam melawan penjajah itu tidak menggunakan emosi, tapi menggunakan ilmu pengetahuan yang kyai mereka bekali dan sikap spiritual maupun strategi yang selalu mereka terapkan dengan baik. Ulama' dan para santri adalah pihak yang selalu konsisten dan anti kolonial pada masa penjajahan sehingga mereka terus menjaga tradisi perlawanan melawan kolonial. Tradisi perlawanan yang dilakukan oleh ulama' dan santri ini terjadi karena tindakan kolonial Belanda yang menindas dan mengganggu tegaknya agama islam. Nah, ini bertepatan dengan tanggal 22 Oktober muncullah yang namanya "Resolusi Jihad ". Resolusi Jihad itu adalah perlawanan terhadap penjajah dalam mempertahankan agama dan bangsa. Peristiwa resolusi Jihad ini bukan hanya terjadi semata-mata untuk memperjuangkan agama Islam saja, tetapi juga memperjuangkan pertahanan kedaulatan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
 Kemerdekaan ini merupakan akibat dari tingginya rasa nasionalisme bangsa Indonesia baik itu baik para ulama maupun para santri. Dengan bermodalkan rasa nasionalisme dan semangat persatuan, maka akan semakin berkobarnya semangat juang dalam melawan penjajah.
Nah, karena sekarang kita hidup di negara Indonesia yang sudah merdeka sepatutnya kita menghargai perjuangan ulama dan santri dulu. Bagaimana sih caranya?
Menurut saya, upaya untuk menghargai perjuangan ulama dan santri dulu banyak kok, tergantung kita sendirinya aja mau melakukan apa tidak dan sadar akan menghargai perjuangan mereka masak kita disuruh menghargai perjuangan mereka tidak mau sedangkan mereka berjuang mati-matian dalam membela dan memperjuangkan Indonesia. Berikut ini cara menghargai perjuangan para santri yaitu mempertahankan dan meningkatkan citra santri dalam masyarakat, maksudnya meningkatkan citra tersebut dalam artian kita sebagai santri berusahalah bagaimana pun caranya agar pandangan masyarakat itu baik, karena apabila pandangan mereka terhadap santri sudah baik dengan sendirinya akan muncul rasa bangga terhadap perjuangan para santri. Selain itu juga harus tetap bersikap sopan dan tawadhu' kepada guru dan kyai, karena mengingat akan revolusi Jihad para kyai memiliki peran yang sangat besar juga dalam perjuangan tersebut, karena jika tidak ada pengarahan dari kyai mungkin saja para santri tidak memiliki keyakinan dan semangat yang tinggi dalam memperjuangkan Indonesia. Upaya yang terakhir adalah selalu mengingat bahwa setiap tanggal 22 Oktober itu adalah hari santri nasional karena dengan memperingati hari tersebut merupakan wujud rasa hormat kita terhadap perjuangan mereka.
Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa kiprah pesantren dan umat Islam cukup besar karena para tokoh pergerakan nasional tidak dapat dilepaskan dari dunia pesantren dan spirit islam.