Untung Basuki, dengan bentukan teater barunya yang diberi nama Teater Dandang Yogya, akan mementaskan naskah “Oidipus Sang Raja” karya Sophocles, saduran WS Rendra, pada hari Sabtu, 23 Mei 2015 di Pendhapa Art Space, Tegal Krapyak Ring Road Selatan, Yogyakarta, dalam bentuk sajian “Dramatic Reading”.
Dramatic Reading adalah seni pertunjukan yang senapas dengan Poetry Reading ataupun Story Reading. Pertunjukan drama ini jelas-jelas mengedepankan permainan vokal, musik, dan sound effect, dalam arti kata sajiannya melulu untuk konsumsi indera kuping dalam rangka mengajak penonton menjelajahi alam pikir sang pujangga. Kuping penonton menjadi gerbang di mana kata-kata sang pujangga merasuk ke dalam sanubari penonton.
Kendati penonton dapat melihat langsung aktivitas seluruh pemain di atas panggung, namun tingkah laku mereka sesungguhnya tidak untuk dipertontonkan. Namun, tata busana yang mereka sandang dapat juga dianggap semacam fashion.
Di samping bertekad memerankan sendiri tokoh Oidipus, Untung juga bertindak sebagai sutradaranya.Warga grupnya terhimpun dari mahasiswa berbagai kampus di Yogyakarta (UGM, UNY, UIN, ISI), tetapi ada juga yang datang dari kampung. Ada juga beberapa pemain senior yang bergabung, antara lain: Mien Brojo dan Teguh Mahesa.
Untung Basuki sendiri adalah warga Bengkel Teater Rendra. Berteater sejak 1970 hingga ditinggal Sang Maestro berpulang, Untung konsisten pada pilihannya berkesenian. Kini Untung mendirikan grup teater baru dengan tujuan utamanya ingin berbagi pengetahuan dan pengalaman kepada generasi muda dan melestarikan gaya bermain drama sebagaimana yang diajarkan oleh Sang Maestro Rendra.
Yogyakarta boleh berharap, bahwa Teater Dandang Yogya ini akan mampu hadir sebagai grup yang mengemban misi pelestarian gaya dan tata pentas konvensional modern. Ciri utama garapannya adalah mengajak penonton mendalami kehidupan kata.
Kata sebagai simbol komunikasi makhluk sosial, dan kata sebagai manifestasi dari gerak batin manusia. Di situ kata tak selalu terang menyajikan data yang dibawanya. Selalu saja ada bagian penting yang mesti dipelajari, dipahami, dan direnungkan untuk dapat mengerti seutuhnya kandungan maksud dari suatu kalimat yang terdiri dari sejumlah kata tersebut. Selalu saja ada yang terselubung di dalam setiap kalimat, sehingga sering muncul pertanyaan: “Ada apa di balik itu semua?”.
Sadar bahwa naskah “Oidipus Sang Raja” adalah karya agung yang oleh HB Yassin, sang Paus Sastra Indonesia, disebut sebagai sastra dunia, Untung tidak mau gegabah. Diajaknya Japhens untuk turut bekerja memproses dramatic reading tersebut. Jadilah sinergis mereka berciri kombinasi antara greget emosional dan disiplin akal sehat managerial. Yang satu menuntut kemurnian berkesenian dan yang satunya membatasi secara ketat bahwa segala tuntutan itu harus tetap di dalam penalaran yang kondusif.
Alkisah, Oidipus adalah raja Thebes yang sedang diterjang gundah gulana hebat. Rakyatnya menderita. Tanaman pangan musnah oleh hama. Hewan ternak mati tanpa sebab yang jelas. Para wanita tiba-tiba mandul dan beracun rahimnya. Atas dirinya pun telah ditujumkan bahwa ia akan membunuh bapaknya dan mengawini ibunya sendiri.
Semua bentuk bencana itu terjadi merata di seluruh wilayah kerajaan. Dan menurut kata sang pertapa, sebab musababnya adalah karena Oidipus telah melalaikan kewajibannya sebagai raja dalam hal menegakkan keadilan dan kebenaran. Apakah itu?Beberapa puluh tahun yang lalu, Laius, raja yang berkuasa sebelum Oidipus, tewas terbunuh di perjalanan. Kasus terbunuhnya Laius ini terpendam dalam-dalam selama pemerintahan Oidipus, yaitu hingga ia berketurunan dua orang putra dan dua orang putri.
Untuk membebaskan rakyatnya dari penderitaan mengenaskan, Oidipus harus mampu menemukan siapa pembunuh Laius, dan lalu harus melaksanakan titah dewa yang mengatakan bahwa sang pembunuh harus dihukum mati atau dibuang ke luar kerajaan. Ternyata sang pembunuh adalah diri Oidipus sendiri. Ia telah membunuh bapaknya dan lalu mengawini ibunya sendiri. Tragedi memilukan.
Dramatic Reading naskah besar ini berdurasi 2 jam pertunjukan. Jalinan ceritanya sederhana tetapi mampu menyimpan teka-teki memikat pada setiap pengadeganan. Drama satu babak ini juga unggul dalam karya puitis. Hampir bisa disebutkan bahwa dramatic reading “Oidipus Sang Raja” tak lain merupakan pentas puisi. Rendra memang piawai puisi Indonesia, di samping juga Maestro drama Indonesia. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H