Cerita ini adalah salah satu karya Sophocles pujangga besar Yunani kuno pada 450 tahun sebelum masehi yang diterjemahkan oleh WS Rendra (Alm). Cerita ini lalu dipanggungkan dalam bentuk teater oleh Bengkel Teater yang didirikan oleh Alm. WS Rendra. Terdiri dari tiga seri yaitu Oidipus Sang Raja, Oidipus di Colonus dan Antigone. Kini, seniman sekaligus musisi Aloysius Untung Basuki anggota Bengkel Teater akan membangunkan Oidipus Sang Raja dalam tidur panjangnya di Jogjakarta dengan gaya dan ciri khas seniman yang dikenal dengan sebutan pakde Untung ini. Saya akan menceritakan garis besar kisah menurut kacamata saya.
Alkisah, di negara Thebes yang subur dan makmur. Rakyat hidup tentram dan sejahtera yang dipimpin oleh Raja Laius dan Ratu Jocasta. Hingga suatu hari Raja Laius mendengar tujuman dewa yang disampaikan melalui pendeta wanita bahwa dia akan dibunuh anaknya dan istrinya akan dinikahi anak yang telah membunuhnya. Sang Raja takut dan meminta seorang gembala membuang anaknya dengan memaku kaki sang anak dan membuangnya ke hutan. Namun si Gembalaa tidak sampai hati membunuh bayi itu sehingga si gembala memberikannya kepada orang Corinthaserta membawa jauh-jauh bayi itu dan bukan membunuhnya.
Bayi itu besar dengan nama Oidipus yang diadopsi anak oleh Polybus Raja Corintha tanpa sepengetahuannya. Namun, suatu hari ketika Oidipus mengikuti sebuah pesta ada seorang pemabuk berkata bahwa dia bukanlah anak kandung Raja Polybus. Ia marah dan mengadu pada sang Raja karena ada orang yang mengejeknya. Akhirnya si pemabuk itu dihukum. Akibatnya banyak orang membicarakan tentangnya. Lalu Oidipus pergi tanpa sepengetahuan siapapun. Dia berjalan kearah Thebes. Dalam perjalanan ia bertemu dengan Laius yang menghalau perjalanan Oidipus. Oidipus marah dan memukul Laius dengan tongkat hingga Laius wafat. Oidipuspunmelanjutkan perjalanan kearah Thebes, lalu ia bertemu dengan makhluk berkepala perempuan, bertubuh singa dan bersayap bernama Spinx yang bertengger di gunung Fikium dan membunuh setiap warga Thebes yang tidak bisa menebak teka-tekinya, serta mengancam tidak akan meninggalkan negara tersebut sebelum ada yang mampu memecahkan teka-tekinya. Teka-tekinya adalah :
“Apakah yang pada pagi hari menggunakan empat kaki, pada tengah hari menggunakan dua kaki dan pada senja hari menggunakan tiga kaki ?”
Oidipus mampu menjawab. Jawaban Oidipus adalah manusia. Ketika masih kecil, manusia merangkak menggunakan sepasang kaki dan sepasang tangan, ketika dewasa, ia tegak dengan kedua kakinya dan ketika tua menambah tongkat agar mampu berjalan dengan baik. Maka terbebaslah warga Thebes dari ancaman Spinx. Lalu Oidipus diberi hadiah berupa tahta dan menikahi sang Ratu Jocasta yang merupakan ibu kandungnya. Dengan begitu terlaksanalah tujuman dewa, Oidipus membunuh ayah kandungnya dan menikahi ibu kandungnya.Hubungan Oidipus dan Jocasta melahirkan empat anak yaitu : Polineikes, Eteokles, Ismene, dan Antigone.
Setelah mengetahui hal yang sebenarnya, Jocasta terkejut dan merasa malu sampai ia menggantung dirinya sendiri hingga mati. Oidipus tak kuat melihat kenyataan yang sangat menyakitkan. Membunuh dan menikahi ibu kandungnya. Mempunya empat anak yang sekaligus saudara kandungnya. Melihat Jocasta tergantung tak bernyawa, diturunkan tubuh yang sudah tak bernyawa itu. setelah dibaringkan Oidipus mengambil peniti mantel Jocasta dan menusuk-nusukkan peniti itu ke matanya berkali-kali seraya mengeram :
“Tak akan kulihat bencana yang kulakukan dan kualami. Butalah kau mata, untuk selama-lamanya. Mata yang telah melihat yang terlarang, dan yang tak mampu melihat buah rindunya.”
Oidipus meminta dibuang dari thebes dan diasingkan. Tidak ada yang boleh menyapanya, mengasihani, mendoakan serta membantunya. Itulah hukuman yang pernah dilontarkannya sendiri untuk sang durjana yang mengakibatkan negeri Thebes menderita. Dia ditemani putrinya bernama Antigone untuk memandu jalannya.
Nama Oidipus lalu diserap dalam psikologi menjadi Oedipus Complex penyakit yang merujuk pada seseorang yang mencintai/menyukai perempuan yang jauh lebih tua. Pentas teater Oidipus Sang Raja yang di sutradarai Aloysius Untung Basuki akan di pentaskan pada Februari tahun 2015 dengan pemain keluarga Teater Dandang yang digawangi oleh pakde untung sendiri sang sutradara dan pak japhen sebagai staff manager.
Semoga informasi ini bermanfaat. Dan jangan lupa untuk menyaksikan pementasan langka ini. terimakasih :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H