Mohon tunggu...
Qurotul Hasanah
Qurotul Hasanah Mohon Tunggu... lainnya -

Alumni Pon.Pes Al-Kamal Blitar dan Mahasiswa UIN Maliki Malang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Anak Siapakah Aku???

5 Mei 2015   11:43 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:22 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak Siapakah Aku???

Suatu malam yang dingin, seorang anak laki-laki 9 tahun  bergelung dalam pelukan sang nenek. Kulit keriput tak menghalangi sebuah rasa nyaman dan hangat pada tubuhnya. Ditataplah wajah tua di hadapannya. Mata polosnya menjelajahi setiap lekukan keriput sang nenek. Ia hanya mencintai sang nenek. Nenek yang sangat menyayanginya tanpa pamrih. Yang selalu mengerti akan dirinya dan kebutuhan kasih sayang yang ia rindukan. Sekejap dalam bayangnya teringat akan wajah kedua orangtuanya. Dan tak terasa sebutir permata meluruh pada pipinya. Ia pun memejamkan mata dan akhirnya tertidur dalam gundah yang melelahkan.

Pagi menyapa dan ia bangun untuk membantu menyapu halaman rumah sang nenek. Terluhat tungku masak di dapur mengepul-ngepul mengeluarkan asapnya. Tercium bau harum telor dadar dan nasi goreng darinya. Seketika setelah menyelesaikan tugasnya ia berlari ke dapur, mencuci tangannya dan siap menyantap sarapan pagi yang istimewa buatan sang nenek. Matanya tersenyum lebar dan ia memandang neneknya, sang nenek tersnyum dan bergabung untuk menikmati santapan lezat minggu pagi yang cerah itu.

Tak lama setelah ia mandi, datang beberapa teman sepermainannya dan mengajaknya bermain. Sang anak pun pamit pada sang nenek seraya berucap, “Nek, Eka mau main layang-layang dulu ya? Dan nanti juga mau ke rumah ibu….”.

“Iya hati-hati…” jawab sang nenek singkat. Sepeninggal cucunya sang nenek menghembuskan nafas seraya menatap nanar keadaan sang cucu yang sangat mengkhawatirkannya. Bagaimana tidak, cucu dari anak lelaki bungsunya itu benar-benar kurang perhatian dari kedua orang tuanya. Cucu yang sangat membuat hatinya miris ketika menatap wajah polosnya. Cucu yang ia tak merelakan siapa pun menyakitinya, maka dengan sekuat tenaga disempatkannya untuk memberi perhatian padanya. Ia adalah cucu terkasih keduanya, Eka Edi Maherna Saputra adalah namanya. Sebelum ia lahir, sang nenek memiliki seorang cucu perempuan yang begitu ia sayangi dan dikasihi. Cucu perempuan yang harus berpisah dengan ibunya saat usianya baru menginjak 5 tahun. Dan ketika sang menantu meminta izin untuk menikah kembali guna menemukan seseorang yang mau membantunya merawat dan membesarkan sang putri, ia dengan lapang mengizinkannya. Dan syukurlah pada akhirnya sang ibu tiri dapat dengan sangat mencintai dan menyayangi cucu kesayangannya tersebut hingga kini tumbuh menjadi seorang gadis cantik yang dewasa dan mandiri. Namun setelah sang cucu laki-lakinya, Eka, lahir dan mendapati kesulitan dimasa kecilnya ini, hatinya sering mengiba pada sang cucu.

Eka, anak itu harus merasakan sebuah meriam saat usianya mulai menginjak 4 tahun yang dikarenakan sebuah badai yang menerjang kelangsungan hubungan antara kedua orang tuanya. Ia harus terlempar kesana kemari dalam sebuah sengketa pengasuhan akan dirinya ketika kedua orangtuanya bercerai. Sang ibu yang setelah perceraian itu menikah dengan salah seorang lelaki yang tak lain adalah tetangga dari mantan suaminya itu meminta untuk mengasuh sang anak. Namun disisi lain sang ayah tak menginginkannya karena ia takut akan anaknya yang tak akan mendapatkan kasih sayang dari sang ayah tiri. Namun apa boleh dikata, Eka masihlah seorang anak kecil yang belum mengetahui apa-apa ketika itu. Hingga akhirnya sang nenek memutuskan untuk merawatnya.

Hari berganti hari dan ia pun tumbuh menjadi seorang anak laki-laki yang mulai mempelajari alur hidupnya. Dan saat ia memilih untuk tinggal bersama sang ibu, sebuah lembaran baru di terimanya. Sang ayah tiri tak menyukainya dan sering kali menatapnya penuh amarah walau tak pernah memukulnya. Dan ketika suatu keinginan untuk memilih sang ayah yang sampai kini belum menikah kembali, ia pun menemukan sebuah keraguan lainnya karena saat ini sang ayah sedang dalam rantauan di luar negeri untuk mencari nafakah. Hingga ketika sang nenek memutuskan untuk merawatnya, ia pun merasa tak ingin menyusahkan sang nenek yang sudah renta. Akhirnya ia pun memilih tetap berada dalam asuhan sang ibu dan ayah tirinya.

Saat kondisi keuangan keluarga ibunya dalam ambang-ambang ketidak pastian, ia pun terpaksa ikut pada asuhan nenek kakeknya dari ibu. Ia habiskan hari-harinya di rumah sang nenek dari ibunya dengan bersekolah di suatu Sekolah Dasar di dekat rumahnya. Namun setiap seminggu sekali ketika hari libur menyapa ia akan selalu meminta sang ibu untuk menjemputnya dan menginap di rumah sang nenek dari ayah. Dan hari ini adalah hari minggu yang ceria baginya. Karena beberapa hari yang lalu sang ibu mengatakan padanya bahwa ia tak mampu lagi membiayai sekolahannya yang tinggal setahun ini di Sekolah Dasar. Sungguh sedihnya hatinya saat mendengarkan itu. Ia sangat berfikir apakah nasibnya begitu buruk hingga harus menerima bahwa dirinya pun tak akan lulus Sekolah Dasar dengan kondisi keluarganya yang begitu menyedihkan. Ia dengan wajah murung menjadi begitu pendiam dan terlihat putus asa. Lalu ketika ia menginap di rumah sang nenek ini, neneknya bisa membaca raut wajahnya yang sedih dan akhirnya ia pun menceritakan permasalahan yang di hadapinya.

Dengan geram sang nenek menatap nanar cucunya yang cerdas ini. Ia pun merasa kasihan pada sang cucunya yang malang ini. Dengan beberapa pertimbangan, setelah bermusyawarah dengan anak-anaknya dan sang anak bungsu yang tak lain adalah ayah Eka. Nenek mengatakan sebuah pernyataan bahwa ia yang akan mengambil alih merawat sang cucu.

“Eka, nenek tak ingin kamu selesai menuntut ilmu hanya sampai disini. Begini, nenek sudah berbicara dengan ayahmu tentang hal itu. Dan ayahmu bilang bahwa ia akan membiayaimu sekolah sampai setinggi-tingginya. Tapi dengan syarat kamu harus tinggal bersama nenek disini. Emmm sebenarnya bukan nenek memaksamu. Tapi tahulah kamu bahwa ayah tirimu itu hanya menginginkan ibumu saja, dia tak menginginkanmu. Dia itu orang yang tidak bertanggungjawab sampai-sampai ibumu jadi ikut-ikutan tak bertanggungjawab sama anaknya. Memang dasar ibumu yang bodoh pula. Kenapa juga dia bisa mencari suami yang seperti itu. Nenek sangat membencinya. Andaipun suatu saat orang tuamu ingin rujuk kembali, nenek sudah tak mau menginginkan itu terjadi. Jadi fikirkan baik-baik hal itu. Nenek hanya ingin kamu menunjukkan pada kedua orang tuamu bahwa kamu bisa menjadi orang hebat walau tanpa kasih sayang yang sempurna dari mereka. Ngerti?” ucap sang nenek pada cucunya suatu hari setelah musyawarah.

Sang cucu hanya menarik nafas dan mengangguk. Namun terlihat di raut wajahnya terdapat sebuah piasan cahaya yang bersinar penuh syukur. Entah apa yang ada dalam fikirnya, namun ia pun memulai untuk memikirkannya.

Siang itu ketika Eka bermain bersama teman-temannya. Seorang kakak sepupunya datang berkunjung ke rumah sang nenek. Ia tak lain adalah cucu perempuan kesayangan neneknya yang hidup bersama ayah dan ibu tirinya itu. Gadis cantik itu pun selalu meluangkan waktunya untuk berkunjung kerumah sang nenek di hari libur kuliyahnya. Ia begitu menyayangi sang nenek melebihi kedua nenek lainnya, karena neneknya inilah yang telah melahirkan almarhumah ibunda tercinta yang amat dirindunya. Maka ia pun berusaha untuk membahagiakan sang nenek di hari tuanya dengan tetap rutin mengunjunginya walau telah tak serumah lagi dengannya.

Dan ketika ia membereskan beberapa barang yang masih berserakan di atas meja ruang keluarga, ditemuinya sebuah buku yang entah mengapa sangat menarik perhatiannya. Di bukanya buku itu dan terdapat beberapa tulisan acak-acakan yang bertuliskan, “Ibu… Ayah… Nenek… aku ini anaknya siapa? Kok ayah ibuku gak seperti ayah ibunya teman-temanku lainnya???”. Seketika hati sang gadis teriris saat membaca tulisan itu, tulisan isi hati adik keponakannya yang harus tumbuh dalam keluarga yang broken home.  Tulisan yang pada tanggalnya menunjukkan bahwa tulisan itu di tulis 3 tahun yang lalu, saat usia sang penulis masih menunjukkan angka ke 7 hidupnya. Itulah tulisan yang ditulis oleh Eka. Tulisan yang menjadi bukti bahwa hatinya merindukan kondisi keluarga yang damai dan sejahtera. Tulisan yang menunjukkah bahwa konflik pernikahan yang menjadikan kedua oang tuanya bercerai sangat berpengaruh pada dirinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun