Mohon tunggu...
quranamyadasang
quranamyadasang Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Optimalisasi Peran Guru Pendidikan Agama Islam sebagai Konselor Dalam Mengatasi Masalah Belajar Siswa

13 Desember 2024   13:30 Diperbarui: 13 Desember 2024   12:18 4
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Nama jurnal: Optimalisasi Peran Guru Pendidikan Agama Islam sebagai Konselor dalam Mengatasi Masalah Belajar Siswa

Penulis : Asep Nanang Yuhana dan Fadlilah Aisah Aminy

Tahun terbit : 2019

Link : https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=Optimalisasi+Peran+Guru+Pendidikan+Agama+Islam+sebagai+Konselor+dalam+Mengatasi+Masalah+Belajar+Siswa+&btnG=

Abstrak : Artikel ini bertujuan untuk mencari masalah belajar yang dihadapi siswa kelas VI MIS Handapherang-Ciamis, upaya guru dan tahapan-tahapan yang ditempuh dalam mengatasi permasalahan tersebut. Dengan menggunakan metode kualitatif-deskriptif, penelitian mengahsilkan kesimpulan; Pertama, siswa mengalami kesulitan dalam membaca dan menulis. Faktor masalah yang terjadi berasal dari faktor orang tua dan dari diri siswanya sendiri. Kedua, Upaya yang dilakukan guru kelas di sekolah pada siswa kelas VI yang mengalami masalah belajar yaitu memaksimalkan indra pendengarannya dengan cara mendengarkan guru ketika menjelaskan materi pembelajaran, dibimbing ketika anak tidak mengerti dalam materi pembelajaran dan yang terakhir diarahkan ketika anak tidak memperhatikan guru menjelaskan materi dalam proses pembelajaran. Ketiga, tahapan guru dalam mengatasi masalah belajar siswa dimulai dari menentukan masalah sampai dengan penyelesaian masalah yang terjadi pada siswa kelas VI MIS Handapherang.

Latar belakang : Dalam UU Nomor 20 tahun 2003 pasal 4 ayat 4 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran. Belajar merupakan suatu usaha sadar manusia dalam mendidik dalam upaya meningkatkan kemampuan kemudian diiringi oleh perubahan dan peningkatan kualitas dan kuantitas pengetahuan manusia itu sendiri. Belajar adalah suatu aktivitas yang terjadi di dalam lingkungan belajar. Belajar diperoleh melalui lembaga pendidikan formal dan non formal. Salah satu pendidikan formal yang umum di Indonesia yaitu sekolah dimana di dalamnya terjadi kegiatan belajar dan mengajar yang melibatkan interaksi antara guru dan siswa. Dalam UU Nomor 20 tahun 2003 pasal 4 ayat 4 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran. Belajar merupakan suatu usaha sadar manusia dalam mendidik dalam upaya meningkatkan kemampuan kemudian diiringi oleh perubahan dan peningkatan kualitas dan kuantitas pengetahuan manusia itu sendiri. Belajar adalah suatu aktivitas yang terjadi di dalam lingkungan belajar. Belajar diperoleh melalui lembaga pendidikan formal dan non formal.

Metode penelitian : Penelitian ini meneliti mengenai unjuk kerja guru bimbingan konseling dalam mengatasi masalah belajar siswa, hal tersebut merupakan masalah kompleks yang dinamis dan penuh makna sehingga tidak mungkin data pada situasi sosial tersebut dijaring dengan metode penelitian kuantitatif. Selain itu masalah yang diteliti juga merupakan masalah yang bersifat holistik, dimana masalah Vol. 7, No. 1, 2019 Jurnal Penelitian Pendidikan Islam 91 tersebut tidak dapat dipisah-pisahkan akan tetapi harus mencangkup keseluruhan situasi sosial yang ada, sehingga penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Sugiyono mengungkapkan "bahwa penelitian kualitatif berusaha menggambarkan suatu gejala sosial" (Sugiyono, 2009b, p. 1).

Hasil Penelitian: Dari hasil penelitian dan wawancara dengan guru kelas di sekolah MIS Handapherang peneliti menemukan masalah belajar pada anak kelas VI, masalah belajarnya adalah siswa belum lancar dalam hal menulis dan membaca. Siswa tersebut bernama Nunung, dia dilahirkan sebagai anak pertama dari satu adik. Latar belakang pendidikan keluarga Nunung semuanya lulusan sekolah dasar (SD). Pekerjaan ayah dan ibu Nunung buruh dan pedangan keliling. Siswa tersebut mengalami masalah belajar yaitu kekurangan dari segi kognitif dan memiliki kelebihan dari segi afektif, diantarnya dari segi kognitif siswa tersebut memiliki kekurangan tidak bisa membaca dan menulis, IQ dibawah rata-rata. Padahal tingkat intelijensi IQ seseorang sangat memengaruhi kemampuan kognitifnya. Hubungan antara kecerdasan dengan nilai kemampuan kognitif berkorelasi signifikan dan positif. Semakin tinggi nilai kecerdasan seseorang, semakin tinggi pula tingkat kemampuan kognitifnya (Fatimah, 2006, p. 31). Meskipun siswa tersebut memiliki kekurangan dari segi kognitif, akan tetapi perkembangan afektif seorang memiliki kelebihan dari segi sosialnya, diantaranya: sopan terhadap guru, ramah, aktif bertanya di kelas. Prilaku seorang nunung ini sangatlah baik karena prilaku tersebut membawa pengaruh dan manfaat tertentu bagi siswa.

Kesimpulan : Pendidikan orang tua sangatlah penting bagi anak, pendidikan orang tua merupakan jantung dari pendidikan anak. Pendidikan yang pertama ada pada pendidikan dari orang tua, jika anak di didik dari kecil dengan baik oleh orangtuanya maka saat anak beranjak ke dunia pendidikan selanjutnya di sekolah, anak tidak akan mengalami masalah belajar seperti yang terjadi pada anak kelas VI MIS Hadapherang. Berdasarkan hasil penelitian dari rumusan masalah yang diajukan tentang mengatasi masalah belajar siswa melalui bimbingan guru konseling, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut. Pertama, faktor masalah belajar yang terjadi pada siswa kelas VI MIS Handapherang ini ada dua faktor, faktor internal dan eksternal.

Komentar : Pada artikel tersebut sudah sejalan dengan apa yang saya pelajari Dimana permasalahan pendidikan menurut Ahli Asep Nanang Yuhana , tentang permasalahan dalam dunia pendidikan karena kurangnya pemerataan akses dan kualitas pendidikan .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun