Overthinking dapat dikatakan sebagai pola berpikir yang terkadang menjadi habit atau kebiasaan. Overthinking pada umumnya dapat berbentuk kecemasan atau kekhawatiran yang berlebihan. Ada beberapa penyebab yang membuat seseorang overthinking, yaitu :
- Adanya harapan atau ekspektasi yang berlebihan dari lingkungan luar terhadap diri kita. Hal ini terkadang menyebabkan individu membanding-bandingkan drinya dengan orang lain yang ia lihat kehidupannya lebih baik daripada kehidupan dirinya. Dalam hal ini, individu kemudian merasa gagal dan merasa dirnya tidak mampuyang mana kemudian membuatnya kehilangan kepercayaan dirinya.
- Aspek relasi juga terkadang dapat membuat seseorang mengalami overthinking. Pada relasi sosial, seseroang mempunyai gambaran relasi yang baik di pikirannya dan dijadikan tolak ukur. Namun pada kenyataannya, kondisi relasi setiap orang dengan orang lain berbeda-beda. Dari sini, seseorang tersebut akan merasa bahwa dirinya tidak mampu mencapai tolak ukur relasi yang baik tersebut.
- Pengalaman dan trauma masa lalu juga dapat menjadi penyebab overthinking. Pada dasarnya, manusia memiliki jiwa pembelajar. Manusia seringkali menjadikan kejadian yang ia alami di masa lalu sebagai pedoman atau pelajaran untuk di kehidupannya saat ini atau di masa depan. Kejadian-kejadian yang tidak diinginkan seringkali membuat manusia takut untuk terlibat didalamnya lagi. Hal ini membuat manusia seolah-olah takut untuk melakukan suatu hal hanya karena ia berpikir bahwa kejadian yang tidak diinginkan akan terjadi kembali.
- Adiksi pada sosial media. Hal ini dapat dikatakan penyebab yang paling memberikan kontribusi pada terjadinya overthinking dalam diri seseorang karena dapat membuat seseorang membandingkan kehidupan dirinya dengan orang lain. Apa yang ia lihat di sosial media selalu dijadikan tolak ukur dalam menilai dan mensyukuri kehidupannya. Padahal seringkali hal-hal yang ditampilkan kebanyakan orang di sosial media belum tentu berdasarkan fakta. Ini akan memunculkan kecemasan dan kegelisahan terus menerus pada dirinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!