Pada tahun 2011, pertumbuhan ekonomi meningkat 6,5n tertinggi di ASEAN. Hal itu berdampak juga pada meningkatnya investor grade dan jumlah masyarakat kelas menengah. Namun disamping itu tetap ada masyarakat yang masih mengalami kemiskinan kronis. Mereka yang masih mengalami kemiskinan kronis bukan karena mereka malas, bahkan mereka kerja jauh lebih keras. Akan tetapi, mereka belum mampu diberi daya ungkit oleh pemerintah karena masih banyak hal yang sedang dikerjakan pemerintah untuk saat ini.
Dalam upaya membantu pemerintah dalam memperbaiki keadaan sosial yang sedang terjadi saat ini, kita membutuhkan orang-orang yang memiliki pola pikir abnormal (unreasonable people), because all progress in many countries depend on unreasonable person. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah dengan membangun social entrepreneurship yang dapat memberi banyak benefit bagi masyarakat. Misinya adalah untuk menciptakan nilai sosial yang berkesinambungan.
Sebagai agent of change dalam sektor sosial, Seorang social entrepreneur harus memiliki mindset empowering. Social entrepreneur harus mampu berinovasi menciptakan suatu hal yang baru dan belum ada. Seorang wirausaha sosial harus bisa mencari peluang-peluang, mampu beradaptasi, dan bekerja dengan tangan kosong tanpa harus dibatai dengan sumber daya yang tersedia. Kewirausahaan tidak identik dengan berdagang, modal keuangan yang besar, membuka toko/ruko, transaksi bisnis, dan lain-lain. Akan tetapi, dalam berwirausaha kita boleh melakukan hal-hal tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H