Mohon tunggu...
Queen Rahmah Rizqi Zaidah
Queen Rahmah Rizqi Zaidah Mohon Tunggu... Musisi - Bu guru

Alumni Psikologi UIN Maliki Malang. Alumni The University of York, UK. Kelahiran tahun 1991. Hobi bermusik. Pernah jadi reporter dan jurnalis kampus. Bercita-cita menjadi pendidik, penulis, dan inspirator anak bangsa. Pengabdi di pondok pesantren Baitul Arqom Balung Jember. Contact: queenzaidah121@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sepucuk Surat untuk Scholarship Hunter

20 Desember 2016   07:36 Diperbarui: 23 Juni 2017   04:46 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

- Pentingkah apa yang kita cita-citakan ini, hingga kita harus mengejar beasiswa tersebut? Apakah cita-cita kita akan menjadi hal yang positif untuk masyarakat pada akhirnya?

- Apa yang akan kita lakukan setelah mendapat beasiswa tersebut?

- Benarkah sudah merasa sanggup untuk mengemban amanah besar tersebut? 

Tenang, saya hanya ingin menguji seberapa positif niat teman-teman. hehe.. Berbicara tentang beasiswa bukan hanya berbicara tentang rasa tenang melewati segala proses studi di tingkat lanjut, dan pengalaman baru yang menyenangkan untuk dialami, namun lebih dari itu, juga tentang amanah besar yang tidak boleh kita sia-siakan. Sejatinya, beasiswa bukanlah 100% hak kita sebagai penerima, namun adalah hutang yang harus kita lunasi dengan segala bentuk daya upaya yang sanggup kita lakukan setelah kita menyelesaikan studi. Mendapat beasiswa berarti kita berhutang kepada negara untuk turut membangun negeri dengan apa yang sudah kita dapatkan melalui beasiswa tersebut. 

Berhutang kepada negara asal kita, tempat kita dilahirkan dan dididik, tempat kita belajar berjalan menapakkan langkah pertama kita. Setelah pertanyaan-pertanyaan tersebut terjawab, pastikan bahwa jawaban tersebut POSITIF bukan hanya bagi diri pribadi teman-teman, tapi juga bagi masyarakat sekitar dalam jangka panjang. Jadi, tentukan dulu niat positif, baru boleh lah mengejar beasiswa sebanyak-banyaknya. Kalau niat belum baik, jangan harap bisa menjalani langkah selanjutnya. :P Selalu ingat bahwa, seberat-beratnya beban adalah, beban dalam mengemban amanah (QS. Al-Ahzab 33:72). Dan, sekecil-kecilnya kebaikan, akan tetap dicatat dan diberi balasan oleh Allah, termasuk itu hanyalah sebuah niat baik, termasuk itu hanyalah sebesar dzarrah (QS. Zalzalah:7-8). Akan lebih bertambah lagi kesyukuran kita jika kita juga mau mengingat bahwa, 'Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi yang lain'-al hadits.

2. Kenali Potensi Diri

Kita dilahirkan penuh potensi, membawa fitrah diri masing-masing, memiliki ketertarikan terhadap sesuatu yang berbeda, dan membawa keunikan yang tidak sama satu dengan lainnya. Masih ada beberapa di antara kita merasa bahwa, sekolah bertahun-tahun membuat kita jenuh untuk belajar lagi. Padahal, terus belajar adalah satu-satunya jalan untuk punya rasa peduli, untuk memiliki karakter baik, karakter yang dibutuhkan oleh setiap orang, karakter pejuang sejati, karakter yang tidak mudah menyerah, karakter yang bukan asal ngomong dan sok tahu, tapi benar-benar tahu 5W1H-nya dari mana, karakter yang tidak plin plan dan tegas mengambil keputusan. Hanya orang-orang yang mau belajar, yang akan tetap mengedepankan sifat-sifat mulia, seperti jujur, rendah hati, tegas juga penyabar, tidak memandang sekaya apa atau seberapa banyak follower instagramnya. Temukanlah apa yang sebenarnya menjadi 'passion' kita. Karena, senyaman-nyamannya pekerjaan adalah melakukan apa yang kita cintai dan mencintai apa yang kita kerjakan, sehingga seberat apapun prosesnya, semua akan terlalui dengan baik.

Dengan mengenali potensi diri, berarti kita tahu jati diri kita dan apa tujuan kita. Kita mengetahui keunikan kita yang belum tentu sama dengan orang lain. Hal ini akan memudahkan kita untuk menulis segala macam essay yang biasanya menjadi persyaratan penyelenggara beasiswa. Lebih dari itu, hal ini menjadi kunci paling penting yang dapat dikenali oleh penyelenggara beasiswa dalam menilai karakter kita, apakah memang kita adalah seseorang yang benar-benar sesuai dengan tujuan mereka untuk diberi beasiswa, atau apakah kita adalah orang yang tepat bagi mereka untuk diberi penghargaan sebagai awardee?

Saya pun tahu, mengenali potensi diri tidaklah semudah membuat mie instan, tetap butuh proses, dan proses itu adalah terus belajar, karena setiap proses balajar ini akan mempertajam keunikan dan karakter kita masing-masing. Sehingga akhirnya pun membentuk jiwa yang profesional terhadap suatu bidang yang kita cintai tersebut.

Nah, pertanyaannya, sudahkah kita mengenali diri kita sendiri? Kalau sudah, alhamdulillah, karena niscaya, 'Barang siapa mengenal dirinya, sungguh ia telah mengenal Tuhannya'- al Hadits. Jika timbul rasa ragu, itu adalah hal yang wajar, jangan menyerah, teruslah belajar. Akan ada waktunya ketika kita yakin tentang kebenaran yang kita ragukan setelah kita banyak belajar.

3. Fokus Menjalani Proses

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun