Mohon tunggu...
Annisa Finsa
Annisa Finsa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Raden Mas Said Surakarta Jurusan Perbankan Syariah

Hobi saya membaca terlebih lagi bacaan fiksi dan juga menonton film. Saya orang yang mudah beradaptasi dengan lingkungan baru. Topik yang saya sukai mengenai ekonomi, digital, dan karya fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

AI Dalam Kehidupan Sehari-hari, Revolusi Teknologi atau Ancaman Untuk Masa Depan Manusia?

16 Oktober 2024   21:12 Diperbarui: 16 Oktober 2024   21:25 0
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

AI Dalam Kehidupan Sehari--hari, Revolusi Teknologi atau Ancaman Untuk Masa Depan Manusia?

Oleh : Annisa Finsa Nuraini dan Nur Najah Gholiyati M.

Perkembangan teknologi mulai berkembang pesat beberapa tahun terakhir ini, banyak muncul penemuan dan pengembangan inovasi teknologi baru. Perkembangan teknologi yang hangat di perbincangkan yaitu Artificial Intelligence (AI) yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari kita. Kecerdasan buatan sendiri adalah kemampuan mesin untuk meniru dan melakukan tugas yang biasanya membutuhkan kecerdasan manusia. AI atau kecerdasan buatan ini menawarkan kenyamanan dan juga efisiensi, namun muncul pertanyaan penting, apakah AI merupakan revolusi teknologi yang akan membawa kemajuan bagi manusia, atau justru menjadi ancaman bagi masa depan kita?. Dalam essai ini akan dibahas kedua sisi argumen tersebut. 

Revolusi digital dan era dirupsi teknologi adalah istilah lain dari industri 4.0. Disebut revolusi digital karena terjadinya proliferasi komputer dan otomatisasi pencatatan semua bidang. Industri 4.0 dikatakan era disrupsi teknologi karena otomatisasi dan konektivitas di sebuah bidang akan membuat pergerakan dunia industri dan persaingan kerja menjadi tidak linear. Salah satu karakteristik unik dari industri 4.0 adalah pengaplikasian kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (Tjandrawinata, 2016).

Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan adalah kemampuan mesin dalam meniru dan melakukan tugas yang biasanya memerlukan kecerdasan manusia. Kecerdasan buatan (AI) telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari yang mengubah cara kita berinteraksi dengan teknologi dan satu sama lain. Dari aplikasi dalam pendidikan yang memungkinkan pembelajaran lebih personal hingga otomatisasi tugas-tugas rutin, manfaat AI sangat jelas dan luas (Kurnia & Saidaturrohmah, n.d.). Kehadiran revolusi teknologi memang menghadirkan lini usaha baru, lapangan kerja baru, profesi baru yang tak terpikirkan sebelumnya. Namun, disaat yang bersamaan ada pula lini usaha yang terancam, profesi, dan lapangan pekerjaan yang tergantikan oleh mesin kecerdasan buatan dan robot.

AI memang dapat membantu kita dalam membantu mengoptimalisasikan tugas-tugas rutin dan tentu meningkatkan efisiensi. Salah satu contoh pemanfaatan kecerdasan buatan untuk membantu kemudahan adalah pemanfaatan kecerdasan buatan dalam bidang Bioinformatika. Dalam penelitian (Ririh et al, 2020) menunjukkan bahwa ada sekitar 4 teknik HPC yang paling sering digunakan dalam penerapan Bioinformatika dari tahun 2012-2016 diantaranya yaitu clustering, multicore, graphi prosessing unit, dan multiprocessor. Dalam dunia kesehatan dan perawatan pun kecerdasan buatan ini dapat membantu dengan cepat penganalisaan data medis dan mengidentifikasikan pola yang mungkin tidak dilihat dokter. Ini akan membantu dalam diagnosis dini penyakit dan pengobatan yang lebih efektif. Namun, ada beberapa masalah etika terkait dengan penggunaan kecerdasan buatan dalam perawatan kesehatan. Misal bagaimana kerahasiaan data pasien dapat dijaga dengan baik, lalu bagaimana menghadapi bias algoritme AI yang dapat mempengaruhi hasil diagnostik dan pengobatan. Penting untuk mempertimbangkan implikasi etis dan membuat peraturan yang sesuai untuk mengontrol penggunaan AI dalam hal medis.

Namun di balik segala kemudahan dan kecanggihan AI, ada bahaya besar yang mengintai manusia di masa mendatang. Elon Musk, CEO Twitter dan Tesla, dalam acara Tesla's Investor Day mengatakan bahwa AI jauh lebih berbahaya daripada bom nuklir. Hal ini ia katakan bukan tanpa alasan. Elon merasa khawatir akan perkembangan AI ini. Ia mengatakan, hadirnya AI membuat tingkat pengangguran membludak. Ada juga kekhawatiran bahwa semakin berkembangnya AI dapat menimbulkan masalah serius bagi masyarakat. Salah satu isu utama yakni pengangguran massal akibat otomatisasi pekerjaan yang sebelumnya dilakukan oleh manusia. Penggunaan AI dalam pengawasan dan analisis data pribadi juga dapat mengancam privasi individu. Oleh karenanya perlu adanya regulasi ketat untuk memastikan bahwa teknologi ini tidak disalahgunakan. Dalam hal yang lebih jauh, AI bisa menyebabkan hilangnya kemampuan kritis manusia dalam pengambilan keputusan. Masyarakat juga menjadi terlalu bergantung pada mesin untuk menyelesaikan tugas sehari-hari mereka, hal ini berpotensi menyebabkan kurangnya kreativitas dan inovasi yang merupakan ciri khas manusia. Oleh karena itu, penting untuk menemukan keseimbangan antara memanfaatkan teknologi canggih dan menjaga kemandirian dalam berpikir kita sebagai individu.

AI yang dijuluki sebagai "tuhannya informasi" seharusnya jangan membuat kita menjadi bergantung padanya. Jika AI sudah membantu kita dengan berbagai informasi untuk menambah wawasan kita, maka kita juga harus bisa mencari tahu sendiri informasi yang didapat dari AI. Dengan melakukan hal ini, pengetahuan bertambah, dan kemampuan berpikir kritis-kreatif kian berkembang. Revolusi Teknologi ini juga menciptakan peluang baru, dalam hal ini masyarakat harus siap menghadapi perubahan dan mengembangkan keterampilan baru yang memenuhi tuntutan pasar tenaga kerja yang berkembang. Di negara Jerman sudah mulai beralih dari penggunaan AI ke informasi yang bersumber dari buku dan studi lapangan. Pengendalian penggunaan AI sangat dibutuhkan saat ini. Penggunaan AI secara tidak terkendali berpotensi mengubah wajah dunia menjadi lebih mengerikan. Bahaya AI jauh lebih besar daripada bom nuklir. Jika tidak diatasi, perkembangan AI dan penggunaannya bisa menjadi bencana kehancuran di masa depan.

Kita tidak bisa mengontrol orang-orang untuk tidak menggunakan AI. Penggunaan teknologi tersebut diharapkan sebijak mungkin. Kita harus bisa menggunakan AI secara tepat sasaran agar tidak mendominasi kehidupan manusia. Salah satu hal sederhana yang dapat kita lakukan adalah menyelaraskan penggunaan AI dan pikiran manusia. Dalam kesimpulan ini, dapat kita pahami bahwa AI memang teknologi yang dapat membantu manusia untuk mencapai kemajuan yang lebih besar dan membuka peluang baru untuk inovasi dan keberhasilan di berbagai bidang. Namun, kita perlu memastikan bahwa penggunaan AI dilakukan dengan etika dan tanggung jawab yang tinggi, serta perkembangannya dilakukan untuk kebaikan manusia secara keseluruhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun