Beberapa pendapat mendefinisikan anak dengan usia hingga 17 tahun. Namun bagaimana jika kurang dari umur itu, anak sudah banyak yang menderita diabetes ?Â
Pada tanggal 24 November 2024, Kompas meluncurkan berita bahwa Menteri Kesehatan RI terkejut banyak anak yang terkena diabetes. "Saya sangat kaget bahwa ternyata banyak anak-anak di dunia, termasuk Indonesia, yang terkena diabetes tipe 1 sejak kecil. Jika tidak diobati dengan cepat, diabetes tipe 1 ini bisa berakibat fatal," ujarnya dalam peringatan Hari Diabetes Sedunia di RSUP Dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, Minggu (24/11/2024).Â
Disisi lain, tidak hanya diabetes tipe 1, prediabetes dan diabetes  tipe 2 pun juga ditemukan dan terus menunjukan angka yang semakin hari semakin tinggi. Berdasarkan survei Kesehatan Dasar (RISKESDAS) yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan Indonesia, prevalensi prediabetes cenderung meningkat dari tahun 2007 hingga 2018. Hal ini terus terjadi, dibuktikan dengan penelitian lain yang menyebutkan angka kejadian diabetes pada anak di Indonesia naik sebanyak 70 kali lipat pada tahun 2023 dibanding tahun 2010 yaitu mencapai 1645 anak.
Penyebab diabetes pada anak beragam, salah satunya adalah gaya hidup anak. Gaya hidup anak merupakan gaya hidup yang diajarkan oleh orang disekitarnya, namun saat ini banyak orang tua yang tidak mengindahkan makanan sehat untuk anaknya, terlebih sudah banyak makanan dan minuman kemasan ataupun cepat saji dengan kandungan gula yang tinggi. Sedangkan anak-anak sendiri memang cenderung suka makanan dan minuman yang manis. Jika orang tua membiarkan anak terlalu sering makan dan minuman kemasan manis yang tentunya tinggi gula maka yang terjadi adalah banyak anak terkena diabetes.
Memberikan kebebasan anak dalam memilih makanan yang ia sukai memanglah baik. Namun jika hal ini berujung pada sakitnya mereka, apakah ini yang diinginkan orang tua ?
Mengendalikan diabetes pada anak sulit dilakukan karena tantangan fisiologis dan emosional yang terkait dengan pertumbuhan dan perkembangan, sehingga penatalaksanaan dan pencegahan diabetes pada anak memerlukan strategi yang berbeda dibandingkan dengan individu dewasa. Solusinya yaitu adanya sinergitas dari berbagai pihak baik dari keluarga khususnya orang tua, lingkungannya, dan pemerintah.Â
Dewasa ini, orang tua harus mengetahui betapa pentingnya melihat kadar nutrisi dibalik sebuah kemasan makanan dan minuman sebelum diberikan kepada anak. Peran lingkungan juga diperlukan, baik rumah maupun sekolah. Jika apa yang ada anak lihat selalu orang dewasa yang juga minum dan makan serba kemasan, maka anak menganggap makanan dan minuman kemasan bukanlah suatu hal yang salah. Padahal ini akan menganggu tumbuh kembang mereka jika tidak dikontrol.Â
Selain itu, orang tua dapat mencoba untuk menggantikan cemilan manis anak dengan berbagai buah-buahan yang tentu lebih sehat. Jangan lupa juga mengimbangi aktifitas anak dengan olahraga karena hal ini akan membantu metabolisme anak lebih baik.
Oleh sebab itu, adanya monitoring dari pemerintah mengenai izin pengedaran minuman dan makanan kemasan ini perlu ditingkatkan. Sistem negara kita akan hal ini pun masih terbilang belum cukup baik jika dibandingkan negara lain. Negara lain telah memberlakukan pelabelan pada minuman dan makanan kemasan berdasarkan tingkat gula dalam takaran per sajiannya, dengan begitu masyarakat pun terbantu untuk memilih makanan dan minuman yang baik untuknya.Â
Perlu kita ingat, anak adalah generasi penerus bangsa, klise namun begitulah adanya. Mereka semua adalah aset yang perlu dijaga. Bagaimana dapat bertumbuh indah merekah jika ketika kuncup sudah lemah dan membusuk. Suatu hal penting namun masih luput. Kabar baik jika sebagian masyarakat memang sudah mencoba untuk sadar, namun bagaimana untuk yang lainya ? Inilah tugas kita bersama.
Clarke, W., 2011. Behavioral Challenges in the Management of Childhood Diabetes. Journal of Diabetes Science and Technology, 5, pp. 225 - 228.Â