Mohon tunggu...
Lindrayana Manik
Lindrayana Manik Mohon Tunggu... Lainnya - Penyuluh Kehutanan Dinas Kehutanan Provsu

Orang biasa.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Adikku Harus Kuliah

11 Agustus 2014   15:51 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:51 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jari-jariku masih gemetar ketika menulis tulisan ini. Masih dilanda kekecewaan atau entah apa pun namanya. Setelah terdiam cukup lama, aku menarik nafas panjang dan memutuskan untuk mencurahkan isi hati pada tulisan ini.

Hari ini adalah pengumuman kelulusan UMB-PT. Tadi malam aku berkomunikasi dengan adikku yang menjadi salah satu peserta seleksi tersebut. Aku menyarankan padanya untuk banyak-banyak berdoa mudah-mudahan adikku bisa lulus. Setelah berusaha tak ada yang bisa dilakukan selain berdoa dan berserah. Kemudian sekitar jam 23.00 WITA dia kembali menghubungiku agar melihat hasil seleksi UMB-PT karena katanya sudah diumumkan. Namun aku tidak menyanggupi karena kebetulan koneksi internet di rumahku kurang mendukung. Akhirnya aku katakan padanya aku akan segera menghubunginya apabila sudah tahu hasil pengumumannya.

Pagi ini, setelah mengerjakan beberapa pekerjaan kantor, aku membuka website yang berkenaan dengan pengumuman hasil seleksi UMB-PT yang diikutinya. Kebetulan memang aku yang mengurusi semuanya mulai dari membuat akun, mengisi data, hingga melakukan pembayaran. Aku masuk ke laman web nya dan mengisi beberapa data agar hasil seleksinya dapat ku lihat. Sepanjang laman tersebut berproses (loading), aku mengatupkan tanganku, dalam hati tak hentinya berdoa, agar kiranya pagi ini aku bisa dapat kabar bahagia. Namun, hasilnya membuatku seketika lunglai, saat tahu bahwa adikku tidak termasuk sebagai salah seorang peserta yang lulus. Tidak sampai menangis, tapi jujur seketika aku galau segalau-galaunya. Sebelum-sebelumnya, dalam doaku selalu aku sampaikan bahwa aku berserah apapun hasilnya, tetapi pada kenyataannya tak mudah untuk menerima kenyataan. Aku tidak tahu apakah aku terlalu berlebihan dengan sikapku ini.

Adikku, dia baru saja menyelesaikan pendidikan SMA-nya tahun ini. Dia salah satu siswa kelas unggulan di SMA Negeri 1 Pangururan di Kabupaten Samosir. Dia harapan di keluarga kami, mulai dari SD hingga SMA prestasi akademiknya selalu bagus, dia juga anak yang baik dan bukan perokok. Selepas ujian akhir, kami mendapat kabar baik ketika dia memberitahu dia DITERIMA sebagai salah satu calon mahasiswa di salah satu PTN di Semarang pada jurusan Teknik Kimia melalui jalur Undangan/PMDK (bebas test). Sebelum lulus SMA, dia selalu menyampaikan kepadaku bahwa ingin mengambil jurusan Teknik Kimia dan keinginannya terkabul. Aku senang, karena dulu aku juga masuk PTN tanpa mengikuti test karena aku diterima melalui jalur PMDK dan kini hal yang sama juga terjadi pada adikku. Segala persiapan dia lakukan, termasuk ketika akan berangkat untuk daftar ulang ke Semarang. Tiket untuk menuju Semarang juga sudah di-booking. Namun beberapa hari sebelum jadwal pendaftaran ulang tiba, Ibuku memberitahu bahwa adikku gagal kuliah di Semarang, karena ternyata hasil dari test kesehatan menunjukkan dia menderita buta warna parsial. Program studi Teknik Kimia tak memungkinkan untuk menerima calon mahasiswa yang menderita buta warna parsial. Saat itu, aku terkejut luar biasa mengetahui adikku punya penyakit buta warna. Keluarga juga tak terima dengan hasil test kesehatannya dan kemudian adikku dibawa ke Medan untuk kembali menjalani test kesehatan dan hasilnya sama, adikku positif menderita buta warna parsial. Adikku down, dia bahkan tak berani menyampaikannya kepadaku. Dia menumpahkan perasaan kecewa-nya di laman facebook miliknya yang sempat aku baca. Namun pada akhirnya, adikku kembali bangkit. Dia kembali mengikuti seleksi keduanya, dia mengikuti SBMPTN, kami yakin dia akan lulus pada seleksi kali ini. Tapi Tuhan berkehendak lain. Adikku tak lulus pada seleksi ini. Namun aku kembali menyuntikkan semangat berharap dia masih mau berusaha karena masih ada seleksi lain yaitu UMB.

Walau bekerja di Kalimantan, tapi aku mengurus semua administrasi untuk UMB-nya, karena bisa dilakukan secara online. Harapanku agar dia bisa kuliah di PTN sangat besar, hingga akhirnya aku mengambil paket dimana dia bisa mengambil 7 pilihan jurusan, pilihan universitasnya di Jawa namun dia bisa ujian di Medan. Dia dan aku banyak berdiskusi mengenai jurusan yang akan diambil. Kami sangat berhati-hati mengingat, dia menderita buta warna parsial. Ketika ujian tanggal 3 Agustus lalu pun, aku memonitornya menanyainya seberapa sulit ujiannya. Setelah itu kami menunggu hasil test yang diumumkan hari ini dan hasilnya adikku tak lulus. Terbesit banyak penyesalan, andai saja adikku tak menderita buta warna parsial, saat ini dia pasti telah sah menjadi mahasiswa di jurusan Teknik Kimia PTN favorit di Semarang dan dia tak perlu repot-repot mengikuti SBMPTN atau pun UMB-PT.

Saat ini, aku ragu apakah aku sanggup memberitahunya bahwa dia tak lulus UMB. Tapi aku juga tak mungkin berbohong. Sampai tulisan ini aku tulis, aku belum memberitahunya. Aku sedang belajar untuk terlebih dahulu ikhlas dan aku juga sedang berpikir untuk rencana selanjutnya yang bisa ku sarankan kepada adikku. Namun yang pasti adikku harus kuliah. Laurensius Apriliyando Manik harus kuliah. Siapapun manusianya, semua berhak untuk masa depan yang indah, termasuk untuk si buta warna parsial sekalipun.

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun