Mohon tunggu...
Qibtya Nuril Majid
Qibtya Nuril Majid Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Nama saya Qibtya Nuril Majid saya merupakan mahasiswa planning engineer

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Keterkaitan Teori Reksohadiprodjo dan Perkembangan Kota Banyuwangi

24 Oktober 2024   23:20 Diperbarui: 25 Oktober 2024   00:01 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengembangan sebuah kota untuk mendirikan sistem kehidupan yang kompleks adalah tujuan dari pembangunan kota. Pembangungan kota adalah suatu tindakan yang tidak semerta merta dapat dibangun dengan hanya mengandalkan satu aspek dominan. Dalam pembangunan kota diperlukan aspek aspek tertentu yang dapat terhubung satu sama lain sehingga menciptakan sistem kehidupan yang kompleks. Menurut teori Reksohadiprodjo (1985), pembangunan kota terdiri atas tiga unsur utama yaitu scale of economies, comparative advantages, dan amenities. Dimana apabila sebuah kota dapat menjalankan ketiga aspek diatas secara optimal, maka akan dihasilkan kota yang maju dalam aspek ekonominya, dengan hal ini diharapkan dapat memberikan kerangka kerja yang baik untuk memahami bagaimana sebuah kota, seperti Banyuwangi, dapat terbentuk dan berprogres untuk maju atau berkembang.

Scale of economies berarti skala ekonomi yang dijalankan dalam suatu wilayah. Banyuwangi telah berhasil membangun skala ekonomi yang signifikan dalam beberapa sektor. Salah satunya adalah sektor patuwisata, dimana pariwisata Banyuwangi telah mengalami pertumbuhan pesat. Dengan adanya berbagai destinasi wisata yang berpotensi, seperti kawasan wisata geopark ijen, Banyuwangi mampu menarik banyak wisatawan luar maupun dalam negeri. Hal ini memungkinkan berkembangnya berbagai bisnis yang mendukung pariwisata, seperti homestay atau hotel, rumah makan dan restoran, kemudian trip atau travel, dalam skala yang lebih besar. Skala ekonomi yang tercipta akibat pengembangan bisnis pariwisata ini dapat memungkinkan efisiensi biaya serta peningkatan daya saing terhadap pariwisata domestik hingga mancanegara. Dengan hal tersebut, Banyuwangi dengan mengedepankan skala ekonomi di bidang pariwisata berpotensi menjadi kota dengan kemajuan pariwisatanya yang kompeten.

Unsur dari teori reksohadiprodjo yang kedua ialah comperative advantages atau keunggulan komparatif. Banyuwangi mempunyai keunggulan komparatif yang terletak pada keindahan alamnya yang unik, kekayaan budaya, dan potensi pertanian. Keindahan alam yang memukau seperti fenomena blue fire di Kawah Ijen, menjadi daya tarik utama bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. Selain itu, Banyuwangi juga memiliki kekayaan budaya yang khas, seperti tarian Gandrung dan batik Banyuwangi, yang dapat dijadikan sebagai produk wisata. Di sektor pertanian, Banyuwangi memiliki potensi besar dalam pengembangan komoditas seperti kopi, kakao, dan buah-buahan seperti buah naga. Pengembangan ekonomi di kota Banyuwangi didasari oleh Keunggulan komparatif seperti yang telah disebut diatas.

 Kemudian unsur terakhir dari teori Reksohadiprodjo adalah Amenities atau fasilitas dan infrastruktur. Banyuwangi telah berupaya keras untuk meningkatkan kualitas hidup penduduknya dengan menyediakan berbagai fasilitas. Pembangunan infrastruktur yang kuat seperti jalan, bandara, dan pelabuhan, telah meningkatkan keterhubungan kota Banyuwangi dengan Kota lain. Dalam pengembangan infrastruktur kota pemerintah daerah juga berfokus pada pembangunan fasilitas publik dalam aspek kesehatan, pendidikan dan ruang hijau. Dengan adanya fasilitas dan utilitas ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup rakyat, serta dapat menarik minat investor dan wisatawan untuk datang dan mengeksplore kekayaan alam Banyuwangi.

Ketiga unsur dari teori Reksohadiprodjo saling terkait dan saling mendukung dalam perkembangan kota Banyuwangi. Adanya scale of economies dalam sektor pariwisata, Banyuwangi diharapkan dapat menarik lebih banyak wisatawan. Dengan hal ini kota Banyuwangi dapat mendorong peningkatan investor untuk ikut serta dalam pengembangan pembangunan kota seperti pembangunan hotel dan restoran. Selain itu, comparative advantages kota Banyuwangi dalam aspek pariwisata juga menjadi daya tarik bagi investor untuk membangun berbagai fasilitas sarana wisata.

Sejarah perkembangan Kota Banyuwangi menunjukkan bagaimana teori Reksohadiprodjo dapat  diterapkan dengan nyata, dengan menggabungkan ketiga unsur dari teori Reksohadiprodjo, kota Banyuwangi dapat berhasil tumbuh dan menjadi kota yang dinamis berdaya saing tinggi. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun