Mohon tunggu...
Kiki Asih
Kiki Asih Mohon Tunggu... profesional -

Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Punya Resolusi, Sesuatu Banget-kah?

29 Desember 2011   06:25 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:37 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ajakan standar di akhir tahun adalah membuat Resolusi.

Apakah demikian “sesuatu”-nya punya Resolusi?

 

Menurut pak Jamil Azzaini yang terkenal dengan salam SuksesMulia-nya, yang namanya resolusi hidup adalah komitmen-komitmen yang ingin diraih pada tahun yang akan dilalui. Lalu, seorang realist akan menimpali, so what bikin Resolusi? who knows apa yang ‘akan dilalui’, wong besok masih hidup apa ngga hanya Tuhan yang tahu. Hidup tuh mengalir aja seperti air....

 

Yang patut diingat, Resolusi hanya satu noktah dalam peta kehidupan. Dan ia tiada berarti tanpa niat dan eksyen!

Nah, karenanya seorang Tung Desem Waringin dan DR. Ernest Wong, master motivasi dan pendidikan memandang resolusi sebagai “jembatan” penghubung antara ‘values’ (hal-hal yang menurut kita penting) dengan ‘dreams’ (atau visi/misi hidup atau hal-hal yang ingin kita capai atau seperti apa kita ingin dikenal dan dikenang).

 

DR. Ernest Wong dengan lembaga Learning Mastery-nya menciptakan suatu produk yang bernama PERT chart. Entah singkatan dari apa, tetapi secara visual merupakan selembar area “peta kehidupan” yang kita buat dari hamparan bahan tahan lama yg bisa ditempeli dgn Post It. Di pojok kiri atas ada “values”, di tengah ada “jembatan” berupa kotak-kotak sejumlah tahun yang kita inginkan hingga sampai di pojok kanan atas dimana akhirnya bertemu sang “dreams”. Setelah mengisi “values” dan “dreams”, saatnya mengisi “jembatan” yang di tengah dengan target/goal tahunan, berangkat dari kiri (saat ini) hingga akhirnya menuju “dreams” (Note: Menuliskannya di Post It agar memberi fleksibilitas, apabila dalam perjalanan terjadi perubahan target/goal tahunan).

 

Kesannya ruwet ya?

Itu belum seberapa, anda juga akan diminta mendeskripsikan modal atau apa-apa yang dimiliki saat ini dan ancangan ke depan sebagai bekal menyusuri “jembatan”

Salah satu tahapan berat adalah saat menyusun “strength”pribadi.

Kenapa berat? Karena selama ini kita tidak terbiasa ditanya dan mengenal “strength” masing-masing.

Yang umumnya kita kenal adalah teknik gap kompetensi dimana kita diminta memahami dan merumuskan kekurangan.

 

Perbedaan mendasar dari 2 pendekatan tersebut adalah, pada pendekatan strength atau bahasa psikologinya Appreciative Inquiry, kita disadarkan bahwa setiap pribadi adalah unik, karenanya dengan kendala misalnya usia atau anggaran, pengembangan pribadi sebaiknya bertumpu pada strength atau talent masing-masing sehingga menjadi akselerasi ungkitan kemajuan.

Sedangkan pada pendekatan gap kompetensi, setiap orang dipandang sama, generalis, yang dengan pengalaman atau training bisa mengisi gap kompetensinya.

 

Dalam ranah pengembangan SDM dan pendidikan anak terkini, teknik Appreciative Inquiry sedang ‘in’.

Hal ini karena dengan mematri kelebihan, rasa berkelimpahan akan strength/talent yang dimiliki akan berpengaruh positif mengembangkan attitude of gratitude (rasa syukur) dan self esteem (that you are lovable and capable). Cekidot strength/talent mapping dari abah Rama Royani, Gallup+Clifton nya Indonesia di http://abahrama.com/leadpro/about.html (pojok kanan, download file “Leaflets Talent Mapping”). Asesmen sendiri bisa, saling meng-asses guna cross check juga oke, atau pakai jasa ahlinya. Apapun cara asesmen-nya, IMHO mengenali strength/talent baik diri sendiri atau rekan sekerja sungguh manfaat dalam meningkatkan produktivitas.

 

Selain PERT chart, dikenal pula yang namanya “Personal Balance Scorecard” (PBS) yang ditulis oleh Hubert K. Rampersad. Edisi Indonesianya diterbitkan oleh PPM. Penting memahami bahwa setiap individu memiliki dan memilih peran dan prioritas yang bervariasi dalam mengisi hidup ini. Karenanya, via buku PBS ini dijelaskan bagaimana menyusun ambisi pribadi yang diselaraskan dengan ambisi keluarga dan lingkungan di mana kita berada, plus mempertimbangkan keseimbangan antara kebutuhan jasmani/fisik (termasuk karier dan keluarga) dan spiritual. Untuk gambaran detil PBS, bisa di-googling. IMHO keberadaan PERT chart dan PBS bersifat komplementer dan keduanya sangat unik serta personal.

 

Nah...kembali ke soal Resolusi atau tahapan merumuskan “jembatan” penghubung antara “values” dan “dreams”.

 

Pak Jamil Azzaini berpendapat bahwa kebanyakan Resolusi hidup berisi target yang bersifat kebendaan atau materi. Misalnya di tahun 2012 saya membeli Mercedes-Benz model terbaru.

Apakah itu salah? Tidak perlu menilai salah atau benar. Beliau menyarankan agar Resolusi dilengkapi juga dengan target-target yang mengacu pada perubahan sikap dan perilaku. Begini:

Pertama, tuliskan sikap dan perilaku positif baru yang akan dilakukan. Contohnya: Tahun 2012 saya secara rutin berolahraga minimal 15 menit sehari 2x seminggu.

Kedua, tuliskan sikap dan perilaku positif yang akan ditingkatkan. Contohnya: Tahun 2012 saya merutinkan menulis di Kompasiana.

Ketiga, tuliskan sikap dan perilaku negatif yang ingin diperbaiki.  Contohnya: Mulai tahun 2012 saya adalah pribadi yang pendiam, cool, dengan motto “keep calm and carry on

Keempat, tuliskan sikap dan perilaku negatif yang akan dikurangi.Contohnya: Mulai tahun 2012 saya adalah pribadi yang lebih memiliki empati.

(Note : untuk poin 3 dan 4, tuliskanlah secara positif, karena otak kita tidak bisa menyerap perintah dalam pembahasaan negatif)

 

Pak Tung Desem Waringin, lebih holistik memisahkan isi Resolusi dalam 6 area besar yaitu:

1.      Intelektual/Knowledge

2.      Sosial

3.      Relationship

4.      Financial

5.      Spiritual

6.      Health

 

Setelah didefinisikan resolusi kita pada poin 1-6 diatas, rumuskan detil langkah pencapaiannya (atau “to do list”). Sehingga Resolusi jadi membumi, implementable dan bahkan bisa diukur! (Note: cuma jangan terjebak dengan ritual pengukuran ya, nanti hilang semangat, jangan terlalu keraslah sama diri sendiri ntar malah jadi stress – pastinya ngga keren banget jadi stress gara-gara bikin Resolusi!)

 

Oke deh, sebagai penutup, just a reminder....

Resolusi hanya satu noktah dalam peta kehidupan.

Punya Resolusi penting, punya peta kehidupan penting banget.

Tapi yang paling penting di atas yang penting banget: Enjoy, Take Real and Massive Actions!

Let’s do it, beib J

 

Salam hangat dan Selamat Tahun baru 2012,

Kiki Nindya

 

 

Ramuan sumber:

www.jamilazzaini.com

Superteen Holiday Camp http://www.dahsyat.com/http://www.tdwclub.com/

http://www.learningmastery.com/pages/

http://abahrama.com

www.strengthsfinder.com/

Training Mentorship, BI-PPM Solo 16-18 November 2011

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun