Mohon tunggu...
qorisu savenda
qorisu savenda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Seorang Mahasiswa Kedokteran Hewan di Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Biosecurity Tidak Boleh Dianggap Remah Jika PMK Tidak Ingin Terulang Lagi

5 Juni 2022   11:54 Diperbarui: 5 Juni 2022   12:02 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : dokter hewan sedang menangani sapi yang terjangkit PMK di Kab Lumajang Jawa Timur

Penyakit mulut dan kuku atau yang lebih sering di dengar PMK yaitu penyakit yang saat ini sedang mewabah di beberapa daerah di Indonesia. Penyakit ini banyak menyerang hewan ternak berkuku belah/genap seperti sapi, kerbau, kambing, dan domba. Penyakit yang juga dikenal sebagai Foot and Mouth Disease (FMD) ini disebabkan oleh virus tipe A dari keluarga picornaviridae, genus apthovirus, Apthtaee epizootecae. Penyakit ini merupakan penyakit menular namun bukan penyakit zoonosis yang dapat menular ke manusia. Gejala gejala yang muncul pada kasus PMK ini biasanya mulai demam tinggi hingga 41C, ternak tidak nafsu makan, pada sapi perah produksi susu mengalami penurunan, hipersativasi, terdapat luka dibagian kuku dan mulut, dan hewan terlihat lesu.

            Di beberapa daerah di Indonesia angka penyakit ini terus meningkat. Jelas yang terdampak cukup besar dalam wabah PMK ini adalah para peternak. Para peternak dan pedagang sapi mengalami kerugian ynag cukup besar akibat menurunnya harga sapi akibat PMK ini. Pemerintah saat ini telah mengupayakan penanganan dan pencegahan PMK. Mulai dari dibentuknya satgas penanganan PKM untuk sosialisasi penyakit mulut dan kuku secara langsung pada para peternak hingga dokter hewan yang turun tangan langsung menangani hewan hewan ternak yang terjangkit PMK. Salah seorang  dokter hewan di Kabupaten Lumajang mengatakan bahwa ia dapat menangani kasus PMK sebanyak 30 ekor dalam satu hari.

            Jika diingat kembali penyakit mulut dan kuku ini bukan yang pertama kalinya menyerang Indonesia. Pada tahun 1987 PMK pertama kali diketahui ledakannya di Malang dan menyebar ke beberapa daerah di Indonesia. Perlu waktu puuhan tahun bagi Indonesia untuk memberantas PMK ini hingga  kemudian Indonesia  berhasil memberantas dan dinyatakan bebas dari PMK secara Internasional pada tahun 1990 oleh Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (Office International des Epizooties-OIE).

            Penyebab mewabahnya kembali penyakit mulut dan kuku ini di Indonesia memang disebabkan oleh munculnya virus yang lebih kuat dari virus yang muncul pertama kali di indonesia sehingga vaksin yang sudah ada tidak lagi mempan dan harus diproduksi vaksin yang baru yang diprediksi baru selesai sebelum bulan Agustus. Namun perlu kita lihat juga  dari keadaan biosecurity di Indonesia. Perlu ditanyakan bagaimana keadaan sistem biosecurity di Indonesia saat ini sehingga penyakit PMK yang sudah lama hillang dapat muncul kembali di Indonesia.

            Besar kemungkinan bahwa virus penyebab PMK yang saat ini mewabah di Indonesia berasal dari hewan ternak, daging, dan produk pertanian hasil impor. Sejak tahun 2021 beberapa negara di Asia Tenggara telah melaporkan adanya peningkatan kasus kejadian PMK. Kebijakan pemerintah yang dikeluarkan oleh pemerintah tentunnya juga berdasarkan permasalahan yang ada seperti ketersediaan daging di Indonesia yang kurang untuk memenuhi kebutuhan konsumsi daging masyarakat  maka dari itu di terbitkannya izin impor oleh pemerintah. Namun impor yang dilakukan juga harus memenuhi dan mempertimbangakan biosecurity dengan melihat kondisi negara asal import.

            Bisa saja permasalahan seperti ini terjadi karena rendahnya penerapan biosecurity di indonesia  . Perubahan kebijakan impor yang semula berbasis negara menjadi berbasis zona yang memungkinkan impor berasal dari negara negara yang belum dinyatakan bebas penyakit oleh Badan Kesehatan Hewan Dunia (OIE). Lalu lintas ternak yang ilegal antar wilayah maupun antar negara. Implementasi biosecurity pada peternakan rakyat yang rendah menambah permasalahan ini.

            Biosecurity sangat penting dalam sektor peternakan. Penerapan biosecurity yang baik dapat mengurangi risiko penyebaran penyakit. Jika biosecurity tidak diterapkan maka wabah penyakit seperti PMK ini akna sangat mudah menyebar. Tentunya biosecurity tidak hanya diterapkan oleh para peternak tapi juga oleh seluruh pihak yang terkait seperti para tenaga kesehatan hewan bahkan pemerintah. Demi menjaga sektor peternakan, perlu peran dari para peternak, tenaga  kesehatan hewan, pemerintah, dan juga masyarakat untuk menerapkan biosecurity. Biosecurity yang dimaksud meliputi isolasi hewan ternak yang terjangkit penyakit, pengendalian lalu lintas ternak oleh pemerintah dan juga peternak, serta penerapan sanitasi yang baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun