Bagi saya sendiri, meledaknya Legenda campursari Didi Kempot pun seperti membawa udara segar. Tidak hanya bagi para seniman daerah, namun untuk masyarakat Jawa pada umumnya. Tidak butuh waktu lama, kemunculan kembali lagu-lagu hits maestro campursari itu jadi perbincangan lintas generasi.
Makin lama, kekuatan pengaruh bahasa Jawa dari lagu-lagunya mampu menggaet penggemar dari berbagai usia dan latar belakang sosial-ekonomi. Karya-karya Didi sudah menorehkan sejarah baru. Sepertinya belum pernah ada satu fenomena bahasa daerah menjadi dicintai anak muda karena disampaikan melalui lagu. Yang kemudian membuat anak muda ini lalu jadi fan fanatik campursari dan Didi Kempot itu sendiri.
Sebelum ini -- sepakat atau tidak -- orang Jawa dan bahasa Jawa yang medok seringkali digeneralisir dengan istilah ndeso atau kampungan. Hal ini membuat banyak orang beraksen Jawa yang kental jadi tidak percaya diri dan berusaha menghilangkan kejawaannya demi terlihat kekinian. Namun hadirnya fenomena fanatik campursari, membuat keadaannya berbalik.
Efek dari lagu bahasa Jawa yang enak didengar dan didukung dengan tema-tema yang dekat dengan setiap orang serta lintas generasi membuat pendengar yang tidak mengerti bahasa Jawa penasaran dan bertanya apa artinya. Selain mengandalkan google atau kamus bahasa Jawa, fenomena ini membuat orang beraksen Jawa kental banyak dicari-cari. Dan Aksen medok yang menjadi mindset ndeso  orang Jawa itu, kini adalah kegemaran. Sebab melalui lagu Didi Kempot, malah banyak orang belajar melafalkan bahasa Jawa dengan baik dan benar.
Dari situlah secara tidak langsung Didi Kempot menjadi wasilah bangkitnya kepercayaan diri masyarakat Jawa pada umumnya. Sosok yang apa adanya, serta karya yang luar biasa akan selalu menjadi memori yang terkenang sepanjang masa. Terbukti, sampai hari ini berbagai stasiun televisi seperti berlomba menyiarkan 'Tribute To Didi Kempot' sebagai bentuk apresiasi untuk seniman yang menghibahkan lebih dari setengah hidupnya dalam berkarya.
Sugeng tindak Pakde.. Semoga Allah memberi tempat terbaik, sebagaimana engkau pergi dengan banyak berbagi dan meninggalkan kisah-kisah baik. Karya-karyamu akan selalu menetap dihati, engkau tidak benar-benar pergi..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H