Mohon tunggu...
Qori Hani
Qori Hani Mohon Tunggu... Freelancer - blogger writer

Menulis adalah hidup, menjadi kekal dalam ingatan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Kita adalah Sepasang Kereta Api

27 April 2020   12:57 Diperbarui: 28 April 2020   20:38 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : www.pexels.com

Mulanya, kita adalah lokomotif yang sama-sama membawa rangkaian gerbong menuju sebuah pemberhentian. Aku dengan kesendirian, kamu dengan kesendirian. Hari-hari kita lalui dengan petualangan-petualangan yang juga disimpan sendirian. Perjalananku waktu itu hanya rel-rel kosong yang selalu membosankan.

Sampai suatu hari, ternyata gerbong-gerbong meminta kita berhenti pada sebuah stasiun yang sama. Hingga membuat pertemuan kita berulang-ulang dihari selanjutnya. Ya, stasiun memang seringkali menjadi tempat yang menawarkan kebahagiaan, atau menukar kesedihan.

Sejak itu, petualanganku tidak lagi membosankan. Aku selalu bergembira menunggu pemberhentian yang sama denganmu, kemudian bercerita selepas mengantar beban-beban ditepian peron kita. Hari-hari menjadi tidak lagi sendiri, atau petualangan-petualangan menjadi tidak lagi milik sendiri. Kita berbagi

Meski aku tidak pernah bilang; aku gembira, dan kamu juga tidak pernah bilang; aku bahagia. Meski kau takut hari-hari kita hanya lelucon yang kubuat sedemikian rupa. Jauh didalam hati, kita sama-sama tau bahwa ada kesedihan dan kesepian yang tertukar dengan kebahagiaan.

Saat itu, aku bahagia. Sebelum aku benar menyadari bahwa sepasang kereta api tetaplah dua kereta api berbeda. Mereka akan terus berjalan menyendiri, meski beriringan. Meski berhenti pada stasiun yang sama. Sepasang kereta api akan tetap menjadi dua kereta api yang berbeda, tidak akan menyatu.

Ya, saat itu aku betul bahagia. Sebelum aku dipaksa menyadari, bahwa stasiun acap kali menjadi tempat berpamitan, melambaikan tangan dan juga menjeda pertemuan. Bukan hanya tempat yang menawarkan kebahagiaan, atau menukar kesedihan.

Pada akhirnya, kita memang sepasang kereta api. Akan terus beriringan namun tidak akan pernah dipertemukan. Karena selayaknya dua buah kereta api, kita berada pada jalur yang berbeda. Meski pada pemberhentian yang sama..

Tak usah lagi bertanya; bagaimana kita dulu? Sebab kau tak akan pernah mengerti bagaimana susahnya aku mencari pemberhentian lain selain pemberhentian kita dulu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun