Mohon tunggu...
si qoqon
si qoqon Mohon Tunggu... -

pengembara yang tak bisa berhenti belajar. pernah tinggal di jabodetabek dan dipanggil si qoqon. masa itu banyak mengenal berbagai manusia dari seluruh indonesia. masa kini sesekali bercuit di @siqoqon :)

Selanjutnya

Tutup

Money

Antara Gombloh, Sandi, dan Bekraf

28 Oktober 2018   11:03 Diperbarui: 28 Oktober 2018   12:13 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Sandi Uno berziarah ke makam musisi Gombloh (wafat tahun 1988) minggu lalu. Disebutnya bahwa Gombloh adalah seorang figur pelaku ekonomi kreatif. Fans Gombloh memprotes ucapan Sandi, dengan bantahan bahwa Gombloh adalah seorang seniman yang nasionalis dan humanis. Mana yang benar?

Fans Gombloh tentu saja benar. Gombloh adalah seorang seniman, bukan pedagang. Lalu, mengapa Sandi bisa menyebut Gombloh seorang pelaku ekonomi kreatif?

Mungkin Sandi salah menggunakan istilah. Ekonomi kreatif dan industri kreatif adalah dua hal yang berbeda. Industri kreatif adalah industri yang menggunakan bakat kreatif untuk keperluan komersil. 

Gombloh dan musisi manapun yang masuk industri rekaman jelas terlibat dalam penggunaan bakat kreatif untuk keperluan komersil. Bagi seorang musisi, menjual hasil karyanya adalah untuk mencari nafkah. Sedangkan bagi produser, menjual hasil karya seorang musisi adalah untuk menggerakkan industri.

Dua puluh tahun yang lalu, dunia hanya mengenal istilah industri kreatif, yang mencakup bidang teater, tari, musik, film, seni rupa, dan seni budaya. Pemerintah Inggris tahun 1998 membuat lebih detail bidang-bidangnya, yaitu arsitektur, barang antik, kerajinan tangan, desain, tata busana, seni pertunjukan, perangkat lunak, teknologi interaktif, penerbitan, periklanan, film, TV, dan radio.

Seiring dengan perkembangan zaman, industri memahami bahwa tidak semua pekerjaan di industri kreatif membutuhkan kreativitas. Bahkan, sepertinya jauh lebih banyak pekerjaan yang tidak kreatif di industri kreatif, daripada para orang kreatifnya sendiri. 

Misalnya, berapa tenaga kerja non-kreatif yang dibutuhkan dalam membantu seorang musisi memproduksi, memasarkan, dan menjual albumnya? Apalagi teknologi digital dan internet memungkinkan kreativitas tumbuh di berbagai industri, bukan hanya industri yang menjual hasil karya seniman saja. 

Tahun 2008, PBB merilis laporan yang menyatakan bahwa dunia sudah menemukan istilah baru, yaitu ekonomi kreatif. Ekonomi kreatif adalah suatu pertemuan antara kreativitas, budaya, ekonomi, dan teknologi, yang berbentuk kemampuan membuat dan memasarkan kekayaan intelektual sehingga berpotensi memperoleh pendapatan, menciptakan lapangan pekerjaan, dan menggerakkan perdagangan dan ekspor. Pada tahun 2011, John Howkins menulis buku tentang ekonomi kreatif dan mendefinisikannya lebih singkat, yaitu "cara memperoleh uang dari ide-ide". 

Jadi, tujuan utama pelaku ekonomi kreatif adalah menggerakkan perekonomian, dan penggeraknya adalah kreativitas. Pelakunya tidak terbatas dari industri kreatif saja. Sedangkan manusia kreatif yang menggerakkan ekonomi kreatif belum tentu seorang seniman. 

Mereka bisa jadi seorang pengusaha yang menciptakan cara-cara baru dalam mengembangkan bisnisnya. Misalnya pendiri Youtube, yang tidak perlu membayar para content creator namun dengan kreatif menggunakan sistem iklan sehingga jumlah penonton lah yang menentukan pendapatan si pengunggah video. 

Seorang seniman bisa juga menjadi pelaku ekonomi kreatif. Contohnya, para pembuat komik di media sosial Line. Mereka membiarkan komiknya dibaca dengan gratis, karena tujuannya untuk menimbulkan dukungan dan kecintaan dari para pembaca. 

Setelah pembacanya banyak dan tanggapan pembaca cukup baik, si pembuat komik mengeluarkan sticker yang bisa dipakai oleh para pembaca dalam berkomunikasi di media sosial. Sticker ini harus dibeli oleh pembaca, sehingga si pembuat komik mendapatkan uang. 

Sandi tidak sendirian dalam kesulitannya membedakan ekonomi kreatif dan industri kreatif. Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) milik negara pun rancu istilah. 

Menurut peraturan presiden tahun 2015 no.72 tentang Bekraf, disebut tugas "merumuskan, menetapkan, mengoordinasikan, dan sinkronisasi kebijakan ekonomi kreatif di bidang aplikasi dan game developer, arsitektur, desain interior, desain komunikasi visual, desain produk, fashion, film, animasi, dan video, fotografi, kriya, kuliner, musik, penerbitan, periklanan, seni pertunjukan, seni rupa, dan televisi dan radio." Bidang-bidang tersebut mirip definisi "industri kreatif" milik pemerintah Inggris tahun 1998, bukan? Tampaknya Bekraf membatasi kebijakan ekonomi kreatif hanya untuk industri kreatif saja. 

Kembali ke Gombloh, seorang seniman, yang membutuhkan kreativitas dalam berkarya. Karena hasil karyanya dikomersilkan, maka Gombloh berada dalam industri kreatif. 

Penggerak industri kreatif dalam kasus Gombloh adalah produsernya. Jika Gombloh memasarkan dan menjual sendiri hasil karyanya, maka baru dia bisa disebut sebagai penggeraknya. Jika Gombloh menggunakan teknologi atau model bisnis yang tidak umum digunakan untuk menggerakkan ekonomi, maka baru dia bisa disebut sebagai pelaku ekonomi kreatif.

Mari tinggalkan kerancuan ini. Pelaku ekonomi kreatif tidak identik dengan seniman, melainkan pedagang. 

Referensi:

[1] Definisi Creative Economy oleh British Council

[2] Definisi Creative Economy oleh John Howkins

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun