Mohon tunggu...
Gosye -
Gosye - Mohon Tunggu... -

Just observer

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jumat Pagi (1)

26 September 2010   09:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:57 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi sekali aku terbangun oleh sapaan lembut: “good morning sir!!”, terkesiap sambil menormalkan kesadaranku yang hampir pulih, namun meskipun sudah sekiaan detik aku baru benar-benar tersadar, hmmm….siapa tadi yg menyapaku “sir”? Oh ternyata dia yang sejak tadi lalu-lalang mengusikku sambil sesekali melempar senyuman.

“Excuse me sir” ia nyelonong saja di depanku sambil menjulurkan tangan halusnya dan membiarkan jemari lentiknya menggapai meraih jendela di samping kanan tempat dudukku. Kubiarkan ia membuka jendela disebelah tempat duduku nomor 8a Qatar Airways yang telah terbang hampir sembilan jam take off dari Cengkareng.

Aku melirik ke arlojiku, jarum pendek menunjuk ke angka 7. Oh pantas saja dari tadi rasanya susah untuk terlelap. Kubayangkan, Jakarta pasti sudah sangat sibuk dengat kemacetannya. Rutinitas Jakarta yang menyebalkan, menjemukan, membosankan, namun tetap kurindukan. Kudengar pengumuman dari headphone yang sejak berangkat tadi tidak mau terlepas menyumpal gendang telingaku, karena aku suka sekali dengan alunan lagu-lagu dan musik dari audio/video di kursi pesawat ini. Ternyata aku sedang berada pada ketinggian dan pesawat akan segera menurunkan ketinggiannya. Saat itu cuaca Doha adalah 35 derajat celcius, langit cerah dan kecepatan angin moderat dan jarak pandang juga maksimal, ideal untuk landing.

Namun aku sedikit terkejut karena saat aku melihat keluar jendela ternyata diluar sana masih gelap gulita. Ops lagi-lagi aku baru tersadar bahwa ada perbedaan waktu 4 jam dengan Jakarta. Mungkin aku terlalu banyak meneggak anggur putih sebelum tertidur, sehingga susah sekali diriku untuk menyadari bahwa aku sudah meninggalkan jauh tanah airku, meninggalkan kenangan-kenangan bersama sanak saudara dan teman-teman, dan tentunya meninggalkan dia yang paling kukasihi. Aku akan mencoba meraih kehidupan dan menggapai masa depan yang lebih baik. Sekian lama aku membanting tulang untuk masa depan di negeri tercinta, namun selalu saja aku merasa cemas dengan hari esok jika aku tidak segera membuat keputusan untuk mencoba berubah dan mengubah harapan menjadi kenyataan yang menjajikan.

Kucoba kujulurkan kepala sampai jidatku menyentuh kaca jendela. Tampaklah dari kejauhan cahaya-cahaya sinar lampu di jalan-jalan dan gedung-gedung sebuah dari sebuah kota modern Doha. Dari ketinggian aku bisa membayangkan betapa rapih dan teraturnya tatakota dibawah sana. Tampak jelas garis-garis terang yang menunjukan keteraturan desain dan penataannya. Aku seperti sedang melayang-layang sembari mengintip kehidupan malam yang masih menggeliat ramai. Tampak jelas cahaya berkelip dari gedung-gedung baru yang eksotik. Jalanan masih ramai dengan lalulalang kendaraan. Sejenak aku berpikir, apakah orang-orang dibawah sana tidak pernah tidur, karena pada saat hampir subuh seperti ini, Doha masih terlihat benderang oleh aktifitas jalanan.

Aku ingin bangkit dan melangkah menuju toilet sambil meregangkan badan untuk menghilangkan penat setelah berjam-jam terlentang di tempat duduk yang besar dan nyaman ini. Dari tadi bapak yang duduk disebelahku tampak seperti ketakutan untuk bergerak. Kedua belah telapak tangannya mengatup kencang didepan dadanya, hanya sesekali dilepas untuk mengambil gelas minuman yang sejak berangkat hanya berkurang setengahnya. Ia tampak enggan berkomunikasi, hanya membalas sekedarnya saat aku berusaha menyapanya. Mungkin ia merasa kedinginan karena udara didalam pesawat ini memang cukup dingin. Aku sudah berusaha untuk menawarkan selimut, namun bapak ini menolak karena tidak terbiasa berselimut. Ya sudahlah, biarkan ia asiik dengan kebekuanya. Namun sesekali aku melirik, bibirnya tak pernah berhenti berkomat-kamit seperti sedang menghafal ayat-ayat…….ah ya, mungkin ia sudah berdoa sepanjang malam, sehingga Tuhan melindungi perjalanan kami. Aku pun berbalik ingin mengucapkan terima kasih atas doanya. Tak apalah cukup dihati saja.

Saat kembali dari toilet, aku melihat di bagian belakang pesawat ini banyak wajah-wajah kebingungan. Ibu-ibu atau nona-nona berbusama muslim tampak saling khusuk berkomat-kamit. Sebagian masih bisa menebar senyum harapan dan saling bercengkerama dengan sejawatnya. Mungkin mereka ketakutan, atau mungkin sebaliknya penuh harapan akan nasib sebagai TKI dinegeri yang sama sekali belum mereka kenal.

Aku sendiri tidak tahu bagaimana nanti setelah mendarat di Doha, kota dimana kata orang bilang sebagai negeri petro dollar. Yah……mungkin saja pikiranku, harapanku sama dengan sebagian mereka yang duduk dibelakang. Namun aku punya keyakinan esok pasti lebih baik. Kadang-kadang kecemasan juga datang jika aku mendengar kabar negatip tentang TKI yang bermasalah di negeri orang. Apakah aku atau mereka yang duduk dibelakang itu akan mengalami hal-hal yang menyedihkan dikemudian hari? Entahlah, mungkin bapak yang duduk disebelahku itu malahan sudah siap dan sedang memohon agar selalu dilindungi dan dijauhkan dari hal-hal yang tidak diharapkan.

Pilot sudah memberikan aba-aba untuk mengencangkan ikatan tempat duduk, karena sebentar lagi pesawat akan menyentuh tanah Doha. Ada rasa kuatir bahkan takut jika pesawat ini akan gagal mendarat. Bayangan akan peristiwa yang mengerikan yang pernah ditayangkan di media tanpa disadari selalu menghampiri. Pesawat terjatuh, patah dan terbakar dan menyisakan puing-puing hangus tanpa seorangpun selamat, hal itu seringkali datang membayang. Meskipun sudah kucoba untuk berdoa, namun bayangan kengerian itu tak mau pergi.

Sukurlah, ternyata semuanya berjalan sesuai harapan.

(bersambung)

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun