Mohon tunggu...
Qonyta Asmara
Qonyta Asmara Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu Rumah Tangga

Mama tiga putra

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Selamat Jalan, Maafkan Tentang Hatiku, Mas

18 Juni 2016   00:20 Diperbarui: 18 Juni 2016   00:45 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: georgecouros.ca

Aku berangkat dengan berbagai macam tanya di kepalaku, bagaimana bisa terjadi dan kapan kejadiannya. Sengaja aku tidak bertanya panjang lebar pada adik iparku yang masih menunggu dirumah sakit, saat dia menelponku.

"Allah, semoga tidak seperti mimpiku satu tahun yang lalu" do'aku dalam hati. Entahlah dari aku pertama kali mendengar berita tentangnya, hingga aku dalam perjalanan ini hatiku terasa tawar. Tak ada kecemasan ataupun ketakutan akan kehilangannya.

Mungkin ini dampak dari pengkhianatan yang selalu dilakukannya padaku. membentengi hatiku, menghilangkan segala rasa buatnya. Saat ini dihatiku berdo'a semoga Allah memberikan yang terbaik untuknya.

Bergegas aku jalani koridor rumah sakit sambil mencari ruangan tempat dia dirawat. Aku temukan lalu kubuka pintu, seketika aku merasa lemas sekujur tubuhku dialiri hawa dingin.

Aku terlambat, sosok yang dulu aku kagumi itu dan tempat aku pernah titipkan asa dan mimpiku telah kembali ke Pemilik-Nya.

Adik iparku berdiri mematung, tak berbicara sepatah kata, tetapi aku dihadapkan dengan seorang perempuan yang matanya sembab karena tangisnya tak juga reda.

"Kamu siapa?" tanyaku
"Maafkan aku.... aku....aku istrinya" jawabnya terbata diselingi isakannya.
"Oh......" lanjutku. Aku tidak ingin berkata apa-apa lagi.

Aku putuskan untuk kembali ke kotaku, kutinggalkan semuanya pun juga sosok laki-laki yang telah terbujur kaku tanpa aku pernah melihat wajahnya terakhir kali.

"Maafkan aku mas, masih ada yang akan mengurusi pemakamanmu" batinku

Aku merasa seperti pernah mengalami kejadian ini. Fragmen-fragmen dalam mimpi itu kembali berulang dalam nyata, iya..... deja vu.

Aku tinggalkan ruangan itu membawa langkahku pergi menjauh. Kembali bersama tiga buah hatiku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun