Mohon tunggu...
Qonit Rosyidin
Qonit Rosyidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN SAIZU

Coret-coret buku dan Mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kejadian

14 September 2024   15:46 Diperbarui: 14 September 2024   15:49 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pada suatu hari ketika saya masih duduk di kelas 3 SD, ada sebuah kejadian yang sangat membekas dalam ingatan saya. Hari itu sore menjelang petang, cuaca mendung sejak siang. Langit yang tadinya cerah mulai berubah menjadi sangat gelap, menandakan hujan lebat akan segera turun. Meski begitu, saya harus tetap bersiap-siap untuk berangkat ke GOR tempat saya biasanya berlatih taekwondo. Latihan ini adalah rutinitas saya setiap minggu.

Setelah menyiapkan perlengkapan latihan, saya dan ibu pun berangkat dengan motor tua yang biasa kami gunakan. Motor itu meski tidak dalam kondisi yang prima, tetap setia menemani kami setiap kali bepergian.Saat kami berada di pertengahan jalan, tiba-tiba hujan mulai turun perlahan. Rintik-rintik hujan membasahi aspal, dan udara seketika menjadi lebih dingin. Ibu memutuskan untuk segera menepi di sebuah bangunan yang memiliki kanopi, agar kami bisa memakai mantel hujan.

Ketika kami sedang berhenti dan bersiap mengenakan jas hujan, seorang bapak-bapak yang berdiri tidak jauh dari kami menyapa ramah. "Masuk saja dulu, Bu, biar nggak kehujanan lebih parah," katanya sambil memegang pintu. Ibu tersenyum dan dengan sopan menolak tawaran itu. "Terima kasih, Pak. Tapi hujannya belum terlalu deras. Kami masih bisa melanjutkan perjalanan." Saya hanya diam mendengarkan percakapan itu, karena memang ibu yang lebih tahu apa yang terbaik.

Namun, saat kami hampir tiba di depan GOR, sesuatu yang tidak terduga terjadi. Hujan yang semakin deras membuat jalan di depan kami menjadi buram dan sulit dilihat dengan jelas. Tiba-tiba, sebuah motor yang melaju dari arah berlawanan muncul di depan kami tanpa peringatan. Pengendara tersebut menabrak motor kami dengan keras. Semua terjadi begitu cepat. Dalam hitungan detik, motor kami terjungkal ke sisi jalan. Saya hanya bisa merasakan tubuh saya terpental dan jatuh ke tanah yang dingin dan basah. Hujan yang deras dan suara gemuruh petir semakin menambah kekacauan di sekitar saya.

Saat saya membuka mata, pandangan saya langsung tertuju ke arah ibu. Ibu saya tergeletak di jalanan, tidak bergerak, dan tubuhnya basah kuyup oleh hujan. Perasaan takut dan cemas langsung menghantam hati saya. Saya tidak tahu apa yang sedang terjadi, hanya ada satu hal yang saya pikirkan: apakah ibu baik-baik saja? Saya mulai menangis, terisak-isak, memanggil ibu berulang kali. "Ibu! Ibu!" teriakan saya terdengar nyaring di antara hujan yang semakin deras. Saya berusaha bangkit dan menghampiri ibu, tapi tubuh saya terasa sakit, terutama di bagian lengan yang terasa bengkak akibat benturan.

Orang-orang yang berada di sekitar kejadian segera mendekat untuk memberikan pertolongan. Seorang pria yang kebetulan sedang berlalu-lalang langsung membantu saya berdiri dan mencoba menenangkan saya. "Tenang, Nak, kami akan membantu ibu kamu," katanya dengan suara lembut. Beberapa orang lainnya segera mengangkat ibu saya dan membawa kami ke tepi jalan di bawah sebuah pohon yang cukup rindang untuk melindungi kami dari hujan.

Setelah itu, seseorang menelepon angkutan kota untuk membawa kami ke rumah sakit terdekat. Perjalanan ke rumah sakit terasa begitu panjang meskipun sebenarnya hanya memakan waktu beberapa menit. Di sepanjang jalan, saya terus memegang tangan ibu saya yang masih belum sepenuhnya sadar. Ketakutan dan kecemasan terus menggelayuti pikiran saya. Saya tidak pernah merasa segelisah ini sebelumnya. Meski tubuh saya juga terasa sakit, pikiran saya hanya tertuju pada keadaan ibu.

Setibanya di rumah sakit, kami segera dibawa ke ruang gawat darurat. Para perawat dan dokter yang bertugas langsung melakukan pemeriksaan cepat. Saya diperiksa lebih dulu; ternyata saya hanya mengalami luka ringan dan bengkak di beberapa bagian tubuh akibat jatuh dari motor. Namun, perhatian utama saya tetap tertuju pada ibu. Setelah beberapa saat, saya melihat ibu mulai sadar. Wajahnya pucat, tapi dia tersenyum ke arah saya, mencoba menenangkan saya. "Ibu baik-baik saja, Nak," katanya dengan suara yang lemah, tapi cukup membuat saya merasa sedikit lebih tenang.

Dokter kemudian memberitahu kami bahwa ibu hanya mengalami luka ringan di bagian lengan dan kaki, tidak ada cedera serius. Namun, karena ibu sempat pingsan akibat benturan, mereka menyarankan kami untuk tinggal di rumah sakit selama dua hari dua malam agar kondisinya bisa terus dipantau. Dua hari di rumah sakit terasa sangat lama bagi saya, tapi saya bersyukur karena ibu akhirnya bisa pulih dengan cepat.

Selama di rumah sakit, saya tidak bisa berhenti memikirkan kejadian itu. Saya terus teringat bagaimana ibu tergeletak di jalanan dan bagaimana saya begitu takut kehilangan beliau. Saya juga memikirkan betapa beruntungnya kami karena tidak mengalami cedera yang lebih parah. Ketika akhirnya kami diizinkan pulang, saya merasa sangat lega. Pengalaman itu mengajarkan saya untuk lebih menghargai waktu bersama ibu dan betapa pentingnya selalu berhati-hati di jalan, terutama saat kondisi cuaca tidak mendukung.

Setelah kejadian itu, setiap kali hujan turun, perasaan takut itu sesekali muncul lagi. Namun, saya mencoba untuk tidak terlalu khawatir. Saya tahu ibu selalu berhati-hati, dan kejadian itu meski menakutkan, telah membuat kami lebih waspada dan berhati-hati saat berkendara. Ibu juga mengingatkan saya bahwa kejadian tersebut adalah bagian dari pengalaman hidup yang akan membuat kami semakin kuat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun