Mohon tunggu...
Qonithatu Namora Hasibuan
Qonithatu Namora Hasibuan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Menulis dan membaca adalah hobi saya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Guru PAI Harus Adaptif dalam Menghadapi Era Digital

23 September 2024   08:00 Diperbarui: 23 September 2024   08:12 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Era digital telah membawa perubahan besar dalam dunia pendidikan, termasuk bagi guru bidang Pendidikan Agama Islam (PAI). Guru harus mampu beradaptasi dengan pesatnya perkembangan teknologi dan informasi. Digitalisasi telah mengubah cara materi diajarkan, informasi diakses, dan interaksi  guru dan siswa. Oleh karena itu, guru PAI perlu menguasai teknologi dan metode pembelajaran digital agar  relevan dan efektif dalam mendidik Gen Z dan Gen Alpha yang akrab dengan dunia digital.

Sebagai guru, mereka harus mampu memanfaatkan berbagai platform pembelajaran online, aplikasi edukasi, dan media sosial sebagai sarana untuk menyampaikan nilai-nilai keagamaan dengan cara yang menarik dan interaktif.

Tidak hanya adaptif, guru PAI juga berperan sebagai pembimbing di tengah membanjirnya informasi yang belum tentu merupakan hal yang baik. Mengingat banyaknya konten di dunia maya yang bertentangan dengan ajaran  dan norma agama, maka guru PAI harus mampu mengkomunikasikan dengan jelas kepada siswa informasi mana yang bermanfaat dan informasi mana yang sebaiknya dihindari. Dalam hal ini, guru menjadi pedoman moral yang dapat membantu siswa dalam memilah informasi, menjaga etika berinternet, dan memegang teguh nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari di era digital.

Namun, tantangan besar bagi guru PAI di era digital adalah maraknya penyebaran informasi yang tidak terfilter yang didistribusikan secara bebas di Internet. Meskipun akses terhadap informasi mudah, siswa sering dihadapkan pada konten yang tidak sesuai dengan nilai-nilai agama dan moral. Dalam hal ini, guru PAI harus berperan sebagai clarifier, yaitu orang yang memberikan petunjuk, penjelasan, dan bimbingan secara jelas ketika menghadapi informasi yang simpang siur. Guru harus membantu siswa untuk membedakan  informasi yang benar dan hoaks sambil memberikan bimbingan moral berdasarkan ajaran Islam.

Dibuatnya roadmap oleh Direktorat PAI Kementerian Agama merupakan langkah baik dalam meningkatkan kualitas pendidikan agama Islam. Program Satu Data untuk Semua dan digitalisasi yang disertakan dalam roadmap ini menunjukkan bahwa  akan lebih banyak teknologi yang digunakan dalam pembelajaran agama di masa depan. Hal ini penting karena saat ini kita menginginkan cara penyampaian informasi yang lebih cepat dan akurat sehingga proses pembelajaran lebih terbuka dan jelas.

Selain itu, teknologi memudahkan untuk mencegah potensi  kesalahan dan penyimpangan. Sistem digital meningkatkan pemantauan dan pengukuran data, menjadikan semua proses  lebih transparan dan akurat. Hal ini akan menjadikan pendidikan agama  lebih jujur, efisien dan efektif, serta membantu sekolah dan guru mengambil keputusan berdasarkan data yang lebih jelas. Inisiatif ini tidak hanya akan memberikan manfaat besar bagi siswa dan guru, tetapi juga akan memperkuat pendidikan agama  Indonesia dan mempersiapkannya untuk menghadapi tantangan zaman.

Langkah Kementerian Agama dalam mendorong digitalisasi serta meningkatkan kompetensi dan kualifikasi guru dan pengawas Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan inisiatif strategis untuk menjawab tantangan pendidikan di era digital. Selain itu, perhatian terhadap kesejahteraan dan pengembangan karier menjadi sangat krusial agar  pendidik dapat lebih fokus dan termotivasi dalam melaksanakan tugasnya. Guru yang lebih kompeten dan berkemampuan akan mampu memberikan pendidikan agama dengan cara yang lebih tepat dan spesifik konteks, sehingga berpotensi semakin meningkatkan kualitas pendidikan PAI di Indonesia.

Penyempurnaan kurikulum PAI agar lebih relevan dan menarik merupakan langkah positif dalam membantu siswa memahami dan mengamalkan pendidikan agama. Dengan pendekatan yang lebih menarik, siswa diharapkan lebih berkomitmen mempelajari nilai-nilai agama dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Di era digital ini, rebranding PAI melalui media sosial adalah strategi yang tepat, dengan menggunakan platform yang digemari generasi muda, PAI akan semakin dikenal dan diterima secara luas. Hal ini tidak hanya akan meningkatkan citra PAI tetapi juga membantu menyebarkan pesan-pesan positif dan manfaat agama secara efektif.

Oleh karena itu, peran guru agama Islam di era digital tidak hanya terbatas pada pengajaran di kelas, tetapi juga mencakup bimbingan moral dan spiritual dalam kehidupan siswa sehari-hari. Guru PAI harus mau adaptif dan inovatif, baik dalam metode pengajarannya maupun pendekatannya dalam mempersiapkan siswa menghadapi era digital. Dengan berperan adaptif dan mencerahkan, guru PAI  menciptakan generasi yang mampu menghubungkan teknologi dengan nilai-nilai agama dan menjadikan teknologi sebagai sarana penegas keimanan dan akhlak, bukan sebaliknya.

Salah satu cara untuk mengembangkan kurikulum PAI yang lebih informatif dan menyenangkan adalah dengan memasukkan pembelajaran berdasarkan pengalaman dan diskusi yang relevan dengan kehidupan siswa sehari-hari. Guru dapat menggunakan metode interaktif seperti studi kasus dan simulasi untuk membantu siswa memahami bagaimana nilai-nilai Islam dapat diterapkan dalam situasi sosial dan pribadi. Hal ini  membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan bermakna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun