Mohon tunggu...
Qonita Salsabila
Qonita Salsabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Negeri Surabaya

Saya adalah seorang mahasiswa baru yang ingin mencoba menjadi pribadi yang jauh lebih baik dan berguna bagi masyarakat sekitar.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Bahasa Indonesia dalam Bimbingan dan Konseling di Ruang Publik

27 Maret 2024   16:58 Diperbarui: 27 Maret 2024   17:03 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bahasa Indonesia merupakan bahasa pemersatu bangsa mempersatukan rakyat Indonesia dari berbagai suku dan budaya, Bahasa Indonesia juga merupakan cerminan identitas dan jati diri bangsa. Penggunaan Bahasa Indonesia di ruang publik merupakan kewajiban bagi masyarakat Indonesia, dan kebijakan penertiban penggunaan bahasa di ruang publik telah diatur dalam pasal 36, 37, dan 38 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan. 

Undang-Undang tersebut menyatakan bahwa penggunaan Bahasa Indonesia di ruang publik harus diutamakan dibandingkan dengan bahasa yang lainnya. Akan tetapi, kenyataannya bahasa asing telah "menyerbu" ruang publik Indonesia. Penggunaan Bahasa Indonesia di ruang publik banyak sekali yang tidak memenuhi serta memperhatikan bahasa baku. Penggunaan Bahasa Indonesia dapat ditemukan dalam berbagai macam kegiatan salah satunya kegiatan Bimbingan dan Konseling.

Bahasa Indonesia memiliki peran penting dalam Bimbingan dan Konseling di ruang publik. Di era digital ini, ruang publik tak hanya terbatas pada tempat fisik, tetapi juga ruang virtual seperti media sosial. Dalam ruang publik ini karena letak geografis Indonesia yang sangat luas dan beragam bahasa daerah, maka Bahasa Indonesia harus dikembangkan dan revitalisasi untuk mencapai efektivitas dalam proses komunikasi. Dalam ruang publik Bimbingan dan Konseling ini, Bahasa Indonesia menjadi alat komunikasi yang vital untuk beberapa hal dalam layanan konseling :

  1. Membangun kepercayan dan rapport, Bahasa Indonesia yang baik dapat membantu membangun kepercayaan dan rapport antara konselor dan konseli. Penggunaan Bahasa Indonesia yang tepat dan mudah dipahami akan membangun rasa nyaman pada konseli hingga dapat membuka dirinya untuk menceritakan berbagai masalahnya.
  2. Menyampaikan informasi dan edukasi, Bahasa Indonesia yang efektif dapat digunakan untuk menyampaikan informasi dan edukasi terkait berbagai isu yang berkaitan dengan Bimbingan dan Konseling. Hal ini dapat dilakukan melalui berbagai platform seperti artikel, video, podcast, dan media sosial.
  3. Memberikan dukungan dan motivasi, Bahasa Indonesia yang positif dan penuh semangat dapat memberikan dukungan dan motivasi untuk konseli mengatasi pemasalahnya. Konselor dapat menggunakan kata-kata yang membangkitkan semangat dan optimisme untuk membantu konseli menemukan solusi dan mencapai tujuannya.
  4. Meningkatkan kesadaran masyarakat, Bahasa Indonesia yang lugas dan mudah dipahami dapat digunakan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya Bimbingan dan Konseling, hal ini dapat dilakukan melalui kampanye edukasi dan publikasi diberbagai media.
  5. Mempermudah proses komunikasi, Bahasa harus dapat mencerminkan kepribadian individu dan menggambarkan gaya hidup seseorang. Dalam Bimbingan dan Konseling ini bertujuan agar konselor dapat memahami permasalahan konseli lebih jelas.

Masalah 

Dari adanya peranan penting Bahasa Indonesia dalam Bimbingan dan Konseling di ruang publik, adapun permasalahan yang terdapat didalamnya yaitu meliputi beberapa hal diantaranya :

  1. Penggunaan bahasa yang tidak baku, seperti menggunakan bahasa gaul dalam sesi konseling dapat membingungkan dan menyulitkan pemahaman informasi. Hal ini dapat menghambat komunikasi yang efektif antara konselor dan konseli.
  2. Penyebaran informasi yang salah, di ruang publik terdapat informasi yang beredar termasuk informasi yang salah dan menyesatkan terkait Bimbingan dan Konseling, hal ini dapat membahayakan konseli dan menghambat proses konseling.
  3. Stigma dan diskriminasi, bahasa yang digunakan dalam ruang publik dapat membuat stigma dan diskriminasi terhadap orang-orang yang membutuhkan Bimbingan dan Konseling. Hal ini dapat membuat mereka enggan untuk mencari bantuan dan memperparah masalah mereka.
  4. Kompetensi bahasa, guru Bimbingan dan Konseling/Konselor harus memiliki kompetensi Bahasa Indonesia yang baik untuk mengakomodir proses komunikasi efektif Bimbingan dan Konseling. Namun, terdapat beberapa guru Bimbingan dan Konseling/Konselor tidak memiliki kompetensi Bahasa Indonesia yang baik.

Metode dan Solusi

Dari adanya permasalahan-permasalahan yang bisa disebut juga dengan problem solving diatas kita dapat menggunakan metode penyelesaian yang ada beberapa tahapan yaitu, identifikasi masalah, menganalisis situasi, menghasilkan solusi, implementasi sosial, dan mengevaluasi hasil. Kita dapat mengindetifikasi masalah diatas tadi dengan mendefinisikan masalah dengan menggunakan pemahaman yang mendalam tentang esensi masalah yang dihadapi. Kemudian menganalisis situasi dalam pelayanan konseling, mencari solusi alternatif untuk memastikan bahwa solusi yang dipilih sesuai dengan kebutuhan dan efektif dalam menyelesaikan masalah. Setelah menemukan solusi yang tepat atas permasalahan kita dapat mengimplementasikan solusi tersebut, proses implementasi harus dilakukan dengan cermat dan terencana untuk memastikan bahwa masalah dapat terselesaikan secara efektif. Langkah terakhir kita harus mengevaluasi hasil dari solusi yang diimplementasikan untuk memecahkan permasalahan yang terjadi dalam ruang publik Bimbingan dan Konseling. Solusi yang dapat ditemukan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada diatas diantaranya :

  1. Meningkatkan edukasi dan literasi bahasa, masyarakat perlu diedukasi tentang penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam berkomunikasi termasuk dalam konteks Bimbingan dan Konseling.
  2. Memverifikasi informasi, penting untuk memverifikasi informasi yang beredar di ruang publik sebelum menyebarkannya. Pastikan informasi tersebut berasal dari sumber yang terpercaya.
  3. Membangun budaya positif, masyarakat perlu membangun budaya positif dan terbuka terhadap isu-isu kesehatan mental. Hal ini dapat membantu mengurangi stigma dan diskriminasi terhadap orang-orang yang membutuhkan layanan Bimbingan dan Konseling.

Kesimpulan                                             

Bahasa Indonesia memiliki peran penting dalam Bimbingan dan Konseling di ruang publik, baik di ruang fisik maupun ruang virtual. Penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar digunakan untuk membangun kepercayaan, menyampaikan informasi, memberikan dukungan, meningkatkan kesadaran, dan mempermudah proses komunikasi. Namun, dalam hal ini terdapat beberapa permasalahan dalam penggunaan Bahasa Indonesia di ruang publik Bimbingan dan Konseling, seperti penggunaan bahasa yang tidak baku, penyebaran informasi yang salah, stigma dan diskriminasi, dan kompetensi bahasa yang kurang. Permasalahan yang ada dapat diatasi dengan solusi yang tepat dengan menggunakan metode penyelesaian masalah yang terdapat beberapa tahapan. Penting untuk terus meningkatkan peran Bahasa Indonesia dalam Bimbingan dan Konseling di ruang publik untuk meningkatkan kualitas layanan dan membantu masyarakat yang membutuhkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun